Senin, 02 Desember 2013

eropa kerajaan nasional

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Adanya suatu reformasi Protestan yang terjadi pada abad pertengahan memberikan suatu damapk yang sangat signifikan terhadap bangsa-bangsa di Eropa. Dimana adanya reformasi ini berakar terhadap suatu terbentuknya Kerajaan Nasional yang memilki arti bahwa negara-negara tersbut sudah mampu untuk memerintahkan bangsanya sendiri. Hubungan mengapa adanya suatu Kerajaan Nasional dapat dipengaruhi oeh reformasi Protestan dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari reformasi itu sendiri. Ini dapat dilihat dari kemajuan-kemajuan yang telah dihasilkan yakni  mengubah wajah Eropa. Dengan memutuskan para raja beserta rakyatnya dari kekuasaan Roma, maka Reformasi telah menyokong  tumbuhnya negara-negara kebangsaan modern.  Dengan mencoba Renaisans yang dinilai terlalu bebas, maka kebajikan dan moralitas agama dipulihkan kembali. Individualisme yang diwariskan Renaisans pada Reformasi terus berkembang. 
Kerajaan Nasional selain dipengaruhi adanya reformasi Protestan juga dapat dipengaruhi dengan adanya zaman pencerahan. Dimana ciri-ciri yang dapat terlihat dari zaman pencerahan ialah telah memberikan  sifat dan jiwanya kepada pemikiran modern. Manusia modern telah menolak konsep teologi Abad Pertengahan sebagai  suatu wewenang yang paling akhir. Orang Pencerahan menafsirkan alam semesta tidak lagi dipandang sebagai suatu hal yang misteri,  alam dapat dipelajari dan dikaji  berdasar kemampuan akal. Abad Pencerahan atau Abad Pemikiran merupakan Abad Kepercayaan, ilmu pengetahuan yang telah menggeser abad Iman yang telah terjadi selama Abad Pertengahan.
Akhirnya dapat dijabarkan bahwa terbentuknya Kerajaan Nasional pada mulanya didasarkan pada adanya kebebasan dalam persamaan bahasa atau kebudayaan, baru kemudian atas kesadaran nasional. kerajaan nasional pertama yang terbentuk serta mencapai kesatuan di Eropa Barat yaitu. Spanyol, Portugal, Inggris, Perancis dan Belanda. Negara-negara nasional Eropa menjalankan politik merkantilisme yaitu paham yang melaksanakan kegitan perdagangan yang diatur sepenuhnya oleh negara untuk memperoleh neraca perdagangan yang aktif. Keuntungan perdagangan diwujudkan dalam bentuk logam mulia(emas) sebanyak mungkin sebagai ukuran kekayaan, kesejahteraan dan kekuasaan negara (Raja). Bagi kerajaan nasional yang menjalankan merkantilisme perencanaan perekonomiannya diatur sebagai berikut:
1. Berusaha memiliki logam mulia sebanyak-banyaknya.
2. Menggalakan perdagangan luar negeri untuk melengkapi perdagangan dalam negeri.
3. Menggalakkan kegiatan industri yang mengubah bahan baku menjadi bahan jadi untuk diekspor.
4. Menggalakan pertambahan penduduk sebab banyak tenaga kerja yang banyak diperlukan untuk industri.
5. Negara mengawasi perkembangan perekonomian dan ikut campur bila dianggap perlu.
Namun dalam membahas Kerajaan Nasional pemakalah hanya memfokuskan terhadap beberapa negara saja. Walaupun banyak negara seperti Spanyol, Portugal, Belanda, Inggris dan Perancis yang disebut sebagai Kerajaan Nasional. 
1.2    Rumusan Masalah
1.    Apa yang menyebabkan munculnya Kerajaan Nasional ?
2.    Negara apa saja yang menjadi melopor lahirnya Kerajaan Nasional?
3.    Apa keuntungan yang dicapai dengan lahirnya Kerajaan Nasional pada negara-negara tersebut?
4.    Apa perbedaan Kerajaan Nasional dari setiap negara-negara tersebut?

1.3    Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui sejarah Eropa lebih dalam lagi, khususnya terhadap topik munculnya Kerajaan Nasional.
2.    Untuk mengetahui negara-negara mana saja yang mnejadi pelopor lahirnya Kerajaan Nasional.
3.    Dapat memberikan suatu gambaran dari setiap negara – negara yang menjadi pelopor lahirnya Kerajaan Nasional.

BAB 2. PEMBAHASAN
Bangkitnya bangsa-bangsa Eropa untuk mampu mendirikan, memerintahkan dan melepaskan dari bangsa lain merupakan awal dari terbentuknya suatu kerajaan nasional. Salah satu bangsa yang memprokklamirkan diri sebagai bangsa yang mandiri ialag Spanyol, Portugal, Belanda, Inggris, dan Perancis. Oleh karena untuk mengetahui bagaimana negara-negara tersebut mampu menjadi bangsa yang dapat kita perlu mengetahui juga sejarah terbentuknya dan faktor apa saja yang mengakibatkan negara tersebut menjadi suatu kerajaan nasional.
2.1 Kerajaan Nasional di Spanyol
2.1.1 Sejarah perselisihan terhadap sentimen Agama (Islam-Katolik)
Latar belakang terbentuknya negara nasional Spanyol adalah sejalan dengan sentimen terhadap kekuasaan Islam di Spanyol sejak tahun 711 (abad 8 ) sampai 1492 ( abad 15) yaitu dinasti Ummayah yang berpusat di Cordoba (disebut pula Kalifah Barat) Konsolidasi Spanyol tercapai pada tahun 1469 setelah terjadi perkawinan antara Ratu Isabella dari kerajaan Kristen Castilia dengan Raja Ferdinand dari kerajaan Kristen Arragon. Pada tahun 1492 kota Islam yang terakhir yaitu Granada berhasil direbut mereka. Kesatuan Spanyol pada waktu itu kurang utuh bila dibandingkan Perancis dan Inggris karena ada konflik Ras, agama, bahasa dan perasaan kebangsaan lokal.
Jauh sebelumnya, Spanyol adalah satu kerajaan islam dengan nama Andalusia. Sampai akhirnya, satu per satu kota-kota itu direbut oleh Spanyol, Cordoba, Sevilla (pusatekonomi), Jerez (pusatmiliter), Pantai Mediterania dan Lembah Ebro. Wilayah Spanyol dan Portugal berada dalam semenanjung yang dulu namanya, Iberia. Sejak abad ke 5 M, daerah ini dikuasai oleh bangsa Vandals, maka wilayah ini, terutarna bagian selaian disebut Vandalusia. Menjelang kedatangan Islam, daerah ini dikuasai oleh bangsa Visigmh (atau disebut juga bangsa Gothia, atau bangsa Got). Pada awal abad ke 8, menjelang runtuhnya Bani Umayyah, daerah ini sudah dapat dikuasai oleh pemerintahan  Islam. Tercatat tiga pahlawan Islam yang terkenal berkaitan dengan penaklukan daerah ini. yaitu Tarif ibn Nalik, Tarik bin Ziyad dan Musa ibn Nushair. Tarif ibnu Malik dapat dikatakan sebagai perintis. Ia bersama pasukannya menyeberang selat menuju semenanjung Andalusia, menaiki empat buah kapal yang disediakan Julian, penguasa Cema. Dalam penyerbuannya Tarik memperoleh kemenangan dan kembali ke Afrika utara membawa harta rampasan perang yang cukup banyak, peristiwa ini terjadi pada tahun 91 H.
Pada tahun 711 M, Jabal ibnu Tariq, seorang komandan bani Umayah tiba di semenanjung Iberia ( Spanyol-Portugal) melalui selat Gibraltar. ( Nama ini berasal dari kata Jabal Tarik dengan pengucapan lidah barat). Tarik terus memasuki Spanyol dan dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderck, penguasa Spanyol dikalahkan. Seterusnya, setelah mendapat dukungan dari penduduk setempat, Tarik menaklukan kota-kota berikutnya, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothiasaatitu). Sementara Tarik telah memperoleh kemenangan, kemudian pada tahun 712 M, Musa bin Nushair menyusul dengan pasukannya untuk merebut kota-kota lain. Pasukan Musa dapat menaklukan kota-kota Medina, Sidonia, Karmonia, Seville, Merida, pasukan Musa kemudian bergabung dengan Tarik di Toledo, yang kemudian mereka menuju keutara, menaklukan wilayah Aragon, Castille, Galicia, Sarragosa, Barcelona dan Praus. Pada waktu Tarik dan Musa memenangkan pertempuran-pertempuran dan menguasai kota-kota di Andalusia, maka sejak itulah Spanyol mulai dikuasai oleh Islam dibawah kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada waktu itu sebagian besar daratan Eropa masih berada didalam kegelapan. Mereka masih hidup terbelakang dan belum mengenal peradaban. Dari semenanjung ini lah sedikit demi sedikit pasukan Umayah berhasil memperluas kekuasaan hingga mencapai sebagian besar wilayah Pay Basque di pegunungan Pirenia-Perancis hingga 200 tahun lamanya. Mereka bahkan hampir menguasai pedalaman Perancis bila saja pada pertempuran di Poitier pada tahun 733 M tidak berhasil dikalahkan pasukan Perancis dibawah raja Frank Charles Martel. Sementara itu pada tahun 755 M dinasti Umayah di Syam (Damaskus) jatuh ke tangan dinasti Abbasiyah yang beraliran Syiah. Abdul Rahman ad-Dakhil, penguasa terakhir dinasti Umayyah berhasil lolos dari kejaran Abbasiyah dan menyelamatkan diri ke Spanyol. Di negeri ini ia berhasil mempertahankan satu-satunya kekuasaan dinasti Umayah yang tertinggal dan mendirikan kerajaan Andalusia yang lepas dari kekuasaan pusat Abasiyah.
    Dibawah kekuasaan Abdul Rahman an-Nashir, yang berkuasa antara tahun 912-961, Andalusia mencapai kejayaan pada segala bidang kehidupan. Kerajaan ini secara mutlak menguasai seluruh semenanjung Iberia selama 275 tahun, yaitu hingga tahun 1030 M. Sayang setelah itu ia terpecah menjadi lebih dari 20 ‘ muluk thawaif’ atau kerajaan-kerajaan kecil yang lemah dan menyebar diseluruh Iberia. Yang terkenal diantaranya adalah kerajaan Seville ( 1056-1147) dan Granada ( 1237-1492) sebelum akhirnya benar-benar lenyap setelah ditaklukkan kerajaan Kristen dibawah raja Arragon, Ferdinand II. Kerajaan-kerajaan kecil Islam ini jatuh disebabkan tidak adanya persatuan di dalam tubuh mereka. Jadi pihak Kristen sebenarnya hanya memanfaatkan kelemahan tersebut. Orang Spanyol menamakan peristiwa kemenangan mereka itu ‘Reconquista’ yang berarti Penaklukan Kembali.
Castilla dan Aragon Keduanya adalah kerajaan yang dianggap bertanggung jawab atas hancurnya Andalusia dan Granada. Namun yang menjadi catatan, kejatuhan terakhir kerajaan Islam Granada pada 1492 M sebenarnya lebih disebabkan oleh raja terakhirnya, Abu Abdullah Muhammad binAli, yang kurang memperhatikan salah satu ayat penting dalam Al-Quran. Suatu ketika ia menggabungkan pasukannya kedalam pasukan raja Ferdinand II untuk berperang melawan musuh. Namun setelah gabungan pasukan ini menang, Ferdinand berbalik menyerang dan merebut kekuasaan sang raja. Seluruh kekayaannya dirampas hingga ia terpaksa pergi meninggalkan istananya menuju Afrika dan hidup terlunta-lunta dalam kemiskinan. Dibawah raja Ferdinand II dan istrinya ratu Isabelle inilah kaum Muslimin dan Yahudi mengalami pengusiran secara besar-besaran.



2.1.2 Pengaruh Isabella dan Ferdinand
Berbicara mengenai terbentuknya suatu kerajaan nasional maka tidak akan terlepas dari pengaruh Isabella dan suaminya yang bernama Ferdinand. Dimana pada saat itu Isabella merupakan Ratu di kerajaan Castile yang ada di Spanyol.
Isabella dilahirkan pada tahun 1451 di kota Madrigal di wilayah kerajaan Castile (kini bagian dari Spanyol). Sebagai gadis remaja dia peroleh pendidikan keagamaan yang ketat dan menjadi seorang Katolik yang taat. Saudara tirinya, Henry IV, jadi Raja Castile dari tahun 1454 hingga matinya tahun 1474. Pada saat itu tidak ada Kerajaan Spanyol. Daerah Spanyol sekarang terbelah-belah jadi empat kerajaan: Castile yang terbesar, Aragon di bagian sebelah utara Spanyol sekarang, Granada di sebelah selatan dan Navarre di utara.
Pada ujung tahun 1469-an, Isabella yang mungkin jadi pewaris mahkota Castile pewaris terkaya di Eropa, menjadi incaran berbagai pangeran. Saudara tirinya Henry IV, menginginkan dia menikah dengan raja Portugis. Tetapi, di tahun 1469, tatkala usianya menginjak delapan belas tahun, dia abaikan keinginan itu dan menikah dengan Ferdinand pewaris Kerajaan Aragon. Akibat ketidakpatuhan Isabella, Henry menunjuk anak perempuannya, Yuana, menggantikannya. Tetapi ketika Henry meninggal dunia di tahun 1474, Isabella menuntut mahkota Kerajaan Castile. Para pendukung Yuana tidak bisa menyetujui ini hingga pecahlah perang saudara. Menjelang bulan Februari 1479 pasukan Isabella memperoleh kemenangan. Raja John II dan Aragon mati di tahun itu juga dan Ferdinand menaiki tahta kerajaan Aragon. Sesudah itu Isabella dan Ferdinand memerintah sebagian besar Spanyol secara bersama-sama.
Dalam teori, kedua kerajaan Aragon dan Castile masih tetap terpisah, begitu juga pemerintahannya. Tetapi dalam praktek Ferdinand dan Isabella mengambil keputusan-keputusan bersama-sama dan berperan sebagai penguasa gabungan terbaik di seluruh Spanyol. Selama dua puluh tahun pemerintahan gabungannya, politik dasar mereka adalah membangun satu kesatuan kerajaan Spanyol yang diperintah oleh satu lembaga kerajaan yang kuat. Salah satu proyek pertamanya adalah penaklukan Granada, satu-satunya bagian dari semenanjung Iberia yang masih berada di bawah kekuasaan orang Islam. Pertempuran bermula tahun 1481 dan berakhir tahun 1492 dengan kemenangan mutlak di pihak Ferdinand dan Isabella. Dengan penaklukan Granada, daerah Spanyol hampir sama luas dengan daerah Spanyol sekarang ini. (Kerajaan kecil Navarre dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaannya oleh Ferdinand tahun 1512 sesudah Isabella meninggal dunia).
Pada saat-saat permulaan pemerintahannya, Ferdinand dan Isabella mendirikan pengadilan Spanyol. Pengadilan merupakan forum pengadilan gerejani, gabungan dari hakim, juri, jaksa penuntut dan penyelidik kepolisian. Pengadilan ini terkenai baik karena kekejaman hukumnya maupun ketidakadilan cara-caranya. Para tertuduh kecil harapan dan tak punya kemungkinan samasekali bela diri terhadap tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Mereka tidak diberitahu samasekali bunyi tuduhan, bahkan nama-nama si penuduh. Tertuduh yang menyangkal tuduhan dipermak habis hingga mengaku. Menurut perkiraan lama, sedikitnya 2000 orang dibakar selama dua puluh tahun pertama berlakunya pengadilan Spanyol itu, tetapi kabar-kabar berikutnya jumlah itu makin menyusut.Pengadilan Spanyol itu dipimpin oleh seorang pendeta amat fanatik, Tomas de Torquemada, pendeta yang biasa menerima pengakuan pribadi Isabella. Kendati pengadilan sudah diberi limpahan wewenang oleh Paus, dalam praktek dia di bawah pengawasan raja-raja Spanyol. Pengadilan inkuisisi ini sebagian dimaksud agar terjamin keseragaman agama, dan sebagian dimaksud untuk menggencet mereka yang beroposisi terhadap Raja. Di Inggris, pangeran-pangeran feodal selalu bisa memelihara kekuatan cukup untuk mengawasi kekuasaan Raja. Pangeran feodal Spanyol suatu saat juga punya wibawa, tetapi raja-raja Spanyol mampu menggunakan pengadilan inkuisisi sebagai senjata menghadapi pangeran feodal yang tidak mau dicucuk hidung begitu saja, karena itu mereka juga mampu membangun suatu monarki yang terpusat dan absolut. Mereka juga gunakan itu untuk punya pengawasan lebih besar terhadap pendeta-pendeta Spanyol.
Tetapi, tujuan utama pengadilan inkuisisi adalah mereka yang dicurigai murtad dari agama, khusus Yahudi dan Islam yang sedikitnya sudah berpindah jadi Katolik tetapi secara diam-diam masih tetap menjalankan ibadah agama asalnya. Pada mulanya, pengadilan inkuisi tidaklah ditujukan melawan Yahudi. Tetapi, di tahun 1492, atas tekanan si fanatik Torquemada, Ferdinand dan Isabella menandatangani sebuah dekrit yang isinya memerintahkan semua Yahudi Spanyol masuk Kristen atau angkat kaki tinggaikan Spanyol dalam tempo empat bulan, tanpa boleh membawa barang miliknya walau sepotong. Buat Yahudi Spanyol yang berjumlah sekitar 200.000 orang, perintah pengusiran ini betul-betul suatu malapetaka dan banyak yang menghembuskan napas terakhir sebelum kaki sempat menyentuh pelabuhan yang aman. Untuk Spanyol, pengusiran ini berarti kehilangan sejumlah besar penduduk yang paling rajin dan paling berkeahlian dalam dunia dagang dan pertukangan sehingga menyebabkan kemunduran ekonomi yang hebat.
Ketika Granada menyerah, perjanjian damainya menyediakan peluang buat kaum Muslimin yang ada di Spanyol diijinkan boleh tetap beribadah menurut ajaran agamanya. Kenyataannya, pemerintahan Spanyol tak lama sesudahnya mengkhianati perjanjian itu. Oleh sebab itu kaum Muslimin berontak, tetapi dapat ditumpas. Tahun 1502 semua kaum Muslimin yang berada di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau dihalau pergi, pilihan serupa yang pernah disodorkan kepada kaum Yahudi sepuluh tahun sebelumnya.Meskipun Isabella seorang pemeluk Katolik yang taat, dia tak pernah mengijinkan keortodoksannya mengganggu nasionalisme Spanyolnya. Dia dan Ferdinand berjuang keras dan berhasil meyakinkan bahwa gereja Katolik di Spanyol diawasi oleh Kerajaan Spanyol, bukan oleh Paus. Ini merupakan salah satu sebab mengapa kaum pembaharu Protestan di abad ke-16 tak berkesempatan peroleh kemenangan di Spanyol.Yang teramat menonjol di masa pemerintahan Isabella, tentu saja, penemuan dunia baru oleh Christopher Colombus yang juga terjadi di tahun 1492 yang menentukan dan penting. Ekspedisi Colombus disponsori oleh kerajaan Castile. (Tetapi, cerita bahwa Isabella melelang permatanya untuk membeayai ekspedisi tidaklah benar).
    Isabella meninggal dunia tahun 1504. Selama hidupnya dia melahirkan seorang putra dan empat putri. Putranya Yuan meninggal tahun 1497. Puterinya yang paling terkenal adalah Yuana. Ferdinand dan Isabella mengatur agar Yuana kawin dengan Philip I (si tampan) putera Kaisar Hapsburg Austria dan pula ahliwaris Kerajaan Burgundy. Hasil dari perkawinan dinasti yang luar biasa ini, cucu Isabella, Raja Charles V, mewariskan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Eropa. Dia juga terpilih jadi Kaisar Roma yang suci dan merupakan orang terkaya dan Raja terkuat di Eropa pada masanya. Daerah yang berada di bawah kekuasaanya termasuk Spanyol, Jerman, Negeri Belanda, Belgia, Austria, Swiss, sebagian besar Italia, sebagian Perancis, Cekoslowakia, Polandia, Honggaria, dan Yugoslavia dengan tambahan sebagian besar daerah Amerika Selatan.Baik Charles V maupun puteranya Philip II penganut Katolik yang taat, yang sepanjang masa pemerintahannya menggunakan kekayaan Amerika Selatan untuk membiayai perang melawan negara-negara Eropa Utara yang menganut Protestan. Jadi, perkawinan antar dinasti yang diatur Ferdinand dan Isabella mempengaruhi jalannya sejarah Eropa selama hampir seabad sesudah kematian mereka.
Dengan demikian kami menyimpulkan berkat kerja besar dan pengaruh Ferdinand dan Isabella serta kerjasama keduanya, mereka berhasil membangun kerajaan Spanyol yang bersatu, yang daerah perbatasannya cukup mantap, dan tidak mengalami perubahan selama lima abad. Mereka berhasil membentuk pemerintahan monarki yang terpadu, tersentralisir, dan mutlak di Spanyol. Pemberontakan kaum Muslimin dan Yahudi punya konsekuensi penting baik bagi mereka yang terhalau maupun bagi Spanyol sendiri. Ketaatan mereka yang teguh kepada agama dan pendirian pengadilan inkuisisi punya akibat mendalam terhadap keseluruhan masa depan Spanyol. Pokok terakhir dari hasil-hasil yang telah dicapai membuka permasalahan. Secara sederhana seseorang bisa bilang, pengadilan inkuisisi menjadi hambatan bagi perkembangan intelektual Spanyol. Di abad-abad sesudah tahun 1492, umumnya Eropa Barat telah mencapai tingkat kemeriahan kemajuan ilmu pengetahuan dan ketinggian intelektual. Hal ini tidak terjadi di Spanyol. Di suatu masyarakat yang tiap orang yang punya beda pendapat selalu dicekam bahaya penangkapan oleh pengadilan inkuisisi, tidak aneh jika masyarakat macam itu kehilangan pribadi samasekali. Negeri-negeri Eropa lainnya memperbolehkan adanya beda pendapat. Di Spanyol, inkuisisi cuma membolehkan Katolik yang dua puluh empat karat. Menjelang tahun 1700, Spanyol merupakan negeri yang jompo secara intelektual dibanding lain-lain negeri Eropa Barat. Memang, meskipun hampir lima abad sesudah Ferdinand dan Isabella untuk pertama kali mendirikan pengadilan inkuisisi, dan kendati lebih dari 140 tahun sejak inkuisisi akhirnya dihapus, Spanyol masih tetap belum pulih dari akibat-akibatnya.

2.2 Kerajaan Nasional di Portugal
Cikal bakal Kerajaan nasional Portugal merupakan Subvasal dari kerajaan Leon Castillia (Spanyol). Pada abad 14 yaitu tahun 1385 tentara Portugal dibantu Inggris memerangi Kerajaan Castilia dan kalah sehingga ambisi untuk menaklukan Portugis terhenti. Kerajaan nasional Portugal adalah sebuah negara di Eropa bagian barat daya, berbatasan dengan Spanyol di sebelah utara dan timur. Di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Atlantik. Selain itu, Portugal juga mempunyai daerah di Madeira, Azores dan Kepulauan Selvagens. Nama lama atau latin dari negara ini adalah Lusitania. Kata "Portugis" sering dipakai untuk menyebutkan penduduk atau orang yang berasal dari Portugal. Kata ini juga sebutan untuk bahasa yang dipakai oleh bangsa ini. Negara-negara berbahasa Portugis sering disebut sebagai negara-negara Lusophone.
Kerajaan Nasional Portugal yang dulunya menjadi satu dengan Spanyol adalah negara kecil di bagian paling barat Eropa dengan komunitas agama Katolik. Oleh sebab itu pada zamannya, Paus Agung menyatakan Portugal memisahkan diri dari Spanyol untuk memperkokoh kekuatan agama Katolik dengan memperluas komunitas Katolik di setiap bagian negara di Eropa. Lahirnya peradaban Portugis bermula dari ibukota lama sejak abad X, yaitu kota Guimaraes di wilayah Minho yang pemandangannya asri sepanjang sungai Selho. Pemerintahannya diawali oleh Raja D. Henrique pada tahun 1112, diteruskan oleh anaknya Afonso Henrique yang kemudian menyatakan pada 24 Juni 1128 adalah hari kebangkitan bangsa Portugis.

2.3 Kerajaan Nasional di Inggris
Nasionalisme Inggris tumbuh sejalan dengan pertentangan antara kaum bangsawan (Inggris) dan Raja Inggris (asal Perancis). Terjadi perang 100 tahun antara tahun 1337-1453 antara Raja Perancis melawan Vasalnya (raja Inggris) berakhir dengan lenyapnya daerah raja Inggris di Perancis. Era baru Inggris terjadi pada masa raya Henry VII Tudor. Ia Raja yang dapat memahami dan menghayati aspirasi rakyat Inggris. Keturunannya yaitu Henry VIII dan Elizabeth I dapat membawa Inggris pada suatu kedudukan yang sama dengan negera Eropa lainnya. Dalam perang armada tahun 1588 melawan Spanyol, Inggris bersekutu dengan Belanda dan unggul. Sejak itu kekuasaan maritim Inggris terus berkembang.
Inggris adalah negara bagian terbesar dan terpadat penduduknya dari negara-negara bagian yang membentuk Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara ( United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland ). Berikut ini akan dijelaskan mengenai terbentuknya bangsa inggris (zaman kelt dan zamananglo-saxon dan anglo perancis).
1. Zaman Anglo Saxona.
a.    Suku-Suku Iberia dan Suku-Suku Kelt
Kepulauan Britania sudah dihuni manusia ribuan tahun sebelum tarikh Masehi. Penduduk yang dominan pada zaman purba ini ialah mereka yang berambut kehitam-hitaman sehingga untuk mudahnya mereka sering disebut orang-orang Iberia. Di kepulauan Britanian itu orang-orang Iberia melalui berbagai tingkat peradaban dari zaman batu sampai ke zaman logam. Dari abad ke-7 SM sampai abad ke-3 SM, suku-suku bangsa Kelt yang mula-mula mendiami Jerman barat-laut dan negeri Belanda bergerak melintasi benua Eropake segala penjuru. Sebagian dari suku ini menyebrabgi lautan dan menyerbukepulauan Britania secara bergelombang. Orang-orang Iberia yang mendiami kepulauan itu sebagian ditundukkan atau dimusnahkan dan sebagian melarikan diri kedaerah-daerah pegunungan di sebelah barat dan utara. Hubungan antara orang-orang Kelt dan orang-orang Iberia di Kepulauan Britania mula-mula aialah hubungan antara yang menaklukan dan yang ditaklukan, tetapi keduanya lama kelamaan bercampur. Dareah-daerah Inggris selatan dan tenggara merupakan tempat-tempat dimana orang-orang Kelt mencapai tingkat kehidupan ekonomi dan kebudayaan yang tertinggi.
b.    Inggris  di bawah kekuasaan Roma
Tahun 55 dan 54 SM balatentara Roma menyerbu Inggris. Tetapi penyerbuanitu belum berakibat dikuasainya Inggris oleh Roma, karena bala tentara itu segeraditarik kembali. Kemudian tahun 43 M Roma melakukan penyerbuan lagi danmengalami kemenangan. Cara tentara Roma untuk menjaga dan tetap menguasai wilayah-wilayah yang telah ditaklukannya ialah dengan membangun jaringan jalan raya yang mrnghubungkan sistem perbentangan yang masing-masing dijaga tentara reguler.
     Salah satu pengaruh Roma yang terpenting terhadap orang-orang Kelt ialah agama Kristen yang masuk ke Inggris pada abad ke-4. Ketika seratus tahun kemudian bala tentara serta pejabat-pejabat Roma ditarik kembali ke Roma dan peradaban Romadi Inggris dilanda kemusnahan, maka yang tetap tegak antara sisa-sisa peninggalanRoma ialah agama Kristen diantara suku-suku Kelt.

c.    Penyebaran Agama Kristen di Inggris
Agama Kristen masuk di kalangan orang-orang Anglo-Saxon menjelang akhir abad ke-6 dari dua jurusan, yaitu dari selatan dan utara. Penyebaran agama Kristendari selatan mulai dengan  mendaratnya  Agustinus  dari  Roma dengan 40  pengikutnya di daerah Kent. Orang-orang Wales membantu mengkristenkan orang-orang Aglo-Saxon melalui seorang rohaniawan yang bernama Patricius. Pada abad ke-5 ia mengkristenkan Irlandia bernama Columba menyebarkan agama di Skotlandia barat, dan di daerah ini agama Kristen masuk ke Northumbria melalui seorang misionaris bernama Aidan. Agama Kristen yang disebarkan oleh Aidan itu dalam beberapa hal berbeda dari agama Kristen yang dibawa oleh Agustinus.
Keunggulan Gereja Roma di seluruh Inggris ini memungkinkan sentralisasi dan kesatuan dalam sistem serta tujuan dalam urusan kegerejaan Inggris. Pengaruh baik yang disebarkan oleh Gereja tidak saja terasa dalam urusan kenegaraan tetapi juga dalam bidang kebudayaan pada umumnya. Penegetahuan dan kesennian berkembang berkat pengaruh Gereja, terutama kesusasteraan, musik dan arsitektur. Kesusasteraan Anglo-Saxon yang sebelumnya hanya berbentuk lisan, mulai dituliskanoleh para rokhaniwan sehingga sebagian masih dapat tersimapan sampai sekarang.
d.    Serbuan Orang-orang Skandinavia
Menjelang akhir abad ke-8, Inggris mendapat serangan-serangan pertama dariorang-orang Viking. Pada pertengahan abad ke-9, Inggris bagian utara dan timur hampir seluruhnya sudah dikuasai oleh orang-orang Skandinavia. Mereka kemudianmulai mengarahkan serangan-serangan mereka ke Wessex. Tetapi untunglah Wessexwaktu itu memiliki seorang tokoh besar yangmampu menghadapi serangan-serangan Viking, ialah raja Alfred (871-899). Setelah tujuh tahun berperang, ia berhasil mengalahkan bangsa Viking dan memaksa mereka menerima perjanjian Wedmore pada tahun 878. Berkat usaha-usaha Alfred, maka putranya yang kemudian menggantikannya,yaitu Edward the Elder, sudah merasa cukup kuat untuk berusaha merebut kembalidaerah-daerah Danelaw. Dengan demikian maka persatuan bangsa Inggris merupakanhasil positif yang tumbuh dari kesengsaraan yang ditimbulkan oleh peperanganmelawan orang-orang Viking.
e.    Feodalisme Tumbuh di Inggris
Sistem ini mulai tampak bentuknya kira-kira dalam abad ke-10 dan mencapai kejayaanya pada dua abad berikutnya. Feodalisme bukanlah hasil   perancanaan, melainkan feodalisme yakni tumbuh dari keadaan setempat. Inggris diperintah oleh seorang raja dan penyatuan seluruh Inggris terlaksana dibawah raja Edgar (959-975). Kata  feodalisme sesungguhnya berdasarkan kata feudum atau tanah titipan. Dan memang sebagian besar negara waktu itu diatur menurut azas feodalisme. Pun dalam tata mayarakat, prinsip yang mennjadi  lazim  ialah bahwa setiap orang  memiliki seorang  tuan (lord)´yang wajib ia layani dan dari siapa ia memperoleh perlindungan, peradilan, dan jaminan penghidupan. Hubungan  pribadi antara bawahan dan atasan merupakan tali pengikat yang mempersatukan seluruh masyarakat, bahkan seluruh negara.

2. Zaman Anglo -Perancisa.
a. Pemerintahan Edward The Confessor dan Penaklukan oleh Normadia
Di atas telah dikemukaan bahwa para pengganti Canute tidak mampu mempertahankan konfederasi Anglo-Denmark, sehingga Inggris berdiri sendiri lagi di bawah seorang raja keturunan Alfred the Wessex, yaitu Edward the Confessor. Juga telah dikatakan bahwa hubungan Inggris dengan Denmark semakin jauh karena raja baru itu telah berorientasi kepada Prancis. Maka tatkala Edward menduduki tahta Inggris, ia mengangkat orang-orang Normandia dalam kedudukan-kedudukan tinggi baik di lingkungan Gereja maupun dalam pemerintahan. Pada tahun1066 raja yang saleh dan lemah itu meninggal dengan mewariskan tahta yang menjadi bahan sengketa karena konsep kesucian  yang ia pegang teguhtidak memungkinkan untuk memiliki keturunan. Maka sesudah Edward meninggal tanpa mempunyai keturunan yang dipilih oleh Witan sebagai penggantinya ialah Harold, putra Godwin, Earl of Wessex. Namun pengangkatan Harold ini ditentangoleh Harald Hadrada, raja Norwegia dan William, Duke of Normandy, yang masing-masing seperti juga Harold masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Edwardteh Confessor, dan karenanya merasa berhak juga atas tahta Inggris. Menjelang akhir  bulan September 1066 pasukan Norwegia mendarat dibagian utara Inggris, namudapat dikalahkan oleh Harold. Beberapa minggu sesudah Harold berhasilmengalahkan pasukan-pasukan Norwegia, ia sendiri dikalahkan dan terbunuh oleh pasukan Willian dari Normandia di suatu tempat di Inggris selatan yang bernamaHastings.
b. Akibat Penaklukan oleh Normandia
Sesuai dengan namanya, maka daerah Prancis yang disebut Norman dia sesungguhnya dikuasai oleh keturunan orang-orang Skandinavia. Orang-orang Normandia itu tidak berusaha mempertahankan kebudayaan asli mereka, tetapi bahkan menanggalkannya dan mengadopsi kebudayaan Prancis. Dalam segi politik, feodalisme Normandia lebih ketat daripada feodalisme Anglo-Saxon. Williammenjadi Raja Inggris setelah kemenangannya di Hastings. Dengan pemerintahannya, William telah mencergah timbulnya anarki yang merupakan bahaya yang selalu mengancam dalam sistem feodal, dan memulai pertumbuhan birokrasi kerajaan yang efektif. William tidak saja mengadakan perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahan, tetapi juga di bidang keagamaan, salah satunya yaitu pemisahan antara peradilan Gereja dan peradilan sekuler. Salah satu akibat penaklukan oleh Norman dia yang tidak kalah pentingnya ialah yang mnyangkut bahasa Inggris.
c. Raja-Raja Anglo-Norman
Sesudah William I atau William the Conqueror (si Penakluk) yang meninggal tahun1087 telah mewariskan suatu monarki serta suatu kerajaan yang cukup mantap berkat perpaduan tiga cara pengendalian, ialah melalui sistem feodal, administrasi pusat, dan pemerintahan daerah. Garis Normandia dilanjutkan oleh William Rufus atau William II (1087-1100), putera tertua William I. Di bawah pemerintahan William II terjadi sengketa antara raja dan Gereja. Penyebab pokok berkisar sekitar kekuasaan dan kekayaan duniawai yang dimiliki gereja dan cenderung menimbulkan rasa cemas dan iri di kalangan sekuler, dan konflik tersebut masih berlanjut tatkala William Rufus meninggal dan digantika oleh adiknya, yaitu Henry (1100-1135). Pada masa pemerintahan Henry suasana semakin membaik. Namun setelah kematian Henry I dan digantikan oleh Stephen of Bloissuasana menjadi semakin memburuk dan terjadi anarki dan kesewenang-wenangandan berlangsung teus sampai meninggalnya Stephen tahun1154 yang kemudiandigantikan oleh Henry II.
d. Pertumbuhan Kota-Kota
Tatkala perdagangan di Eropa Barat mengalami kemunduran sesudah runtuhnya kekaisaran Roma, ikut mundur pulalah kota-kota yang ada di bagian benua itu. Keadaan di Eropa barat sesudah runtuhnya kekaisaran Roma itu tidak memungkinkan bagi kegiatan perdagangan. Keadaan tersebut berubah berangsur-angsur dalam abad ke-11dan12 tatkala keamanan di Eropa barat mulai membaik. Dengan hidupnya kembali perdangan itu, bangkit pulalah pusat-pusat kegiatan usaha dan perdagangan yang dinamakan kota. Lambat laun kota-kota itu menginginkan kebebasan yang lebih besar denganhak-hak sendiri. Keinginan tersebut kemudian dapat terkabul sesudah kota-kota itu memperoleh piagam (charter) dari raja dengan cara membeli. Hidupnya kembali perdagangan yang mengakibatkan tumbuhnya kota-kota, berakibat pula pada peranan uang dalam masyarakat. Selain itu, pertumbuhan kota-kota meningkatkan dinamika masyarakat, karena penghunu-penghuni kota lebih bersifat terbuka terhadap hal-hal baru.
e. Pemerintahan Henry II (154-1189)
Pada waktu Henry II dinobatkan sebagai raja, ia sebagai Count of Anjou telahmenguasai daerah-daerah luas di Prancis yang meliputi lebih dari separuh negeri itu. Henry II memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan dinamika yang memadai. Syarat lainyang harus dipenuhi untuk dapat menguasai daerah-daerah seluas itu ialah suatu aparat permanen yang benar-benar efektif.Suatu paradox dalam sejarah bangsa Inggris, yaitu bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menumbuhkan kelembagaan yang khas Inggris justru diciptakanoleh tokoh-tokoh yang sesungguhnya termasuk orang asing di Inggris. Melalui hukum, Henry II telah berhasil memperkuat pemerintahan kerajaan, suatu hal yang sangat diinginkan golongan-golongan menengah dan bawahan waktu itu. Henry II berhasil mencegah anarki dalam kerajaannya, namun sebaliknya ia gagal mencegah dalam keluarganya sendiri. Kedua puteranya memberontak terhadapnya pada tahun1188 dengan bantuan raja Prancis.
f. Perang Salib
Perang Salib dimulai tahun1096 dan secara terputus-putus berlangsung selama dua abad. Perang ini mula-mula bertujuan utama merebut kembali Jeru salem dari tangan pemeluk-pemeluk agama Islam yang dikabarkan telah memberikan perlakuan kurang baik kepada peziarah-peziarah Kristen ke Tanah Suci itu. Selain motif agama, terdapat juga motif-motif lain yang mendorong sebagian pesertaexpedisi-expedisi Perang Salib itu. Diantara expedisi-expedisi yang terpenting yaitu: Perang Salib I (1096-1099), Perang Salib II (1147-1150), dan Perang Salib III(1189-1192). Perang Salib tidak  berhasil mencapai tujuan utamanya yaitu menguasai kembali Jerusalem.
f.    Pemerintahan Richard I (1189-1199)
Richard si Hati Singa lebih terkenal sebagai pahlawan Perang Salib III, dan sebagai jago perang ia tentunya kuran tertarik kepada soal-soal rutin administrasi pemerintahan. Hak-hak khususnya sebagai raja ia gadaikan kepada adiknya John, dan bangsawan-bangsawan kaya. John pada waktu itu sudah terkenal sebagai orang yang tidak bijaksana dan sukar dipercaya. Selama masa pemerintahan Richard, sesungguhnya pimpinan pemerintahan dipegang oleh para justiciar, yaitu hakim agung dan pejabat kerajaan tertinggi,mula-mula William Longchamps dan kemudian Hubert Walter. Hubert Walterberhasil dalam menjaga ketertiban dan keamanan, dan selain itu ia menempuh suatukebijaksanann baru dengan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab lebih besar kepada golongan menengah di kota-kota. Pemerintahan yang dijalankan Hubert Walter hanya 4 tahun dan berakhir ketika Richard I yang diwakilinya terbunuh diPrancis. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh John.
g.    Magna Charta
Raja John (1199-1216) sering dianggap sebagai raja terburuk yang pernah memerintah di Inggris. Pemerintahan John bahkan dapat dianggap sebagai rahmat terselubung karena tindakan-tindakan negatif yang dilaksanakannya justru menghasilkan akibat-akibat positif bagi bangsa Inggris. Pertama, orientasi golongantasan Inggris, baik kultur ekonomis maupun politis semakin jauh dari Prancis danlebih tertuju kepada Inggris.  Kedua, lahirnya Magna Charta yang merupakan dasar kongkrit bagi konstitusi Inggris.
Magna Charta (Piagam Agung) ditandangani oleh John untuk memenuhi tuntutan para bangsawan pada pertengahan tahun 1215. Magna Charta atau The Great Charter berisi masalah-masalah khusus, dan yang terpenting ialah bahwa tidak  boleh lagi dipungut pajak-pajak tambahan tanpa persetujuan  Great Council (Majelis Agung), dan menangkap orang bebas (freeman) adalah tindakan melawan hukum kecuali jika sesuai dengan penilaian sah para atasan orang tersebut atau sesuai dengan hukum yang berlaku. Magna Charta sepanjang sejarah bangsa Inggris menjadi pegangan pokok bangsa itu dalam mempertahankan hak-hak serta kebebasannya terhadap kesewenang-wenangan para penguasa. Raja John menghianati piagam itu sendiri segera setelah ia menandatanganinya. John meninggal tahun  1216 dan tahta kerajaan diserahkan kepada puteranya yang berumur 9 tahun yang memerintah sebagai Henry III.

3. Kehidupan Politik Dan Keagamaan Inggris
1. Kehidupan Politik ( Zaman pertengahan)
a. Pemerintahan Henry III (1216-1272)
Henry III dinobatkan menjadi raja pada saat berusia 9 tahun. Henry adalah pemimpin yang cenderung lemah dan kurang negarawan. Dalam pemerintahanya ia dibantu oleh dewan dan beberapa uskup. Kelemahan henry dimanfaatkan oleh beberapa pihak terutama pimpinan gereja dari roma dan bebebrapa kerabat dari prancis. Tindakan kurang menyenangkan dari roma tersebut membuat masyarakat inggris Antipati denagn Roma. Ketidaksenangan masyarakat terhadap pemerintahan Henrry juga dipicu dengan leluasanaya pemerintah pada saat itu memberikan jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan kepada teman dan kerabat dekatnya, selain itu adanya kegagalan politik luar Negeri yang mahal. Hal itu kemudian mendorong adanya pemberontakan dari masyarakat. Kemudian mereka menuntut henry menyerahkan pemerintahanya kepada 15 dewan yang di sebut Barons. Para barons tersebut juga menghendaki orang- orang asing yang menduduki jabatan dalam pemerintahan untuk dipecat. Namun kemudian  Barons tersebut mengalami perpecahan. Akhirnya terjadi peperangan yang kemudian mengakhiri pemerintahan Henry III.
b. Pemerintahan Edward I dan Lahirnya Parlemen Inggiris
Istilah parlement yang berarti musyawarah atau diskusi pertama kali dipergunakan pada masa pemerintahan Henry III sejak adanya great Council atau majelis agung yang merupaka majlis para barons. Badan ini bukanlah dewan perwakilan, tidak diserahi tugas-tugas yang digariskan secara tegas. Majelis ini membicarakan permasalahan kerajaan, politik, keuangan, peperangan, dll. Henry biasanya meminta pendapat dari  knightsn yang merupakan wakil dari masing-masing kota yang biasanya menghadap raja untuk membicaraka permasalahan-permasalahan setempat.
Dengan demikian kemudian terwujudlah suatu dewan perwakilan wujud
dari  konsekwensi wajar suatu proses yang sudah berjalan. Dibawah pemerintahan Edward I badan ini kemudian dikenal dengan sebutan  parliement (parlement) yang kemudian semakin nyata bentuk dan fungsinya, raja Edward mengambil pelajaran dari pemerintahan ayahnya bahwa pemerintahan kerajaan akan berjalan lancar apabila raja dan penerintahanya berhubungan erat dengan rakyatnya. sistem parlement ini semua element pemerintahan raja, Majelis Agung, gerejawan,  knighth dapat berkumpul untuk memusyawarahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Edwar menyadari bahwa dengan cara seperti itu dapat memperlancar urusan pajak. Selain itu perwakilan dari  County  dapat menyampaikan usul dan keluhan dari masyarakat dari lapisan bawah, sehingga dapat mencegah adanya tindakan penyelewengan.
Dengan adanya County tersebut menimbulkan kesadaran bagi masyarakat dari daerah bahwa dirinya adalah bagian dari pemerintahan yang kemudian memupuk kesadaran Kenegarawanan Inggris. Parlemen masih berbentuk satu majelis dan belum dibagi  House Of commons majelis rendah. Dalam pemerintahan Edward parlemen masih taraf permulaan, namun dasar- dasar bagi perkembangan selanjutnya sudah diletakan. Kebijaksanaan pada masa pemerintahan Edward dalam bidang politik adalah pemantapan parlemen, pembaharuan Hukum, salah satunya adalah hukum pertanahan. Mengatur adanya pajak pada Gereja dan tidak terpengaruh dengan Roma walaupun dia adalah seorang yang taat beragama, selain itu pada masa pemerintahan Edward diterapkan Bea masuk sebagai sarana pembangunan keadaan ekonomi Inggris pada waktu itu.
c. Edward II dan Edward III
Edward II adalah pemimpin yang mempunyai tipikal lemah dan mudah dipengaruhi oleh para penasehat-penasehat ambisius. Dalam keadaan seperti itu kemudian dimanfaatkanm oleh para pemimpin agung untuk merebut kekuasaan lagi. Kemudian timbul konflik antara raja dan para bangsawan. Namun konflik- konflik tersebut tidak mempengaruhi jalannya keadaan masyarakat, rakyat cenderung hidup tenang dan damai. Hal itu merupakan suatu bukti kemantapan lembaga-lembaga pemerintah yang berangsur-angsur tumbuh. Demikian pula parlemen tidak terpengaruh denagn adanya konflik-konflik tersebut,  justru terkadang parlemen dijadikan sebagai penengah dalam konflik yang terjadi. Pada pemerintahan Edward III , ia berhasil memulihkan kewibawaan seorang raja. Pertama ia melakukan penyempurnaan dalam aparatur pemerintah dengan diangkatnay justices of the peace di setiap  county yang bertugas membatu pemerintah dalam melaksanakan permasalahan di masing-masing daerah. Dalam pemerintahan Edward III lebih terbuka dengan bangsa asing, sehingga hal itu mempermudah pihak asing memberikan bantuanya dalam berperang. Skotlandia akhirnya dapat ditaklukan pada tahun 1333. Namun kemudian setelah 8 tahun melepaskan diri lagi.
d. Perang Seratus Tahun
Perang seratus Tahun adalah perang antara monarki inggris dan perancis. Salah satu penyebab perselisihan ini adalah bahwa monarki inggris masih menguasai daerah selatan perancis yaitu Gascony. Perselisiahn ini semakin diperburuk dengan adanya persekutuan prancis dengan Skotlandia yang mempersulit inggris untuk menguasai skotlandia. Di bidang ekonomi terdapat persaingan dalam masalah angkatan laut sehingga sering terjadi bajak membajak. Sealin itu peperangan dipicu dengan kenyataan bahwa pada zaman Pertengahan Inggis merupakan negara eropa yang terkuat walaupun relatif kecil. Hal itu dikarenakan pemerintahan serta lembaganya yang berhasil menjaga keamanan dan ketertiban dalam negeri. Di sisi lai Prancis mempunyai daya tarik yang besar bagi orang-orang inggris karena negara itu lebih luas, besar, beradap dan kaya. Namun masih lemah karena tidak mempunyai pemerintahan yang baik. Peperangan ini berlasung lama yang kemudian menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri ke dua negara. Dalam perang tersebut pasukan prancis terdiri dari beberapa kalangan bangsawan dan para vasalnya sesuai dengan kebiasaan bangsa feodal. Sementara itu pasukan inggris terdiri dari prajurit-prajurit wajib militer yang berasal dari bangsawan maupun orang bebas yang dipilih dari setiap County. Selain itu pasukan terdiri dari para sukarelawan dan beberapa yang dibayar oleh para bangsawan yang mempunyai ambisi dalam perang tersebut. Dalam perang tersebut kemenangan berhasil diraih oleh prancis yang semangat nasionalismenya mulaimeluap-luap. Perang tersebut banyak menimbulkan dampak positif maupun negatif bagii nggris. Dalam bidang politik, inggris menjadi negara yang tidak lagi mudah terlibat dengan permasalahan-permasalahan di dataran eropa. Dengan kehilangan daerah-daerah di prancis maka pemnerintah dapat lebih berkonsentrasi terhadap permasalahan- permasalahan dalam negeri.

e. Kemajuan Ekonomi dan pendidikan
Walaupun sempat terjadi kekacauan pada saat adanya peperangan seratus tahun, dalam bidang-bidang lain seperti Ekonomi dan pendidikan Inggris mengalami kemajuan. Dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari meningkatnya produksi dan eksport Wol yang mendorong para pedagang mencari eksport baru. Secara otomatis itu mendorong kemajuan pelayaran dan perniagaan. Kehidupan golongan menengah meningkat dan hal itu berpengaruh pula terhadap kemajuan negara secara umum.
Dalam bidang pendidikan adalah banyak didirikanya sekolah-sekolah, para pengusaha dan bangsawan turut berperan dalam memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan di inggris. Nama-nama sekolah yang didiriakn pada saat itu adalah public Schools ( orang awam), king’s college ( Henry VI), queen’s schools, Grammars Schools, universitas Cambridge. Bayaknya sekolah yang didirikan tersebut semakin menumbuhkan minat masyarakat untuk sadar pendidikan mulai dari kalangan bawah sampai atas. Sejak saat itu masyarakat lebih tertarik mempelajari ilmu pengetahuan.
2. Reformasi keagamaan ( zaman Tudor )
a. Surutnya zaman Peretngahan
Sebagaimana halnya setiap perubahan masyarakat pasti ada faktor- faktor  penyebabnya. Faktor-faktor ini bersifat Ekonomi, sosial, politis dan kultural. Pulihnya kembali keamanan yang memungkinkan tumbuhnya kota-kota besertagolongan menengah yang merupakan saingan bagi golonagn bangsawan. Makin besarnya peranan uang dalam tata kehidupan masyarakat mendesak tata- ekonomi feodal berdsarkan pada pertukarang barang dan jasa. Pada zaman ini lembaga negara seperti comon law memperkecil adanya monopoli dari golongan bangsawan. Terbitnya zaman Modern di inggris ditandai di bidang politik dengan semakin menonjolnya peranan dan kekuasaan negara nasional dengan raja sebagai pucuk pimpinanya. Konsolidasi negara nasional serta penyesuaian lembaga-lembaga dengan situasi baru ini berlangsung selama pemerintahan Raja-raja dari zaman Tudor.
 b. Henry VII dan konsolidasi Negara Nasional
Dalam menghadapi permasalahan dan pemulihan keamanan Henry VII bertindak bijaksana dan mantap dengan tujuan yang ingin dicapainya. Henry tidak mempunyai birokrasi yang dibayar. Untuk melaksanakan tugasnya ia menggunakan lembaga-lembaga yang sudah ada. Yaitu dewan raja, parlemen “common law”. Justices of the peace, dll. Dewan raja yang berada di bawah dinasti tudor ini tidak berasal dari kalangan bangsawan, namun berasal dari orang- oramg yang cakap dan mampu menjalankan tugas dengan baik. Dewan Raja tidak hanya bertugas di bidang eksekutif namun juga di bidang legislatif dan yudikatif. Ditingkat daerah, dewan raja diwakili oleh para  gentry  .
Di zaman Dinasti tudor sebagian kekayaan berasal dari golongan menengah yang melakukan produksi misalnya Produksi Wol yang cenderung tidak terpengaruh dengan adanya permasalahan-permasalahan keagamaan maupun permasalahan pemerintahan. selain itu pada masa pemerintahan Henry VII ini, kebijaksanaanya berhasil membawa kemantapan Nasionalisme dan meningkatkan kemakmuran masyarakat inggris, Ia tidak menghendaki adanya peperangan yang hanya akan menghambur-hamburkan harta dan jiwa masyarakat inggris.
c. Reformasi dan Permasalahan Keagamaan
Reformasi negara Inggris pada tahun 1509-1547 terjadi pada masa raja Henry VIII, yang di dampingi oleh penasehatnya Thomas Wolsey yang mempunyai kelebihan dalam membangun politik luar negri baik, dikenal dengan politik “berimbang kekuasaan” yaitu politik yang dimiliki inggris dengan cara memihak negara-negara besar eropa yang terbukti efektif untuk menjaga ketertiban di daerah eropa seperti Prancis dan Spanyol, sebagai cara untuk menghilangkan dominasi dari kedua negara itu. Reformasi dalam hal ini dilatarbelakangi oleh rakyat Inggris yang  sudah tidak tahan lagi dengan doktrin-doktrin keagamaan yang dibuat oleg Gereja katolik Roma. Banyak kemudian muncul gerakan-gerakan Rokhaniawan untuk  melakukan.
 Pembaharuan gereja yang dipimpin oleh john Wycliffe yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Gerakan itu lebih cenderung mengarah pada ajaran Protestan. Dan gerakan tersebut disambut baik oleh rakyat inggris. Menjelang akhir abad ke15 terdapat peningkatan dalam bidan ilmu pengetahuan, akibat dari membaiknya keamanan dan peningkatan sebagai usaha Henry VIII dan masuknya pahan Renaissance. Para sarjana inggris yang pulang dari Italia membawa minat baru dalam bidang kedokteran, sastra, Tata bahasa. Hal itu sangat berbeda apabila dibandingkan pada zaman pertengahan yang dikenalsebagai zaman gelap karena dibatasi oleh ketentuan-ketentuan gereja.
Selain adanya revolusi keagamaan tersebut masih terdapat unsur- unsur lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu Anti- Klerisme dan Nasionalisme. Sebagai akibat dari kelemahan Rokhaniawan sendiri, gereja telah kehilangan pemimpin intelektuil dan di bidang moril. Hak- hak istimewa yang berupa harta dan kekuasaan membuat ketidaksenangan masyarakat Inggris terhadap kaum rokhaniawan gereja Roma. perasan tidak sengan tersebut juga ditimbulkan oleh rasanasionlisme yang semakin kuat. Masyarakat tidak lagi menerima begitu saja campur tangan kekuasaan gereja dalam hal ini adalah paus.
Selain itu juga adanya gerakan Protestanisme dari jerman yang berpangaruh terhadap reaksi- reaksi dari masyarakat, ada yang bergabung dalam gerakan tersebut ada pula yang beralih pada Agama Ortodox. Pada dasarnya raja Henry VIII adalah penganut gereja katolik, namun karena adanya permasalahan pribadi akhirnya terjadi perpecahan hubungan antara kerajaan dan Gereja Roma, dan hal itu sebagai penyebab khusus adanya revolusi keagamaan di inggris. Pada waktu itu Henry VIII tidak mempunyai keturunan laki-laki, dan paus memberikan pengesahan kepadanya Untuk menikahi janda kakaknya chaterin aragon padahal ia ingin menikahi Ana boyle sebagai keturunan Spanyol. Walaupun itu dilarang namun paus mengesahkanya karena adanya permasalahan pribadi gereja roma dengan negara spanyol. Semenjak peristiwa itu henry VIII menyadari bahwa selama ini inggris mengalami ketimpangan kedaulatan. Sebagai negara yang berdaulat seharusnya inggris harus dapat menentukan sendiri segala urusan yang terjadi di dalam negri tanpa campur tangan dari pihak lain.
Keputusan pisah dengan gereja roma tersebut di sambut baik oleh Parlemen, Parlemen kemudian memperoleh posisi yang semakin penting karena semenjak itu parlemen selalu disertakan dala segala pengambilan keputusan pemerintah, hal itu mempertegas fungsi organisasi itu dalam pemerintahan inggris. Undang- undang yang dibuat oleh parlemen salah satunya yang terpenting adalah  supermacy act´1534 yang berisi tentang kemerdekaan gereja.
 Inggris dan Raja sebagai pemimpin Tertinggi. Selain itu mengenai UU pembubaran Biarawati yang ada di inggris dan menyita harta dan tanah sebagai fasilitas yang diberikan negara. Pembubaran dan penyitaan itu dilakukan dengan alasan bahwa para Biarawati dan Rokhaniawan gereja roma menjadi sarang takhayul dan menggunakan fasilitas negara untuk hidup bermewah-mewahan dan jauh dari ajaran agama bahkan tidak menjalankan ibadah. Selain itu penyitaan itu sebagai cara untuk kembali mengisi kas negara yang kosong. Kitab injil diterjemahkan dalam bahasa inggris dan bebas untuk diedarkan.
Ketidakjelasan dalam permasalahan Keagamaan masih dirasakan sampai Henry VIII meninggal. Namun satu hal dari kenyataan itu adalah Supermacy negara atas Gereja. Inilah salah satu pondasi yang diletakan oleh Henry VIII bagi Inggris di zaman modern. Kepribadian Henry yang luar biasa berhasil meletakan dasar-dasar utama bagi pertumbuhan negaranya. Dengan cara pemulihan ketertiban umum serta kewibawaan pemerintahannya, eliminasi kekuatan para bangsawan agung merupakan saingan bagi pemerintah nasional. Pemerintahan Monarki melalui dewan raja dan perlemen berwenang dalam semua segi kehidupan bangsa (Omnicompetent), pengelolaan Ekonomi, pembentukan angkatan laut kerajaan. Setelah Henry VIII digantikan anaknya yaitu Edward VI permasalahan agama ditangani dengan lebih toleran, kebebasan rakyat untuk memilih agama katolik atau protestan sangat dihargai. Kemudian diciptakanya “Prayer book” yang ternyata sesuai dengan apa yang di inginkan sebagian rakyat inggris, namun kemudian pada pemerintahan Marry permasalahan agama yang bertahun-tahuntelah mengalami perbaikan akhirnya kembali pada kondisi lama yaitu pemaksaan keyakinan untuk menaati doktrin -doktrin gereja Katolik roma. Mary ingin menghilangkan revolusi keagamaan dan kebanggaan Nasional rakyat inggris yang telah susah payah dicapai. Dia juga membangun hubungan baik dengan spanyol denagn cara menikah dengan Raja philip. Namun pernikahan tersebut justru membawa kerugian bagi Inggris karena spanyol tidak mau tersaingi oleh inggris dalam perdagangan sehingga terkadang Philip menggunakan cara-carayang licik untuk mengelabuhi perdagangan Inggris. Mary kemudian mengaktifkan kembali Undang-undang kemurtadan dan merubah UU keagamaan yang telah dibuat sebelumnya. Banyak rakyat inggris yang dibakar hidup-hidup karena melanggar doktrin gereja katolik roma peristiwa itu dikenal dengan sebutan “Bloody marry”. Hal tersebut semakin menguatkan pendapat umum masyarakat untuk antipati mendalam terhadap gereja Katolik roma dan memperkuat semangat protestanisme.
d. Penyelesaian Permasalahan Agama ( Elizabeth1558-1603)
Penyelesaian permasalahan agama merupakan kebijaksanaan pada masa pemerintahan Elizabet 1. Dia berhasil melakukan pendekatan dengan kaum katolisme dan protestanisme. Dalam usahanya dia bersama parlemen membuat undang-undang untuk meniadakan gereja katolik roma dan meniadakan kekuasaan paus. Dan dibuatnya  “book of common prayer” satu-satunya buku kebaktian yang sah dan membentuk gereja Nasional yaitu gereja Anglikan denganmonarki Inggris sebagai pimpinan tertinggi. Pada waktu itu masih banyak  perlawanan dari Gereja katolik roma untuk menumbangkan gereka Anglikan bahkan dengan cara membuang ratu dari gereja katolik dan berusaha mempengaruhi masyarakat untuk tidak mematuhi perintah ratunya. Disamping itu juga timbul golongan separatis dari kaum Protestan radikal yang menolak adanya gereka nasional. Namun secara umum usaha pemecahan yang dilakukan oleh ratu elizabeth 1 merupakan kebijakan yang tepat, terbukti gereja Anglikan masih bertahan sampai saat ini. Disamping penyelesaian permasalahan agama Elizabet juga memprakarsai kebijakan mengenai perdamaian dengan Skotlandia, Pengukuhan negara nasional, memperluas Ekspansi perdagangan internasional, kejayaan armada laut diatas Spanyol.
Di bawah pemerintahan raja-raja Tudor tumbuh kesadaran dan kebangsaan nasional yang kuat bersamaan dengan semakin mantapnya keadaan di dalam negeri dan semakin menanjaknya martabat negara dalam percaturan politik di Eropa. Pada masa James 1(1603-1625) terdapat pertegangan antara kaum High Church (katolik) dengan kaum Puritan (orang protestan extrim). Situasi ini diwariskan kepada pemerintahan Charles 1 (1625-1649). Konflik ini mendorong perang dengan Skotlandia. Perpecahan antara kelompok Puritan (parlemen) dengan Anglikan semakin memanas ketika ada pembunuhan besar-besaran dan terjadilah perang saudara. Setelah kematian Charles, Inggris berubah menjadi negara republik. Calon anggota parlemen adalah nama-nama yang diajukan oleh gereja. Namun pemulihan monarki Inggris dilakukan oleh orang-orang katolik yang mengusung Charles II menjadi raja. Namun usaha itu ditentang oleh Cromwell. Perang laut antara Inggris dan Belanda berlangsung karena adanya kebijakan Inggris yang merugikan Belanda. Perang laut kemudian mengalihkan sasarannya kepada Spanyol yang sejak lama tidak memberi kebebasan kepada para pedagang bukan Spanyol untuk berdagang dengan negeri-negeri jajahannya. Perang tersebut membawa kemenangan bagi Inggris. Kematian Cromwell membawa Inggris ke bentuk semula yaitu monarki dengan dipimpin Charles II.
Cara-cara radikal ke arah perubahan menemui jalan buntu, Inggris kembali ke cara-cara yang tidak meninggalkan lembaga-lembaga tradisionil. Antara kekuatan raja dengan parlemen sama besar sehingga ketegangan pun terjadi. Charles II melaksanakan pemerintahan dengan raja absolut dan agama khatoliknya. Dia mencoba meniru model Prancis, dan kerjasama rahasia dengan Prancis pun dilakukan. Namun terjadi kecurigaan oleh Parlemen sehingga Charles mengubah siasat. Charles mencoba mencari dukungan parlemen. Dalam keadaan ini parlemen mengelompok ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang mendukung raja dan Gereja Anglikan dinamakan “Tories”, sedangkan kelompok yang menghendaki monarki konstitusionil dengan seorang monarki Protestan dan bersikap toleran terhadap kaum “dessenters” dinamakan “whigs”. Sementara itu Charles bersekutu dengan Belanda untuk melawan Prancis dan Katolisisme. Persekutuan ini dikarenakan Inggris percaya bahwa di bawah monarki Protestanlah kelangsungan hidup sistem parlementer dan Gereja Anglikan dapat dijamin.
Charles II diganti James II (1685-1688) yang beragama Katolik. Dalam pergantian ini James mendapat dukungan partai Tory dengan catatan James akan memenuhi janjinya untuk memisahkan urusan agama dengan urusan negara. Namun James  menginginkan  untuk  mengembaikan  inggris ke pengakuan Gereja Katolik Roma. Orang-orang Katolik diangkat menjadi pejabat negara, gereja, universitas, bahkan gereja. Tahun 1685 Duke of Monmouth mendarat di Inggris barat daya untuk merebut tahta yang mendapat dukungan dari kaum menengah bawah yaitu kaum Puritan, namun pemberontakan Monmouth berhasil ditumpas dengan tindakan-tindakan kejam. Monmouth dan pengikutnya pun di hukum mati. Hal tersebut menyebabkan kekuatan oposisi terhadap James II semakin kuat, yaitu kaum Tory yang selama ini mendukungnya dan kaum Whig. Keduanya bersatu dan mengusung William of Orange. Bangsa Inggris khawatir akan terjadi kekejaman jika kaum Katolik menang. Kemelut terjadi ketika James mengeluarkan “Declaration of Indulgence” yang membatasi kaum Katolik dan dissentres karena pada dasarnya pengangkatan tersebut menyalahi undang-undang. Harapan kebebasan rakyat Inggