Senin, 02 Desember 2013

sejarah thailand

Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin ungkapan puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang "Sejarah Thailand" ini dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara I.
Terima kasih kami sampaikan kepada Drs. Sumarjono, M.Si. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara I. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah yang berisikan tentang “Sejarah Asia Tenggara” ini masih banyak terjadi kesalahan dan kekurangan, sehingga kami selaku penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan digunakan sebagai perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.





Jember, Oktober 2013



Penulis




Daftar lsi

Kata Pengantar      1
Daftar Isi      2
BAB  I  PENDAHULUAN 
     1.1     Latar Belakang      3
     1.2     Rumusan Masalah      4
     1.3     Tujuan      4
BAB  II  PEMBAHASAN
     2.1     Letak Geografis Thailand      5
     2.2     Sejarah dan Kondisi Thailand pada Masa Kerajaan  Tertua di Thailand    6
 BAB  III  PENUTUP
     3.1 Kesimpulan    14
Daftar Pustaka    15
   

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara geografis, Asia Tenggara merupakan tempat pertemuan bangsa-bangsa di dunia yang menjadi lalu lintas Internasional. Asia Tenggara terdiri dari sebelas wilayah negara diantaranya: Burma, Vietnam, Laos, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Brunai Barussalam, Timor- Timur (Timor Leste), dan Thailand. Thailand adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat.
Negara Thailand dahulunya dikenali sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Populasi Thailand didominasi etnis T’ai dan Lao yang berjumlah kurag lebihnya tiga per empat dari seluruh penduduk. Etnis lainnya termasuk etnis Melayu di selatan, Mon, Khmer dan berbagai suku orang bukit. Selain itu juga terdapat komunitas besar etnis Tionghoa yang secara sejarah memegang peranan besar dalam Sejarah Thailand. Sebagian besar penduduk Thailand adalah pemeluk agama Budha aliran Therawada, namun ada minoritas kecil pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu.
Awal mula Thailand ini dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhot’ai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan oleh kerajaan Ayut’ia yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhot’ai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara yang tidak pernah dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa.



    1.2  Rumusan Masalah

1.    Bagaimana letak geografis Thailand?
2.    Bagaimana sejarah dan kondisi Thailand pada masa kerajaan-kerajaan tertua di Thailand?
    1.3  Tujuan

1.    Ingin mengetahui letak geografis Thailand.
2.    Ingin mengkaji Sejarah dan kondisi Thailand pada masa kerajaan-kerajaan tertua di Thailand.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Letak Goegrafis Thailand
Kerajaan Thai merupakan tempat terletaknya beberapa wilayah geografis yang berbeda. Di sebelah utara, keadaannya bergunung-gunung, dan titik tertingginya berada di Doi Inthanon (2.576 m). Sebelah timur laut terdiri dari Hamparan Khorat, yang dibatasi di timur oleh sungai Mekong. Wilayah tengah negara didominasi lembah sungai Chao Phraya yang hampir seluruhnya datar, dan mengalir ke Teluk Thailand. Di sebelah selatan terdapat Tanah Genting Kra yang melebar ke Semenanjung Melayu.
Cuaca setempat adalah tropis dan bercirikan monsun. Ada monsun hujan, hangat dan berawan dari sebelah barat daya antara pertengahan Mei dan September, serta monsun yang kering dan sejuk dari sebelah timur laut dari November hingga pertengahan Maret. Tanah genting di sebelah selatan selalu panas dan lembap. Kota-kota besar selain ibu kota Bangkok termasuk Nakhon Ratchasima, Nakhon Sawan, Chiang Mai, dan Songkhla.
    Kerajaan Thai berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur. Koordinat geografisnya adalah 5°-21° LU dan 97°-106° BT.
Pada awalnya Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayut’ia yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan Sukhothai. Kerajaan Sukhot’ai sendiri merupakan salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota Sukhothai.             Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania..
Penduduk Siam adalah bangsa T’ai, yang merupakan satu keturunan dengan bangsa Shan di Burma Utara dan bangsa Laotian di Laos. Mereka diperkirakan muncul dalam abad VI sebelum Masehi (Hall, 1988:151). Nenek moyang mereka diperkirakan dari Cina selatan yang mengadakan migrasi ke Asia Tenggara akibat tekanan bangsa Mongol.
Eratnya hubungan budaya antara T’ai dengan Cina tampak sekali pada bentuk fisik mereka yang termasuk ke dalam kelompok ras Mongolia. Namun, di beberapa wilayah T’ai percampuran dengan penduduk asli membuat sebagian orang T’ai berkulit agak kehitaman. Penduduk T’ai yang dianggap berdarah murni warna kulitnya kuning dengan bentuk mata yang agak sipit, sama dengan kebanyakan bentuk fisik orang-orang Cina (Mangandaralam, 1988:15).






2.2    Sejarah dan kondisi Thailand pada masa kerajaan-kerajaan tertua di Thailand.
Kerajaan Bangsa T’ai dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti P’yao merupakan wilayah yang berada dalam kedaulatan Cina. Lambat laun negara-negara kecil tersebut ingin melepaskan diri dari kekuasaan Cina dan menjadi negara merdeka. Mereka melakukan migrasi dan penaklukan-penaklukan salah satunya adalah ibukota Pyu tahun 832 hingga daerah delta Irrawaddy. Mereka kemudian Lembah Menam dan lembah Salween dan Mekong. Selanjutnya di utara Raheng di pertemuan sungai Meping dan Mewang muncul negara merdeka T’ai dan P’ayao awal tahun 1096. Adapun kerajaan-kerajaan tertua yang ada di Muang Thai (Thailand) diantaranya:
1.    Kerajaan Sukhot’ai
Tahun 1238 seorang kepala suku Tai, Sri Intraditya, menyatakan kemerdekaannya dari tuan Khmer dan mendirikan kerajaan di Sukhothai di Chao Phraya Lembah di pusat Thailand. Orang-orang dari dataran pusat mengambil nama Thai, yang berarti "bebas," untuk membedakan diri dari orang lain Tai masih di bawah kekuasaan asing. Kerajaan Sukhothai menaklukkan Tanah Genting Kra pada abad ketiga belas dan dibiayai sendiri dengan jarahan perang dan upeti dari negara bawahan di Burma (sekarang Myanmar), Laos, dan Semenanjung Melayu.
Sebelum kedatangan Bangsa T’ai, Sukhot’ai merupakan ibukota kerajaan Angkor bagian barat laut. Menjelang ahir pemerintahan Jayawarman VII kerajaan bangsa Khmer ini menjadi lemah akibat sering terjadinya pemberontakan vasal-vasal kerajaan Angkor dan terjadinya perebutan tahta kerajaan Angkor. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh bangsa T’ai untuk menyerang dan menundukkan kekuasaan (gubernur) khmer di Sukhot’ai. Di bekas kerajaan Angkor inilah bangsa T’ai mendirikan pusat kerajaan Sukhot’ai yang nantinya mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Rama Kamhaeng yaitu tahun 1283 hingga kira-kira tahun 1317 (Hall, 1988:152-153).
Terkait dengan peradaban kerajaan bangsa Sukhot’ai tersebut George Coedes menjelaskan sebagai berikut: Secara Geografis wilayah kekuasaan kerajaan Sukhot’ai pada masa pemerintahan Rama Kamhaeng meliputi daerah-daerah:sebelah timur dibatasi oleh Vien Chang (kini daerah Vientiane) sebelah selatan berbatasan dengan Ligor sampai ke laut, barat berbatasan dengan Pegu sampai ke laut, utara berbatasan dengan Luang Prabang (laos).
Kerajaan Sukhot’ai juga mendapat pengaruh sistem politik, kebudayaan alphabet dan sejumlah istilah dari bahasa Kamboja. Seniman-seniman Siam pun terpengaruh seniman-seniman Khmer, dan mentransformasikan kesenian Khmer sesuai dengan kesenian yang mereka miliki dan kesemuanya dipengaruhi oleh hubungannya dengan tetangga bagian barat yaitu Mon dan Burma. Bangsa Siam menerima tradisi dan hukum serta ajaran Budha Terawada dan kesenian India dari bangsa Mon Khmer. Kerajaan Sukhot’ai terletak diantara lingkungan pengaruh bangsa Mon, khmer dan Burma diserap ke dalam peradaban Siam.
Sebagian besar rakyat Sukhot’ai terdiri dari bangsa Mon dan Kmhmer dan dari merekalah Rama Kamhaeng menerima tulisan yang beliau pakai untuk memindahkan bahasa T’ai ke dalam tulisan (alphabet). Pemindahan Bahasa T’ai ke dalam tulisan ini terjadi tahun 1823. Alpabet baru tersebut yang kemudian lebih terkenal sebagai alphabet Sukodaya pertama kali digunakan Rama Kamhaeng pada sebuah prasastinya yang dibuat tahun 1292, sehingga prasasti tersebut dapat dikatakan sebagai sumber sejarah tertua yang ditulis dalam bahasa T’ai. Alpabet Sukodaya ciptaan Rama Kamhaeng selain dapat diterima oleh rakyat Siam ternyata berpengaruh juga terhadap perkembangan tulisan-tulisan di berbagai daerah Laos. Corak kebudayaan Sukhot’ai dapat dikatakan sebagai kebudayaan hasil akulturasi dari bentuk unsur-unsur kebudayaan bangsa Mon, Khmer, Burma dan ditambah kebudayaan Siam.
Selain pemakaian alphabet Sukodaya dalam prasasti Rama Kamhaeng yang dibuat tahun 1292, dalam prasasti ini juga diceritakan mengenai penaklukan terhadap daerah-daerah musuh diantaranya, kearah timur beliau menaklukkan negara sampai Sarakiang (P’ichit), Song Kwe (P’isnulok), Lum (Lomsak), Bacha, Sakha sampai ke pinggir-pinggir Mekong seta perbatasan Vien Chan dan Vieng Kham. Kearah selatan beliau telah menaklukkan daerah sampai ke Khiont’i, Prek (Paknam P’o) Sup’an-naphum, Ratburi, P’echaburi, sampai perbatasan Si Thammarat (Ligor). Kearah barat beliau telah menaklukkan negeri sampai ke Muong Chot, Hangsavati (Pegu). Kearah utara beliau melakukan penaklukan ke daerah Muong P’le (P’re), Muong Man, Muong P’lua (di sungai Nan) dan di bagian lain Mekong sampai Muong Chava (Luang Prabang).

Kunci Politik yang diterapkan Rama Kamhaeng dalam memerintah Sukhot’ai adalah memelihara hubungan baik dengan Cina dengan mengirimkan misi-misi ke Cina. Bahkan Rama Kamhaeng sendiri pernah beberapa kali berkunjung sendiri ke Cina. Diceritakan bahwa sepulang dari Cina Rama Kamhaeng membawa pekerja-pekerja Cina, yang membangun produksi barang-barang keramik di Sukhot’ai dan Savankhalok. Industri tersebut terus ada samapi pertengahan abad XVIII (Hall,1988:156). Politik luar negeri Rama Kamhaeng inilah yang mendukung terciptanya kondisi damai, sehingga memungkinkan tumbuh berkembangnya Kebudayaan Siam. Mengenai ahir pemerintahan dan akhir hidup Rama Kamhaeng tidak banyak diketahui, diberitakan bahwa Rama Kamhaeng hilang dalam aliran sungai di Savankhalok tahun 1318 (Hall, 1988:156).
Selama Rama Kamhaeng meninggal kerajaan Sukhot’ai menjadi lemah, berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan raja-raja pengganti Rama Kamhaeng lebih mengutamakan segi keagamaan. Salah satu diantaranya adalah putra Rama Kamhaeng yaitu Lo T’ai (1317-1447). Pada awal pemerintahannya ia meluaskan kekuasaannnya ke Tenaserim yang sejak abad ke XI menjadi daerah kekuasaan Burma. Lo T’ai adalah raja terpelajar, tetapi pemerintahannya buruk karena ia lebih mementingkan segi keagamaan, akibatnya kerajaan Sukhot’ai merosot dengan cepat. Lo T’ai meninggalkan istana dan masuk wihara. Dalam salah satu prasastinya disebut-sebut menjadi Budha. Dijelaskan ia menyadari bahwa jalan terpendek untuk mencapai kesempurnaan adalah menjadi biksu. Salah satu peninggalan Lo T’ai yang cukup tekenal adalah Traibhumi katha (Traipum Pa Ruang), berisi tentang kosmologi Budhisme. Dalam prasasti ini dijelaskan ajaran budha untuk bisa menahan diri dari perbuatan yang tidak terpuji serta ajaran untuk tidak melakukan balas dendam bahkan dianjurkan untuk memberi maaf dan ampunan bagi yang melakukan kesalahan. Ia juga dikenal tokoh yang mengadakan perbaikan kosmologi Budhisme berupa kalender Budha yang dimulai ketika Budha masih berada di Nirwana. Karena pengabdian keagamaannya Lo T’ai menyandang gelar Dharmaraja (Hall, 1988:157).
2. Kerajaan Ayut’ia
Setelah pendirian Ayut’ia tahun 1350 wilayah yang mengaku setia pada raja-rajanya jadi terkenal sebagai orang-orang Eropah sering menyebut kota itu sendiri ”kota Siam”. Kerajaan baru Ayut’ia adalah kerajaan kuat yang segera menghancurkan kekuasaan beliau. Ayut’ia berhasil menguasai Menam tengah dan selatan dan banyak daerah-daerah disemenanjung Melayu termasuk  ternassserim dan tavoy yaitu Burma sekarang dan berdaulat atas Sukhot’ai. Ku blai Khan dan pengganti-penggantinya telah mendorong T’ai untuk memereteli kekaisaran Khmer sesuai dengan politik fragmentasi Cina yang tradisional itu yang dijalankan kearah “orang-orang barbar diselatan”. Tetapi kelemahan kekuatan Mongol pertengahan abad XIVmemungkinkan terciptanya negara yang begitu kuat seperti Ayut”ia. Segera setelah Mongol digantikan oleh Ming, situasi berubah radikal. Raja-raja Siam rupanya sadar akan hal ini, karena itu mereka secara teratur mengirim utusan-utusan ke Nanking ibukota Ming, dan dengan bersusah payah menanamkan hubungan-hubungan persahabatan. Sebagai para diplomat T’ai tidak pernah dikalahkan. Pergeseran kekuatan pusat utama T’ai dilembah Menam Sukopati trt’ai jauh diutara ke Ayut’ia diselatan mempunyai konsekuensi membahayakan Kamboja, Angkor sekarang berada dalam posisi terjangkau oleh serangan. Telah terbukti kesimpulannya bahwa Ramadhipati tidak merebut Angkor tahun 1353, tetapi tentu tidakdiragukan bahwa segera setelah menaklukkan Kamboja.
Ramadhipati I memperlakukan sistem undang-undang pertama yang tercatat diThailand. Meliputi banyak macam adat lama T’ai dari zaman Nanchao. Perlahan-lahan disesuaikan dengan undang-undang Siam selam berabad-abad sampai pada pemerintahan Chulalomgkorn dan tidak seluruhnya diganti dengan hukum modern. Tahun 1371 Boromoraja memimpin serangan ke kerajaan disebelah utara dan berhasil merebut beberapa kota. Ini merupakan yang pertama dari rangkaian dari serangan-serangan berkala yang mencapai puncaknya tahun 1378 menyerahnya raja T’ammaraja II dari Sukhot’aidan penyerahan pada Ayut’ia disterik sebelah baratnya, Kamp’engp’et. Perluasan kekuasaan Ayut’ai begitu jauh kearah utara mengakibatkan keributan dengan Chengmai dan persis sebelum mangkatnya Bor omoraja suatu pertikaian mulai berlangsung dan berakhir setelah berabad-abad. Tahun berikut Bomomaraja I mangkat dan digantikan puteranya, seorang anak usia 15 tahun. Beliau segera diturunkan dari tahta dan dibunuh oleh bekas raja Rameseun yang merebut kekuasaan dan memerintah sampai tahun 1395. Beliau dipercaya bersalah dengan penaklukan kedua Siam dan Angkor, yang diperkirakan tahun 1394 dan yang menjadi seba berpindahnya ibukota Khmer ke Phnom penh. Apa yang sebenarnya terjadi adalah bahwa raja Chiengmai, salah memimpin pasukan kesana membantu Sukhot’ai yang menjalankan usaha lain demi mencapai kemerdekaannya.
Kurun waktu 1395-1408 kosong dalam sejarah Siam. Raja Raksasa, Ram Raja, putra Ramasuen, menduduki tahta tetapi tidak ada apa-apa tercatat teyang pertamntang pemerintahannya. Tahun 1408 beliau diturunkan melalui pemberontakan di istana dipimpin oleh Bomomaraja I, yang menggantikannya naik tahta sebagai Int’araja(1408-1424). Yang pertama diSukhot’ai, dimana orang-orang Siam campurtangan dan mendesak penyelesaiannya tahun 1410. Yang lain terjadi tahun berikutnya di Chengmai dan sebagai akibatnya mangkatnya Sen Muang Ma. Pasukan Siam dipimpin oleh raja T’ammaraja III, dari Sukhot’ai dikirim untuk mendudukan salah seseorang dari penuntut tahta itu. Sebelum maju langsung ke Chiengmai diserangnya dulu kota P’ayao, dulunya sebuah negara T’ai merdeka, baru kearah barat laut.
Ketika Int’araja mati tahun 1424, beliau meninggalkan tiga orang putra. Perjuangan merebut tahta segera mulai pecah antara dua saudara yang lebih tua. Tahun 1438 suatu langkah penting terjadi untuk mengkonsolidasikan kerajaan Siam itu. Boromaraja II mengangkat putra sulungnya, Ramesuen sebagai gubernur di P’itsanulok, disana menyatukan apa yang ditinggalkan kerajaan Sukhot’ai lama sebagai propinsi Siam. Segera setelah itu, tahun 1442, perang perebutan kekuasaan yang lain di Chiengmai membuka kesempatan bagi orang-orang Siam campur tangan. Pangeran Ramaseun, yang menggantikannya sebagai Boromo Trailokanat (1448-1488), biasanya disingkat dengan Trailok, telah meninggalkan jasa atas sejarah pemerintahan negeri itu. Rencananya bertujuan menciptakan sistem pemerintahan terpusat. Sampai pada zamannya pemerintahan propinsi yang bermacam-macam itu sangat sedikit yang berada dibawah pengawasan terpusat.
Pangeran ramesuen yang mengagantikannya sebagai boromo Trailorkanat (1448-1488), biasanya disingkat dengan trailok, telah meninggalkan jasa atas sejarah pemerintahan negeri itu. Rencananya bertujuan menciptakan sistem pemerintahan terpusat.sampai pada zaman pemerintahan propinsi yang bermacam-macam itu sanagat sedikit yang berada di bawah pengawasan pusat. Agar dapat mengawasinya pemerintah pusat disusun kembali atas dasar basis departemen sipil besar dan pemerintahan militer. Departemen – departemen sipil adalah kementrian urusan dalam negeri.
Pemerintah militer dibawah kalahom juga di bagi dalam departemen-departemen yang kepalanya setingkat menteri.ini masih berlaku sebagian besar dalam struktur pemerintahan pusat sampai abad XIX. Badan tertinggi menteri-menteri terdiri dari hlutdaw yang melakukan pengawasan gabungan, teorinya atass seluruh bidang pemerintahan sampai penghapusan kerajaan tahun 1886. Portugis
Tindakan lain pemerintahan trailok adalah peraturan tentang tinkatan sakdi na. sejak jaman dulu dalam sistem masyarakat T’ai setiap orang harus mempunyai sejumlah tanah yang berbeda-beda luasnya menurut kedudukannya. Pemerintahan trailok merupakan salah satu pemerintahan yang tidak putus-putusnya berperang melawan chiengmai.
Pendapat Krom tentang pemerintahan mudzafar shah, lebih terkenal sebagai raja kasim (1446-1459) menyebabkan orang eragukan kebenaran-kebenaran tulisan orang siam. Beliau menulis bahwa perluasan terbesar kekuasaan malaka terjadi dibawah pemerintahan raja ini, yang namanya dikaitkan dengan suksesnya memukul mundur siam. Winnstedt dalam History of Malaya tidak menyebutkan apa-apa tentang dugaan perbuatan malaka oleh siam.
Tome pires yang tinggal di malaka segera setelah portugis merebutnya tahun 1511. Dan dalam bukunya summa Oriental, memberikan gambaran tentang timur penting karena dapat dipercaya,bmenyebutkan persekutuan antara siam dan malaka dalam pemerintahan “moda farxa” ia mengatakan raja ini berhasil baik berperang melawan raja-raja Pahang,trengganau, dan patani dan juga melawan Negari-negeri Kampar dan Indragiri di Sumatra dan bahwa keberhasilannya justru karena persekutuan dengan jawa cina dan siam.
Beliau kemudian mengusahakan membuat chiengmai lemah dengan cara rahasia. Tahun 1467 beliau mengirimkan bhiksu Burma untuk menanamkan ketidakpuasan karena perbedaan pendapat di istana chiengmai. Dalam tahun berikutnya beliau mengulangi dengan mengirim utusan yang di pimpin oleh seorang brahmana tertuju pada sasaran yang sama. Banyak kesulitan sebenarnya di sebabkan oleh orang-orang yang dikirim ini, karena tujuan mereka mengarah pada terbunuhnya putera sulung raja dan seorang menteri yang dipercaya pada tugas yang salah. Tetapi tindakan brahmana itu menyebabkan kecurigaan, komplotan itu terbongkar dan kedua brahmana dan beliau di buang ke suangai dengan leher digantungi batu. Perang berkecamuk lagi dalam tahun 1494, dan berlangsung tanpa istirahat dan tanpa hasil selama seperempat abad berikutnya.  Tetapi tahun 1545, perselisihan perebutan kekuasaan di chiengmai membuka kesempatan bagi siam untuk campur tangan dan berhasil.  

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
    Kerajaan Thai berbatasan dengan Laos dan Myanmar di sebelah utara, dengan Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dengan Myanmar dan Laut Timur di barat dan dengan Laos dan Kamboja di timur.
    Kerajaan Bangsa T’ai dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya seperti P’yao merupakan wilayah yang berada dalam kedaulatan Cina. Lambat laun negara-negara kecil tersebut ingin melepaskan diri dari kekuasaan Cina dan menjadi negara merdeka. Mereka melakukan migrasi dan penaklukan-penaklukan.
Kerajaan-kerajaan tertua yang ada di Muang Thai (Thailand) diantaranya:
1. Kerajaan Sukhot’ai
2. Kerajaan Ayut’ia

Daftar Pustaka
•    Thailand - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
•    http://www.majalahsaksi.com/news/index.php?ID=12
•    http://faizn.blog.friendster.com/2007/01/dua-ratus-tahun-penjajahan-siam/
•    http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kerajaan_Thai
•    Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar