Senin, 02 Desember 2013

dinasti SHUI

A.    Dinasti Sui (581-618)
1.    Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Sui
Persatuan China baru dapat dipulihkan dibawah pemerintahan Dinasti Sui (581-618) yang didirikan oleh Yang Jian dengan gelarnya Sui Wendi (581-604). Ia adalah tokoh yang berjasa mengakhiri kekacauan zaman Dinasti Utara-Selatan. Sebagai seorang penguasa, prestasinya bisa dibilang luar biasa, karena dapat mengakhiri zaman kacau yang telah berlangsung selama beberapa ratus tahun. Meskipun demikian, masa kekuasaan Dinasti Sui boleh dibilang tergolong singkat, yakni hanya 37 tahun.
Setelah mendirikan Dinasti Sui, agar dapat menjadi penguasa tunggal seluruh China, Yang Jian masih harus menaklukkan kerajaan Chen yang berkuasa di selatan. Chen Shubao, raja terakhir kerajaan ini merupakan penguasa yang lemah dan hanya mementingkan dirinya semata. Selain itu, ia juga seseorang yang gila wanita, bahkan pada saat menerima laporan dari para menterinya, ia membiarkan selir kesayangannya  duduk dipangkuanya.
Yang Jian menyadari kelemahan penguasa Chen serta memutuskan untuk menyerangnya, ia mengutus Jenderal He Nuobi untuk memimpin kampanye penaklukkan k selatan. Ternyata tepian selatan sungai Yangzi yang menjadi tapal batas antara kedua kerajaan dilindungi oleh banyak benteng. Jenderal He menghindari bentrokan langsung dan hanya menempatkan pasukannya secara tersebar pada tepian utara sungai Yengzi, serangan secara langsung sengaja tidak dilakukan, Jenderal He memindahkan atau menggerakkan pasukanya kesana-kemari saja.
Pihak Chen yang menyaksikan manuver besar-besaran ini dan mengira bahwa akan terjadi serangan dari pihak Sui, mereka segera menyiagakan pasukannya. Akan tetapi, pasukan Sui tidak melancarkan serangan sama sekali sehingga para panglima Chen menyimpulkan bahwa itu hanya manuver rutin dari pihak Sui semata, karen menunggu serangan dari musuh yang tak kunjung tiba, pasukan Chen merasa jemu dan mengundurkan kewaspadaan mereka. Akhirnya, pada saat tahun baru imlek 589, tatkala Kaisar Chen Shubao mabuk dan terelap setelah bersenang-senang pada malam harinya, Jenderal He memimpin pasukannya menyebrangi sungai Yangzi serta menyerbu ibukota Kerajaan Chen (Nanjing). Ketika menyadari bahwa dirinya telah terkepung, Chen Shubao membawa selir kesayangan dan seorang istri yang masih muda untuk bersama-sama dengannya menyeburkan diri ke sebuah sumur, sumur itu ternyata terlalu dangkal untuk merenggut nyawa mereka. Kaisar dan selir beserta istrinya berhasil ditemukan musuh dan ditarik keluar. Para selir dan istri dihukum mati dan Chen dijadikan tawanan. Berakhir sudah kekuasaan Dinastu Chen di selatan. Yang Jian kini menjadi penguasa tunggal seluruh China.
Untuk membantunya dalam pemerintahan Yang Jian menunjuk menteri-menteri yang pandai serta berusaha untuk meningkatkan hasil pertanian. Karena sejak lama telah mengabdi pada Kerajaan Zhou Utara, Yang Jian memiliki banyak pengalaman politik dan administrasi pemerintahan, sehingga menghasil pengusaha yang cakap. Istana dan ibukotanya yang terletak di Changan dibangun atas dasar pandangan kosmologis tradisional sebagai lambang nyata kekuasaannya. Para ahli dan arsitek ternama bersama-sama merancang aneka kemewahan dan keajaiban yang terdapat pada istana kerajaan, seperti wisma tamu yang dapat menampung beberapa ratus orang serta dapat diputar dengan menggunakan sistem mekanis yang terdapat dibawahnya. Para tamu asing menyatakann dengan penuh kekaguman bahwa hasil karya itubagaikan pekerjaan para dewa, dan kaisar merasa senang mendengarnya.
Tugas yang paling mendesak adalah pemulihan perdamaian dalam negeri dengan jalan menghapuskan seluruh tentara pribadi yang dimiliki para penguasa lokal, dimana tentara pribadi itu berpotensi mengancam persatua negara. Ia memrintahkan mereka untuk menyerahkn senjatanyadan menjadikan mereka sebagai petani. Selain itu, dalam bidang kemiliteran Kaisar Sui Wendi mengorganisasikan kembali tentara kerajaan dan menempatkan mereka dibawah pengendalian yang ketat.
Kaisar Wendi merupakan seorang yang relatif sederhana dan menjauhkan diri dari kemewahan. Bahkan boleh dikatakan bahwa ia cenderung kikir, ia menjatah kosmetika para wanita istana. Kaisar merupaka seorang yang senantiasa menaruh curiga pada musuh-musuhnya, tetapi sangat mempercayai kawan-kawan lamanya. Lebih jauh lagi Kaisar Wendi merupakan seseorang yang mudah marah dan pernah memukuli seorang pejabat sampai mati. Mesipun secara resmi menganut Konfusianisme, namun sama seperti Liu Bang, ia sangat memandang rendah para sarjana. Pernah suatu ketika ia memaki mereka dengan sebutan “kutu buku” karena telah memaksanya untuk membantai sisa-sisa bangsawan Zhou Utara. Ada pula sumber yang mengatakan bahwa meskipun pada awalnya Wendi merupakan kaisar yang bijak, tetapi pada akhir pemerintahannya ia berubah menjadi tiran yang kejam dengan menjatuhkan hukuman melampaui batas, sehingga banyak orang mencelanya.
B.    Runtuhnya Dinasti Sui
Kaisar Sui Wendi memiliki dua orang putra, putra bungsunya yang bernama Yang Guang sangat pandai bermain muka demi mengambil hati ayahnya, sehingga kakaknya yang telah dijadikan putra mahkota dipecat dan digantikan olehnya. Ketika kaisar sakit keras, Yang Guang bersekongkol dengan seorang perdana menteri untuk menggulingkan ayahnya itu. Namun, karena suatu kecerobohan surat yang ditulis perdana menteri jatuh ke tangan kaisar, sehingga ia akhirnya mengetahui persekongkolan ini, kaisar menjadi amat murka terhadap putra mahkotanya itu, terlebih lagi Yang Guang berani berselingkuh dengan seorang selir yang dicintainya, ia lalu memanggil putranya itu, tetapi Yang Guang bertindak lebih cepat dengan membunuh ayahnya terlebih dahulu. Yang Guang kemudian naik tahta dengan Gelar Sui Yangdi (604-617).
Yang Guang bukanlah kaisar yang cakap, ia lebih mementingkan bersenang-senang ketimbang mengurus masalah kenegaraan. Dihabiskannya uang negara dengan membangun berbagai proyek yang sesungguhnya merupakan pemborosan belaka. Dengan mengabaikan protes para menterinya Yangdi memerintahkan pembangunan ibukota kedua Luoyang. Para pekerja paksa yang berjumlah 2.000.000 diperintahkan untuk membangun istana megah dan danau buatan di kota tersebut lengkap dengan tamannya yang memiliki luas 155 km2. Kala musim dingin tiba, pada pohon-pohon di taman tersebut digantungkan duan dan bunga-bungaan dari sutra.
Proyek Kasar Yangdi yang boleh dikatakan bermanfaat adalah penerusan pembangunan kanal penghubung antara wilayah utara-selatan yang telah dimulai oleh ayahnya. Terusan sepanjang kurang lebih 2000km tersebut dapat dikatakan merupakan salah satu mahakarya Bangsa Tonghoa, karena dibangun sekitar 12 abad lebih dahulu dibandingkan pembangunan Terusan Suez oleh bangsa Barat. Meskipun demikian, pembangunannya mengakibatkan penderitaan luar biasa bagi rakyat. Jadi serupa dengan pembangunan tembok besar oleh Kaisar Qin Shihuangdi. Setiap lelaki yang berusia 15 tahun keatas diwajibkan untuk turut menggali, barangsiapa yang berani menghindarkan diri dari pekerjaan ini akan dihukum berat. Bahkan orang yang sudah tua serta kaum wanita tidak luput dari kewajiban ini namun tugas mereka hanya mengurus makanan bagi kaum pekerja, sedangkan jumlah tentara yang mengawasi proyek ini adalah sekitar 50.000 orang.
Sebagaimana halnya dengan pembangunan tembok besar, pekerjaan ini teah menewaskan banyak orang. Meskipun demikian, terusan ini bermanfaat bagi rakyat, karena memperlancar hubungan perdagangan antara wilyah utara dan selatan. Setelah terusan ini jadi, kaisar melakukan pemborosan lainnya dengan membangun rombonga kapal pesiar yang disebut dengan Armada Naga. Kapal sang kaisar memiliki empat geadak. Terdapat sebuah ruangan yang diperuntukkan untuk menempatkan singgasana yang indah, sebuah istana kecil dan dua ruangan lagi yang masing-masing terletak di haluan dan buritan. Lebih jauh lagi, kaisar masih mengarahkan 5.000 orang laki-laki berpakaian sutra untuk menarik kapal itu. Diantara mereka masih terdapat rombongan gadis yang berjalan sambil menarik tali aneka warna. Masih belum puas dengan itu semua, Kaisar Yangdi mengumumkan sayembara yang isinya akan menghadiahkan 12meter kain sutra bagi siapa saja yang menanam sebatang pohon cemara di tepi terusan itu, dengan waktu yang singkat tepi terusan itu langsung dipenuhi oleh pohon cemara.
Kejatuhan Yangdi dipercepat oleh kegagalannya menaklukkan Korea, dimana hal tersebut sungguh menguras sumber daya negara. Pada masa akhir pemerintahannya Sungai Huanghe meluap yang mengakibatkan penderitaan dikalangan rakyat. Kesengsaraan yang kuar biasa itu menimbukan pemberontakan dimana-mana. Salah satu pemberontakan ini disebut dengan Pemberontakan Delapan Belas Raja Muda. Yangdi yang merasa ketakutan menghadapinya merikan diri ke ibukota selatan di Yangzhou. Salah seorang pemimpin pemberontakan itu yang bernama  Yuwen Huanzhi menghancurkan Yangzhou dan membunuh Sui Yangdi. Ia lalu mengangkat seorang kaisar lain, tetapi tak lama kemudian kaisar ini dibunuhnya pula dan mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar.
Li Yuan seorang tokoh militer dari utara menaklukkan ibukota Changan dan melawan pemerintahan baru itu. Setelah berhasil mengalahkan Yuwen Huanzhi, Li Yuan mengangkat seorang keturunan Dinasti Suia yang lain sebagai Kaisar Gongdi (617-618) dengan ia sendiri sebagai walinya. Tetapi setahun kemudian, diturunkannya kaisar itu dari tahta  dan mengangkat dirinya sebagai kaisar baru dengan gelar Tang Gaozong (618-626). Dengan demikian, berakhirlah Dinasti Sui digantikan dengan Dinasti Tang.
C.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Sui
Mahakarya dan sumbangsih Dinasti Sui dalam bidang trasportasi adalah pembangunan terusan raksasa yang menghubungkan China bagian utara dan selatan. Terusan sepanjang 2.000km dimulai dari Hangzhou dibagian tenggara kekaisaran, menuju Yangzhou, ibukota selatan Dinasti Sui, dan selanjutnya ke Luayong. Dari sana terusan ini menyatu dengan Sungai Kuning dan Huai untuk selanjutnya mengalir ke arah timur laut menuju ke daerah Beijing. Terusan ini merupakan kemajuan dramatis dalam bidang transportasi, semenjak sistem jalan raya yang dikembangkan oleh Kaisar Qin Shihuangdi, karena mempelancar hubungan antara belahan utara dan selatan kekaisaran. Jadi meskipun pembangunannya menimbulakan banyak korban, tetapi pada akhirnya mendatangkan manfaat juga bagi rakyat.
D.    Perkembangan Bidang Keagamaan dan Filsafat Semasa Dinasti Sui
Kaisar Sui Wendi menyadari bahwa ajaran Buddhisme yang mengajarkan penyelamatan setiap orang tanpa memandang suku atau derajat seseorang merupakan alat pemersatu yang ampuh bagi kekaisarannya. Oleh karena itu, ia mendorong secara aktif penyebaran Buddhisme, 4.000 vihara telah didirikan dan lebih dari 100.000 patung telah dibuat semasa pemerintahannya.
Tokoh Buddhis termasyhur yang hidup pada masa ini adalah Zhiyi (538-597) pendiri aliran Tiantai yang hidup pada masa Dinasti Utara-Selatan dan awal Dinasti Sui. Biografi Zhiyi mencatat bebagai kisah kejaiban semasa kecilnya. Ibunya dikatakan mengandung Zhiyi setelah bermimpi menelan seekor tikus utih surgawi. Pada saat kelahirannya tampaklah cahaya ajaib menerangi langit. Pada usia tujuh tahun Zhiyi mengunjungi vihara dan mencengangkan para biarawan, karena ia sanggup menghafal kitab-kitab Buddhis meskipun baru sekali saja mendengarnya. Zhiyi kemudian berdiam di Gunung Tiantai dan menjadi guru disana. Kemasyhurannya tersebut tersebar luas kemana-mana sehingga kaisar Dinasti Chen menganugerahkan gunung itu dan daerah disekitarnya bagi Zhiyi dan pengikut-pengikutnya.
Zhiyi menekankan pengajarannya pada salah satu kitab Buddhis yang berjudul Saddharmapundarika Sutra (Miaofalianbuajing) atau Sutra Teratai. Ajarannya tercakup dalam tiga buah kitab yang masing-masing berjudul Miaofalianhuajing Xuanyi (Makna Menalam Sutra Teratai), Miaofalianhuajing Wenqu (Komentar Tekstual Terhadap Sutra Teratai), serta Mohezhiguan (Pemusatan Pikiran dan Kesadaran Agung). Tokoh lainnya adalah Dushun (557-640), yang merupakan pendiri atau sesepuh Aliran Huayan (Avatamsaka), suatu aliran Buddhisme yang mendasarkan pengajarannya pada naskah Buddhis berjudul Avatamsaka Sutra.
2.    Dinasti Tang (618-906)
a.    Berdirinya dan Berkembangnya Dinasti Tang
Pada awal dinasti Tang, perdamaian masih belum pulih sepenuhnya. Selama kurang lebih enam tahun berikutnya, negara masih dilanda kekacauan dan perang saudra. Lin Yuan dengan dibantu putranya, Li shimin, berjuang keras menegakkan kembali perdamaian serta ketertiban. Usaha keras ini akhirnya membuah hasil dan meletakkan dasar bagi kestabilan politik sepanjang sisa sejarah Dinasti Tang.
Li Yuan yang bergelar Gaozu adalah seorang yang berhati welas asih, ia menjamin kelangsungan hidup keluarga kaisar Dinasti Sui. Sebagai seorang penguasa, ia dapat di katakan memiliki integritas yang cukup baik, hanyan saja Li Shimin belakangan memanipulasi sejarah dan mengakuisi sebagian jasa-jasanya. Ia menggambarkan Li Yuan sebagai penguasa lemah yang hanya gemar bersenang-senang.
Pada tahun 626, ia turun tahta dan diganti dengan putranya (Li Shimin), yang bergelar Taizong (626-649). Di bawah pemerintahannya, China menjadi negara adikuasa. Dengan ditunjang dengan kecerdasannya dalam bidang politik yang memadukan kekuatan militer dan diplomasi, ia memecah belah suku-suku di sekitarnya sehingga tidak menjadi ancaman lagi bagi China. Di bawah kepemimpinannya, China tumbuh menjadi negara terkuat di Asia Utara. Ia menghancurkan sepenuhnya kekuatan suku-suku Turki Timur dan behasil menguasai daerah Ordos serta mongolia dalam. Kejayaan Dinasti Tang ini berakar pada etos kerja keras Kaisar Taizong dalam memajukan negerinya.
Semasa pemerintahannya, para pejabat istana harus bekerja siang dan malam secara bergiliran untuk menangani tugas-tugas yang masih terbengkalai. Kaisar sendiri menempelkan dokumen-dokumen penting pada dinding kamar tidurnya agar dapat membacanya saat malam hari. Karena memerhatikan kemakmuran rakyatnya,Taizong membatasi proyek-proyek raksasa yang menguras perbendaharaan negara, mengurangi pajak, serta meringankan kerja wajib bagi rakyat. Pendekatan humanistik semacam ini mengharumkan nama  Dinasti Tang melibihi Dinasti Hang.
Taizong merupakan seorang yang bersikap praktis dalam politik. Ia menjadikan Konfusianisme sebagai landasan pemerintahannya, namun juga menghormati Buddhisme dan Daoisme. Karena menyadari manfaat Konfuanisme dalam mencetak pejabat-pejabat yang andal, Taizong menyediakan beasiswa bagi mereka yang berhak belajar di akademi Konfusianisme negara. Sistem ujian negara diperbaikinya sebagai penjunjung tinggi konfusianisme, Kaisar menyelanggarakan upacara penghormatan nenek moyang di makam leluhurnya.
Pada masa pemerintahan Taizong, hubungan antara Timur dan Barat semakin berkembang serta Changan, ibukota Dinasti Tang, tumbuh menjadi kota terbesar serta termegah pada zamannya. Salah satu prestasi terkenal dalam bidang penjelajahan pada masa itu adalah perjalanan Biksu Xuanzang ke India untuk mengumpulkan kitab suci Tripitaka, dimana perjalanan ini mengemban semangat penjelajahan yang baru melanda bangsa barat sekitar 600 tahun kemudian. Rute perjalanannya mirip dengan rute Marco Polo, sehingga Xuanzang terkadang disebut sebagai “Marco Polonya China”.
Taizong juga tersohor sebagai seorang terpelajar serta terdidik dalam karya-karya klasik Konfusianisme. Untuk membantunya dalam pemerintahan, ia mengangkat menteri-menteri yang memiliki kapabilitas tinggi dan bersedia mendengarkan pendapat mereka. Kaisar juga merupakan seorang yang terbuka terhadap kritik. Dalam bidang seni, ia mengundang banyak seniman berbakat ke istananya. Bahkan ia sendiri tersohor sebagai seorang ahli kaligrafi terkemuka. Pernah suatu ketika, Yan Liben salah seorang pelukis kesayangan kaisar, terpaksa meninggalkan sarapannya saat diundang oleh kaisar untuk melukis seorang burung aneh yang kebetulan disaksikan oleh Taizong di danau.
Menjelang masa akhir pemerintahannya, Taizong menjadi lupa daratan. Setelah tahun 630, ia menjadi semakin sombong dan boros, urusan negara mulai diabaikan dengan mengadakan kegiatan pemburuan yang lama serta menghamburkan uang negara. Bertentangan dengan saran para penasihatnya, Taizong mulai mebangun proyek-proyek yang menghamburkan pembendaharaan negara, seperti istana megah yang kemudian dihancurkan kembali, karena lokasinya ternyata dirasa terlalu panas dan gaya arsitekturnya kurang disukai olehnya.
Penerus Taizong adalah kaisar-kaisar lemah. Berturut-turut China diperintah oleh Gaozong (649-683), Zhongzong (684, memerintah kembali 705-710), dan Ruizong (684-690, memerintah kembali 705-710). Kaisar Gaozong (Li Zhi) adalah seorang yang lemah secara fisik, sehingga sedikit demi sedikit kekuasaan jatuh ke tangan selir kesayangannya yang ambisius, bernama Wu Zetian (690-705), yang sebelumnya merupaka selir ayahnya. Wu menyingkirkan permaisuri Gaozong yang bermarga Wang, dengan cara membunuh bayi permpuan yang baru saja dilahirkannya, dan kemudian menuduhnya telah melakukan kejahatan itu. Wu lalu diangkat sebagai penggantinya. Begitu menjadi permaisuri, Wu mulai ikut campur dalam urusan pemerintahan dan menyalahgunakan nama suaminya demi memperkuat kedudukannya sendiri. Diangkatnya para pejabat yang loyal padanya dan dengan kejam mebunuh mereka yang menetangnya. Ketika Gaozong terkena stroke pada tahun 660 dan mengalami kebutaan serta kelumpuhan, kekuasaan Wu semakin besar saja dan hingga kematiannya pada tahun 705, ia adalah sosok yang paling berkuasa di China.
Terlepas dari semua itu, Gaozong mewarisi negeri yang makmur dengan peningkatan taraf hidup rakyatnya serta administrasi pemerintahan yang baik hasil peninggalan ayahnya. Selama kurun waktu pemerintahannya yang relatif panjang itu, berlangsunglah masa damai didalam negeri. Sebaliknya Wu Zetian menerapkan politik ekspansif terhadap negara negara disekitarnya demi meluaskan wilayah kekuasaan Dinasti Tang, seperti mengirimkan pasukan untuk menaklukkan Korea yang berlangsung antara 660-668. Namun, disamping politik ekspansif, Wu juga membina hubungan diplomatik dengan pihak asing, seperti bangsa Arab yang baru saja menaklukkan Kerajaan Sasania, dimana pada tahun 651, duta besar mereka untuk pertama kalinya tiba Changan.
Demi melanggengkan kekuasaan setelah suaminya wafat, Wu memanipulasi suksesi kekuasaan dengan meracuni Putra Mahkota Li Hong serta mengasingkan para pangeran lainya. Ia mengangkat putra ketiganya Li Zhe sebagai kaisar baru dengan gelar Zhongzhong (684) yang hanya sempat memerintah selama 6 minggu. Zhongzhong diturunkan dari tahta dan digantikan oleh adiknya yang bernama Li Dan (gelar Ruizong, memerintah 684-690). Jelas sekali bahwa ia adlah semata-mata kaisar boneka, karena tidak pernah hadir memimpin rapat-rapat kenegaraan. Perannya sebagai kaisar digantikan oleh Wu dan ia sesungguhnya hanyalah tahanan rumah di istananya sendiri. Pada tahun 690 Wu melakukan langkah terakhirnya dengan menurunkan Ruizong dari singgasana, mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar, serta menamai dinasti barunya dengan Dinasti Zhao.
Cerita singkat Dinasti Zhao yang dikaisari oleh Wu, ia melakukan langkah yang luar biasa demi mamajukan negerinya, yakni dengan mengumpulkan orang berbakat dari segenap penjuru negeri, terlepas dari latar belakang keluarga serta status sosialnya. Siapa saja yang berhasil lulus ujian negara akan diberi jabatan dalam pemerintahan. Dalam bidang pertanian, ia memberikan perhargaan bagi para pejabat yang berhasil mengolah tanah tak terpakai menjadi lahan pertanian dan menjadikan wilayahnya berkelimpahan bahan pangan. Sebaliknya bila gagal, mereka akan menerima hukuman. Sebagai alat propaganda Wu memanfaatkan Buddhisme dan Daoisme, ia menyatakan dirinya sebagai penjelmaan Ibu Surgawi yang merupakan ibu Laozi, pendiri Daoisme, serta memerintahkan agar patungnya ditempatkan di tiap-tiap kuli Daois.
Namun sayang sekali, Wu akhirnya lupa daratan dan melakukan tindakan yng bertentangan dengan aturan moralitas yang berlaku pada zamannya, yakni dengan mengumpulkan selir-selir pria. Penyuapan dan korupsi marak dimana-mana, sehingga sang kaisar wanita kehilangan simpati rakyat. Pada tahun 705 setelah gagal menyelamatkan kekasih-kekasihnya dari pembantaian oleh para pegawai istana yang marah, dan akhirnya Wu sakit keras, lalu perdana menteri Zhang Jianzhi melakukan perebutan kekuasaan dan mengembalikan bekas Kaisar Zhongzhong ke singgasananya.
b.    Bangkitnya Kembali Dinasti Tang
Kaisar Zhongzhong kini memerintah untuk yang kedua kalinya (705-710). Dua puluh tahun masa pengasingan tidak meningkatkan sediktpun kemampuannya dalam memerintah. Kekuasaan kembali berada ditangan para permaisuri, Ratu Wei dan kekasih gelapnya Wu Sansi (sepupu Wu Zetian) mengendalikan pemerintahan kerajaan dengan melakukan korupsi, perampasan tanah, memaksa anak-anak menjadi budak, serta memperjual-belikan jabatan di istana. Ratu Wei diyakini telah meracun Zhongzhong dan merahasiakan kematiannya untuk sementara waktu hingga seluruh anggota keluarganya memperoleh jabatan penting di istana. Kemudian ia mengangkat putra sendiri, Chong Mao sebagai kaisar baru, tetapi kaisar baru ini tidak diikut sertakan dalam daftar kaisar Dinasti Tang, karena singkatnya masa pemerintahannya yang hanya berlangsung dua mingg. Musuh Ratu Wei yang dipimpin oleh Puti Taiping (anak Wu Zetian) menurunkan kaisar dari tahta dan meminta agar adiknya Li Dan yang sebelumnya pernah bertahta sebagai Kiasar Ruizong agar bersedia naik tahta kembali untuk yang kedua kalinya (702-710). Setelah memerintah selama dua tahun, ia mengundurkan diri dan digantikan oleh putranya Li Longji, yang naik tahta dengan gelar Xuanzong (712-756).
Xuanzong yang dikenal dengan nama Minghuang “Kaisar nan Gemilang” adalah putra Ruizong dengan selir Dou. Masa kecil Xuanzong dibayang-bayangi oleh Wu Zetian, yang telah membunuh ibunya dan menjadikan anggota keluarga ayahnya sebagai tahanan rumah. Sebagai seorang kaisar baru, ia mewarisi negara yang kacau balau dan korup. Oleh karena itu, ia dengan segera melakukan gerakan pembersihan terhadap pejabat-pejabat lama dan menggantinya dengan wajah-wajah baru, sehingga memulihkan kembali otoritasnya sebagai kaisar. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memulihkan kendali pemerintah pusat terhadap proinsi-provinsi yang jauh dengan jalan merotasi tempat tugas pejabatnya antara pusat dan daerah. Sehubungan dengan birokrasi pemerintahan, Xuanzong hanya mengangkat sedikit menteri saja, namun seluruhnya adalah orang berkompetensi tinggi. Pada masa pemerintahannya, hukum disusun kembali hingga terkesan manusiawi dan adil, dimana hal ini ditunjukkan untuk memulihkan ipati rakyat terhadap pemerintahan pusat, para tuan tanah yang dahulu tidak perlu membayar pajak kini harus membayar.
Kaisar Xuanzong juga merupakan seorang seniman terkemuka pada zamannya, ia merupakan seorang penyair, ahli kaligrafi, musisi berbakat, dan pelindung seni, ia mendirikan Akademi Sastra Kerajaan. Keterbukaan terhadap gagasan-gagasan baru menarik kedatangan para sarjana, pelukis, penyair, dan musisi dari berbagai negara. Sosok kaisar dengan kebribadian hangat ini, telah kenyang dan muak terhadap intrik istana, sehingga untuk mengantisipasi hal itu, ia menjauhkan istri-istrinya dan kaum Keberi dari urusan pemerintahan. Meskipun kaum wanita istana bebas untuk berhubungan dengan dunia luar, tetapi keluarga mereka tidak diperbolehkan memegang jabatan penting di istana. Sebagai langkah penghematan, Xuanzong melarang penggunaan barang-barang serta pakaian mewah, hiasan mutiara dan giok yang mahal-mahal tidak diperkenankan lagi untuk dikenakan di istana.
Seiring dengan bertambah usianya sang kaisar, ia makin jemu dengan urusan pemerintahan. Meskipun masih mengindari sidang harian di istana hingga berusia 70 tahun, ia makin tenggelam Daoisme dan Buddhisme Tantra, yang banyka dipenuhi oleh hal-hal yang magis, mantra, serta meditasi visualisasi. Para penguasa Dinasti Tang melegitimasi kekuasaan mereka dengan menyatakan dirinya sebagai keturunan Laozi, pendiri Daoisme, karena memang benar bahwa marga mereka kebetulan sama dengan marga Laozi (Li). Xuanzong memanfaatkan kebetulan ini untuk meningkatkan kekuasaanya denan jalan menunjang Daoisme lebih tinggi ketimbang Buddhisme.
c.    Kemuduran dan Keruntuhan Dinasti Tang
Para penguasa Dinasti Tang setelah Xuanzong merupakan kaisar-kaisar lemah, dan masa akhir Dinasti Tang dipenuhi dengan kekacauan serta pemberontakan. Salah satu pemberontakan terbesar yang menggoyahkan sendi-sendi Dinasti Tang adalah pemberontakan An Lushan yang berlangsung hingga tahun 763 selama pemerintahan dua orang kaisar, yakni Suzong (756-762) dan Daizong (762-779). Pemberontakan ini menyita kekayaan dan kekuatan Dinasti Tang. Kelemahan Dinasti Tang ini tidak disia-siakan oleh Bangsa Tibet yang berulang-ulang kali menyerang China hingga tahun 777. Menjelang akhir hayat Dinasti Tang para kaisarnya gagal mempertahankan kekuasaanya atas para gubernur setempat, bahkan jarang diantara mereka yang sanggup memerintah lebih dari 15 tahun.
Penyebab kemunduran dan keruntuhan Dinasti Tang dapat disimpulkan menadi lima hal, yaitu:
1)    Krisis Tianbao
2)    Pemberontakan An Lushan
3)    Gerakan saparatisme fanzhen
4)    Bangkitnya kembali kekuasaan ditangan kaum keberi dan perselisihan dalam istana.
5)    Pemberontakan petani
Penjabaran dari faktor penyebab runtuhnya Dinasti Tang, antara lain:
    Krisis Tianbao
Pada masa akhir pemerintahannya, Kaisar Xuanzong menjadi semakin mabuk kekuasaan dan boros, ia lebih mengutamakan bersenang-senang dengan selirnya yang bernama Yang Gueifei, selir yang sebelumnya merupakan istri anaknya ini berasal dari Sichuan dan terkenal akan kecantikannya. Karena sama-sama menggemari tarian dan musik, dengan segera kaisar tersihir oleh pesonanya. Urusan kenegaraan diabaikan dan orang-orang yang tidak setia dan korup diangkatnya sebagai menteri, seperti Li Linfu serta Yang Guozhong.
Tindakan ini menyebabkan kekacauan dalam pemerintahan. Li Linfu merupakan seseorang yang selalu diliputi rasa iri dan dengki, dalam kurun waktu 16 tahun masa jabatannya itu, ia telah bertindak sebagai seorang tiran atau diktator, selalu saja dicarinya akal untuk menjebak dan menyingkirkan orang-orang yang menentangnya. Ketika Li wafat, kaisar mengangkat Yang Guozhong yang merupakan kerabat selir kesayangannya itu sebagai penggantinya, inilah yang membuka peluang bagi keluarga Yang Guozhong untuk menguasai pemerintahan Dinasti Tang.
    Pemberontakan An Lushan
Pada tahun 755 An Lushan seorang jenderal penjaga perbatasan (jiedushi), ia merupakan keturunan Turki yang bertubuh gemuk dan berperangai kasar, menerbitkan pemberontakan di Fanyang dengan tujuan untuk mengakhiri kekuasaan pejabat korup Yang Guozhong. Ia menyatakan dirinya sebagai kaisar dan menamai dinastinya dengan Yan. Pasukan yang dipimpinya menyerbu ke arah selatan, membantai penduduk Kaifeng merebut Luayong dan ibukota Changan. Kaisar beserta Yang Guifei melarikan pada malam harinya ke Sichuan, ditengah pelarian itu, para prajurit yang menyertai kaisar menyalahkan Yang atas segenap kekacauan itu dan menuntut agar Yang dibunuh saja. Kaisar yang tidak berdaya terpaksa memenuhi tuntutan itu dan memerintahkan agar selir kesayangannya itu menjerat lehernya sendiri dengan tali sutra, lalu Yang Guozhong juga menemui ajalnya ditangan para prajurit.
Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Jendral Guo Ziyi dan Li Guangbi pada tahun 763. Kedahsyatan pemberontakan ini mengakibatkan hancurnya perekonomian China utara dan tanah yang terbengkalai semakin luas. Kota-kota dan desa-des berubah menjadi reruntuhan serta ditumbuhi ilalang. Peristiwa ini dikatakan sebagai titik balik kejayaan Dinasti Tang menuju keruntuhannya.
    Gerakan Separatisme Fanzhen
Pada awal abad ke-8, untuk melindungi daerah perbatasan, didirikanlah berbagai benteng di daerah perbatasan yang disebut dengan fanzhen. Pemimpin masing-masing benteng itu diberi gelar jiedushi atau “jenderal penjaga perbatasan”. Mereka memegang kekuasaan militer, sipil, dan keuangan. Seiring dengan berjalannya waktu, kekuasaan penguasa masing-masing benteng ini makin meningkat. Pada masa pemberontakan An Lushan saja, lebih dari 90% angkatan bersenjata kerajaan berada dibawah kendali fanzhen. Pemerintah pusat secara bertahap kehilangan kendali atas daerah-daerah perbatasan yang jauh
Setelah pemberontakan An Lushan berhasil dipadamkan, jumlah fanzhen semakin bertambah dan para penguasa Dinasti Tang harus membagi loyalitas mereka denga harga mahal. Jiedushi diizinkan untuk membentuk tentara sendiri dan memungut pajak. Mereka juga diperbolehkan untuk mewariskan jabatan mereka pada keturunannya. Banyak daerah yang berada dibawah kekuasaan  jiedushi, hanya secara teoritis saja berada dibawah kekuasaan Dinasti Tang, sehingga boleh dikatakan bahwa para jiedushi ini telah mendirikan kerajaannya senidir-sendiri. Masing-masing fanzhen bertumpu pada kekuatan militer dan finansialnya, dimana mereka saing berperang satu sama lain dan terkadang juga memusuhi pemerintah pusat, konflik ini berlangsung hingga penghabisan Dinasti Tang dan benar-benar memperlemah persatuan negara.
    Bangkitnya Kembali Kekuasaan di Tangan Kaum Keberi dan Perselisihan dalam Istana
Bangkitnya kembali pengaruh Kaum Keberi sebenarnya berawal pada akhir pemerintahan Kaisar Xuanzong, ketika salah seorang dari mereka yang bernama Gao Lishi diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik. Pada saat Kaisar Suzong mewarisi tahta, ia memberikan jabatan penting sebagai penasihat pada seorang Keberi bernama Li Fuguo, dan bahkan menjadikannya pemimpin pasukan pegawai kerajaan. Pada akhir-akhir makin banyak tugas penting yang dilimpahkan pada mereka, seperti penetapan kebijakan politik, pengangkatan para pejabat, dan bahkan penobatan atau penyingkiran seorang kaisar.
Intrik dalam istana yang terjadi antara masa pemerintahan Kaisar Xianzong ((762-779) dan Xuanzong [II] (846-859) makin memperburuk keadaan. Pada saat itu, para pejabat istana terpecah menjadi dua kubu yang masing-masing disebut dengan Kubu Li dengan Li Deyu sebagai pemimpinnya dan Kubu Niu dengan Li Zongmin sebagai pemimpinnya. Kedua kubu inimasing-masing memperjuangkan kepentingannya sendiri. Perselisihan dalam istana ini tentu saja makin mempercepat kejatuhan Dinasti Tang.
    Pemberontakan Petani
Pada masa akhir Dinasti Tang, para penguasa menjadi begitu serakah dan korup, mereka merampas tanah secara semena-mena dan tetap memungut pajak meskipun terjadi bencana alam, ini semua mengakibatkan penderitaan tak terkira bagi para petani, ditambah lagi dengan bencana alam dan banyaknya yang tewas akibat berkecamukny berbagai perang saudara dipengujung Dinasti Tang. Penderitaan yang luar biasa ini mendorong mereka untuk memberontak pada tahun 875.
Pemimpin mereka bernama Wang Xianzhi dan Huang Zhao mulai mengobarkan pemberontakan di Henan dan Shandong. Beberapa tahun kemudian, Wang Xianzhi wafat dan digantikan oleh Huang Zhao, ia berhasil menguasai hampir setengah wilayah China. Pada akhirnya kaum pemberontak berhasil menguasai Changan dan mendirikan dinasti baru bernama Qi. Kaisar Xizong (873-888) terpaksa melarikan diri ke Chengdu. Meskipun berhasil meraih kemenangan gemilang, pasukan pemberontakkan masih belum sanggup mematahkan sepenuhnya kekuatan Dinasti Tang. Kaisar Xizong mengumpulkan sisa-sisa pasukan yang masih loyal pada kerajaan dan menggabungkannya dengan fanzhen. Dengan kekuatan gabungan ini pasukan pemberontakan berhasil diusir dari Changan. Huang Zhao merasa putus asa atas kekalahan itu dan membunuh dirinya pada tahun 884. Sekalipun para pemimpinnya telah tewas, tetapi pemberontakan ini masih berlangsung selama 10 tahun lagi, dan melanda belasan provinsi, seta melibatkan lebih dari 1juta pasukan. Pemberontakan ini melemahkan kelas penguasa dan kekuatan militer Dinasti Tang.
d.    Akhir Dinasti Tang
Kaisar Xuanzong digantikan oleh Li Yu, putra ketiganya yang naik tahta dengan gelar Suzong (756-762), penguasa Dinasti Tang berikutnya merupakan putra tertua Suzong yang naik tahta dengan gelar Daizong (762-779). Masa pemerintahan kedua penguasa ini didominasi oleh pemberontakan An Lushan, kerusakan yang ditimbulkan pemberontakan ini sangatlah besar pada populasi penduduk Dinasti Tang merosot dari 53juta jiwa (sensus tahun 754) menjadi hanya 17juta jiwa (sensus tahun 764). Keadaan ini makin diperparah dengan penyerbuan bangsa Tibet terhadap Changan pada tahun 763. Meskipun Daizong dapat kembali ke Changan, tetapi bangsa Tibet masih terus melancarkan serangannya hingga tahun 777. Sebagai seorang penguasa Daizog gagal mengendalikan keadaan, ia tidak berhasil pula membangkitkan semangat dan moralitas prajuritnya dan malah terbawa dalam hal-hal mistik. Kaum Keberi dijadikan penasihatnya. Ketidaksanggupan Daizong ini mengakibatkan lepasnya enam provinsi diperbatasan dari kendali pemerintah pusat, para gubernurnya telah bertindak seolah-olah sebagai raja yang merdeka.
Li Shi, putra tertua Daizong menggantikan ayahnya sebagai kaisar dengan gelar Dezong (779-805), ia merupakan seorang penguasa yang cerdas, berusia 40 tahun yang berusaha mengembalikan otoritas kerajaan. Tetapi, usaha ini digagalkan oleh para gubernur setempat antara tahun 781-786, yang berusaha untuk mengokohkan pewarisan kekuasaan mereka pada putra-putranya. Karena tidak mempercayai seorangpun sebagai kepala pasukan pegawai istana, Daizong menyerahkannya dibawah kendali Kaum Keberi. Hal ini dilakukan karena kaisar yakin bahwa ketergantungan kaum tersebut pada kerajaan akan menjamin loyalitas mereka. Naum, kaum Keberi tenyata menyalahgunkan kepercayaan kaisar dengan menganiaya rakyat, menerima suap, serta mengadopsi anak demi melanggengkan kekuasaan mereka. Dalam kurun waktu 20 tahun, jumlah mereka membengkak mejadi 5.000 orang dan cukup berpengaruh dalam menentukan suksess kepemimpinan Dinasti Tang.
Shunzong (805) alia Li Song, putra tertua dan pewaris Daizong menderita kelumpuhan akibat stroke dan mengudurkan diri setelah setahun berkuasa. Meskipun hanya berkuasa setahun, Shunzong dengan berani mendukung rencana reformasi yang diajukan Wang Shuwen, seorang pejabat yang jujur dan setia serta menitahkan agar kaum miskin dikecualikan dari penarikan panjang. Kaisar dengan penuh keberanian mengukum para pejabat yang tidak jujur, gebrakan ini dikenal dengan sebutan Reformasi Yongzhen. Tindakan tentu saja mendapat tentangan dari para pejabat dan kaum Keberi yang korup, mereka bersatu padu dan memaksa kaisar turun tahta saat menderita stroke.

e.    Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Semasa Dinasti Tang
Ilmuan terkenal pada masa xuanzong adalah yixieng (683-727), yang sekaligus merupakan seorang biarawan budhis. Ia adalah orang yang pertama menghitung panjangnya garis bujur bumi dan penemu sebuah alat khusus yang dipergunakan untuk mengukur panjang lingkaran garis bujur bumi tersebut. Untuk melakukan pengukuran ini, yixieng harus prgi ke Henan pada tahun 724 guna mengamati perbedaan derajat bayangan matahari. Apa yang di lakukan yixieng ini merupakan usaha pengukuran garis bujuryang pertama di dunia. Yixieng merupakan penerjemah beberapa kitab suci budis berbahasa sansekerta ke dalam bahasa mandarin (antara lain sutra mahavairocana) sehingga memperkaya kazanah kesusastraan China.
Prestasi besar dinasti Tang lainnya adalah pembuatan patung lembu yang terbuat dari besi tuang, di mana empat buah patung semacam ini ditemukan kembali pada tahun 1989. Hasil karya tersebut menunjukan betapa majunya China  di dalam seni pengolahan dan pengecoran logam.
Sehubungan dengan ilmu bangunan, dinasti tang merupakan pelopor pembangunan jembatan busur yang terbentuk dari skmen sebuah lingkaran. Insinyur China adalah yang pertama kalimenmukan bahwa sebuah busur tidaklah harus terbentuk dari setengan lingkaran penuh. Sebuah jembatan tidak harus di bangun menurut busur setengah lingkaran, melainkan dapat pula di bentuk dari sekmen lingkaran.   
f.    Pekembangan Ilmu Pengobatan Semasa Dinasti Tang
Ilmu pengetahuan berkembang pesat semasa pemerintahan dinasti sui dan tang. Pada masa awal pemerintahan kaisar Taizong, negara membuka sekolah ketabibpan yang mengajarkan berbagai spesifikasi di bidang pengobatan. Selanjutnya, semasa berkuasa Kaisar Gaozong, pemerintahan Dinsti Tang menerbitkan buku kumpulan bahan obat-obatan, dimana karya semacam itu baru muncul di Eropa 800 tahun kemudian. Tokoh terkemuka ilmu pengobatan yang berasal dari zaman ini adalah Sun Simiao yang mempelajari hasil karya tabib terkemuka zaman dahulundan gejala-gejala pnyakit yang dialami masyarakat.
Selain itu, Sun juga meneliti praktik pengobatan rahasia dan juga pengetahuan medis yang berasal dari negeri asing. Semua itu lalu diterbitkan dalam dua jilid buku yang masing-masing berjudul Qianjing Fang (sepuluh ribu resep keemasan) Qianjing Yifang (sepuluh ribu pelengkap resep keemasan). Kedua naskah itu berisikan berbagai hal yang meliputi farmakologi, etiologi, ginekologi, pediatrik, metode diet, akupuntur, dsb. Berbagai penyakit beserta obatnya dijelaskan secara gamblang di dalamnya. Karya Sun ini diakui ebagai konstributor penting bagi perkembangan ilmu pengobatan tradisional China. 
g.    Perkembangan Seni Semasa Dinasti Tang
Zaman ini sering disebut sebagai masa kejayaan puisi China. Tema dan gayanya begitu luas, sehingga boleh dikatakan bahwa seni puisi semasa Dinasti Tang melebihi para pendahulunya. Kumpulan lengkap puisi-puisi Dinasti Tang diterbitkan semasa Dinasti Qing (1644-1911/1912) dan berisikan lebih dari 50.000 puisi yang berasal dari sekitar 2.000 penyair. Para penyair terkenal yang hidup di zaman ini adalah Li Bai, Du Fu, dan Bay Juyi. Li Bai alias Li Bo atau Li Daibo (701-762) hidup semasa puncak kejayaan Dinasti Tang dan telah menuliskan sekitar 900 puisi. Ciri khas karyanya adalah pengungkapan perasaan yang bebas dan imajinatif. Salah satu karyanya berjudul Dibawa ke dalam anggur (Bringing in the Wine) yang berbunyi:
o, biarlah seorang lelaki yang bersemangat bertualang ketempat yang disukainya. Dan tidak pernah mengosongkan cangkir emasnya di hadapan sang rembulan. Karena langit memberinya bakat, maka biarlah itu dimanfaatkanya.
Dalam karyanya ini, jelas sekali Li Bai memberikan nasihat untuk memanfaatkan segenap  bakat yang kita miliki. Sajak Li Bai lainya berjudul Pertempuran di sebelah selatan Benteng-benteng (Fighting South of the Ramparts):
Pasukan sang raja telah menua
Maju berperang sejauh 10.000 li dari rumah
Bangsa Hun tidak pernah berdagang dan hanya tahu bertempurserta menumpahkan darah
Mereka tidak memiliki ladang untuk diolah
Tetapi hanya gurun di mana tulang memutih terserak di atas pasir kuning
Orang mati di mdan perang, menghantamkan pedang dengan pedang
Kuda sang penakluk meringkik ke langit
Gagak dan elang mematuki sisa-sisa tubuh manusia
Membawa dengan paruhnya dan menggantungkanya di pohon nan kering
Komandan dan serdadu sama-sama tergolek di atas belukar serta rumput
Para  jendral mencari strategi dengan sia-sia
Dengan demikian tahulah ia bahwa pedang itu benda terkutuk
Di mana orang bijak akan menggunakannya hanya bila sangat di perlukan
Maka sajak di atas adalah dukungan bagi perdamaian dan kecaman bagi peperangan karena hanya akan mengorbankan nyawa manusia secara sia-sia.
Li Bai adalah seoarang yang gemar mengembara dan tidak senang tinggal menetap di suatu tempat. Li amat mecintai keindahan alam, kegemaran Li Bai lainya adalah arak. Dalam kebanyakan sajaknya, tak pernah ia melupakan arak dan rembulan, yang sinar keemasannya begitu mempesonakan hatinya.
Du Fu (712-770) adalah penyair yang memiliki kehidupan yang menyedihkan. Hidupnya sering di rundung bencana. Karena sering dirundung kemalangan ini, sajaknya sering diwarnai oleh nuansa kesedihan dan kemuraman:
Di belakang pintu hartawan, arak dan daging membusuk
Di jalan terserak tulang orang yang mati beku
Sajak-sajak karya Du Fu sangat mengharukan hati, serta mencerminkan sikap yang anti peperangan.
Penyair berikutnya adalah Bai Juyi (772-846). Isi sajaknya bertemakan kecaman terhadap ketidak-bijaksanaan pemerintan serta kebiasaan buruk masyarakat.
h.    Perkembangan Ekonomi dan kemasyarakatan Semasa Dinasti Tang
Pemerintahan Dinasti Tang memperpanjang terusan yang telah di bangun oleh para penguasa Dinasti Sui guna memperlancar transportasi gandum dari daerah aliran sungai Yangzi yang subur ke utara. Ibukota Changan dan Luoyang dikeliligi oleh tembok kokoh sepanjang 36 km. Untuk mempermudah administrasi pemerintahan, ibukota di bagi menjadi beberapa sektor.
Dinasti tang memberlakukan sistem pembagian tanah secara merata (juntiafa) yang sebelumnya telah diperkenalkan semasa Kerajaan Wei Utara. Sistem pembagian tanah secara merata ini dimaksudkan untuk menjamin pemasukan yang pasti bagi negara dengan mengurangi kepemilikan tanah oleh para tuan tanah. Untuk merealisasikan sistem ini, diperlukan pendataan jumlah rumah tangga yang akurat (huji) melalui sensus penduduk. Meskipun seluruh tanah di negeri itu secara toritis adalah kepunyaan kaisar, tetap saja para bangsawan dan tuan tanah setempat dapat memperluas kepemilikan tanah secara legal.
Sistem ujian negara sering disempurnakan semasa Dinasti Tang, dengan menambahkan lebih banyak mata ujian. Secara umum, ujian negara itu di bagi menjadi dua bagian yaitu changju dan zhiju. Changju terdiri dari berbagai subjek, tetapi yang terpenting di antaranya adalah kajian kiat klasik Konfusianisme (minjing) dan sastra (jinshi). Zhisu dihadiri oleh kaisar sendiri, dan tidak memiliki subjek yang pasti. Sistem ujian negara ini membuka kesempatan bagi rakyat jelata untuk menadi pejabat, dimana hanya orang yang oaling berbakat saja yang diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Kitab hukum Dinasti Tang disusun pada tahun 624 dengan berdasarkan atas undang-undang yang berlaku pada zaman dinasti-dinasti sebelum nya. Di dalam nya, tercantum aneka kejahatan beserta hukuman nya masing-masing. Kitab undang-undang ini juga mempengaruhi negara-negara tetangga Dinati Tang, seperti Korea, Jepang, dan Vietnam.
i.    Penjelajahan dan Hubungan Luar Negeri Semasa Dinasti Tang
1.    Perjalan Xuanzang
Xuanzang terlahir dengan nama asli Chen Yi di dekat Luoyang, Henan pada tahun 602. Perjalanan diam-diam yang diawali pada tahun 629 dilakukan melalui Liangzhou di provinsi Gansu, lalu begerak ke arah barat melalui arah barat melalui provinsi Qinghai, Gurun Gobi, Hami, dan pegunungan Tianshan, sebelum akhir nya tiba di Turfan pada thun 630.
Perjalan dilanjutkan melalui berbagai negeri di Asia Tengah.setelah melalui celah Khyber, tia lah Xuanzang di  India.setelah mengumpulkan kitab-kitab suci Buddhis, Xuanzang melakukan persiapan untuk pulang ke Cina dan tiba embali di Changan pada tahun 645.
 Catatan sejarah mengatakan bahwa Xuanzang telah membawa 657 kitab dari india yang dimuat dalam 520. Karya-karya terepenting Xuanzang adalah sebuah catatan perjalanan yang berjudul Datang Xiyuji (catatan mengnai daerah barat) serta risalah keagamaan berjudul Chengweishilun.catatan perjalanan itu benar-benar merupkan informasi sejarah berharga bagi para arkeolog dan ahli sejarah jaman sekarang untuk menentukan lokasi kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tengah.
2.    Perjalanan Yijing
Berbeda dengan Xuanzang yang mengambil jalan darat menuju ke india, Yijing menempuhnya melalui laut. Yijing telah mengumpulkan berbagai naskah suci buddis, yang kini di bawanya ke Sriwijaya untuk diterjemahkan di sana. Selama hidup nya, Yijing telah menerjemahkan 56 kitab dalam 260 gulung (Quan), yang pentin di antaranya adalah Sutra Mahavairocana dan kumpulan aturan moralitas biarawan (Vinaya) aliran Mulasarvastisfada.
3.    Hubungan Persahabatan dengan Negeri Asing
Dinasti Tang merupakan zaman keemasan hubungan internasional dengan negeri-negeri asing. Dinasti Tang menjalin hubungan dagang dengan lebih dari tujuh puluh negara yang ada pada masa itu. Guna meningkatkan kemajuan perdagangan internasional ini, pemerintah memberikan keistimewaan pajak terhadap orang asing.
Contoh negara-negara yang menjalin hubungan persahabatan dengan China adalah  Persia dan Arab (Dashi). Bangsa Arab disebut Dashi pada zaman Dinasti Tang, diman pada tahun 651 mereka mengirim duta besar ke Changan untuk membuka hubungan dagang dengan China.
China juga menjalin hubungan denagan kekaisaran Bizantium yang dalam bahsa Tionghoa disebut Fulin. Catatan sejarah menyatakan bahwa utusan yang datang pada tahun 643 itu dikirim oleh Raja Fulin yang bernama Poduoli. Dari golongan Tionghoa sendiri, ada beberapa orang yang telah mengunjungi kekaisaran Bizantium.
 Catatan yang di buat oleh plancong Tionghoa merupakan satu-satunya uraian mengenai bangsa barat yang terdapat dalam catatan sejarah Dinasti Tang.
4.    Hubungan dengan suku-suku barbar di perbatasan China
Dinasti Tang mengembangkan politik perdamaian  dengan bangsa dan negeri-negeri kecil tetangga nya. Tujue adalah nama bangsa pengembara yang hidup di pegunungan Altai. Mereka membentuk suatu kerajaan pada pertengahan abad ke-6 dan berniat untuk memperluas wilayahnya. Semenjak lama, bangsa ini telah membina hubungan baik dengan China.
Bangsa Huihe adalah nenek moyang Bangsa Uigur, yang secara bertahap menjadi semakin kuat semenjak pemerintahan Dinasti Sui. Semasa Dinasti Tang, kerajaan ini membina hubungan baik denganya. Karena hubungan persahabatan yang erat ini, pasukan Huihe ikut serta mebantu Dinasti Tang memadakan pemberontakan An Lushan.
Semenanjung Korea semasa awal Dinasti Tang terbagi menjadi tiga negara, yakni Koguryo (Gaoli), Silla (Sinluo), dan Pekchee (Baij). Sekuruh kerajaan itu memiliki hubungan baik dengan Dinasti Tang. Budaya Tang sangat berpengaruh di silla. Pada tahun 675, mereka mengadopsi ssten penanggalan Dinasti Tang serta mulai menerapkan administrasi pemerintahan China pada pertengahan abad ke-8. Barang-barang Komoditas Silla makin memperkaya kehidupan penduduk Dinasti Tang,
Hubungan China dengan Jepang telah brlangsung semenjak awal Dinasti Tang dan masih berlanjut hingga zaman Dinasti sui dan Tang. Bahkan semenjak Dinasti Tang, Jepang mengirm utusan ke China sebanyak19 kali. Para pelajar dan biarawan berdatangan ke Chna untuk untuk menuntut ilmu. Yang terkemuka  diantara mereka adalah Apeizhongmalu dan seorang biarawan bernama Kobo Daishi (Konghai Daishi). Apeizhongmalu adalah pelajar Jepang paling terkemuka yang mengunjungi China.
Sebaliknya, para pelajar dan biksu China juga dikirimkan ke Jepang. Jian zhen adalah yang terpenting diantara mereka. Ia berlayar ke Jepang dan memperkenalkan Buddisme liran Vinaya ke sana. Pertukaran budaya ini sangat menguntungkan kedua bangsa. Kebudayaan Tionghoa menyebar hingga ke Jepang, diman sistem politik, hukum, ekonomi, dan gaya hidup sangat dipengaruhi oleh Dinasti Tang. Sebaliknya, budaya Jepang juga diperkenalkan di China, seperti musik dan tarian, yang menjadi sangat digemari pada masa itu.
5.    Hubungan dengan Kepulauan Nusantara
Berita sejarah China yang berasal dari zaman Dinasti Sui menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan yang berasal dari sebuah negeri bernama Duoluomo. Berdasarkan catatan geografis yang diberikan oleh berita sejarah itu, dapat disimpulkan bahwa Duoluomo ini adalah nama sebuah negeri yang terleta di Jawa bagian barat. Berdasarkan penemuan prasasti di Jawa Barat (prasasti ciareteum, pasir koleangkang, dsb) yang menyebutkan adanya nama negara bernama Tarumanegara, kita boleh menyimpulkan bawa Duoluomo ini identik dengan Tarumanegara.
Catatan Sejarah lainya dari Dinasti Tang menyebutkan adanya sebuah negeri bernama Heling atau sering juga disebut Jawa yang terletak di laut selatan, sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Oleh para sarjana, nama Heling ini diasosikan dengan Kalingga yang diperkirakan terletak di Jawa Tengah bagian Utara.
Ternyat tidak hanya negeri-negeri di pulau Jawa saja yang menjalin hubungan dengan Dinasti Tang, kerajaan-kerajaa di Sumatra ternya juga telah menjalin hubunan diplomatik dengan China. Sebuah negeri bernama Kantuoli yang terletak di Sumatra telah mengirimkan utusan ke China semenjak abad ke 5 hingga kurang lebih pertengahan abad ke 6. Semenjak saat itu hingga abad ke 14, nama ini tidak lagi disebut. Berita yang berasal dari abd ke 14 menyebutkan bahwa Sriwijaya dahulunya disebut Kantuoli. Yijing, seorang biksu terkemuka semasa Dinasti Tang, berkesempatan mengunjungi Sriijaya, dan mencatat pada tahun 689 dan 692 bahwa Sriwijaya adalah pusat Buddisme termasyhur. Yijing menganjurkan bahwa seseorang yang ingin belajar Buddisma di India, hendaknya belajar dahulu setahun atau dua tahun di Sriwijaya, shingga dapat lebih memahami kitab-kitab Buddis yang ali di India.
Sepulangnya dari belajar di Universitas Nalanda (India), Yijing tinggal di Sriwijaya selama 4 tahun (685-689) untuk menerjemahkan kitab-kitab Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Mandarin. Karena pekerjaan ini sangat berat baginya, akhirnya Yijing pulang dahulu ke China dan kembali bersama empat orang asistenya. Barulah setelah itu usaha menerjemahkan kitab suci dilanjutkan. Yijing tinggal di Sriwijaya hingga tahun 695. Negeri lainya di Sumatra yang menjalin hubungan diplomatik dengan China adalah Melayu, yang mengirimkan utusan pada tahun 644 atau awal 645.
 

1 komentar: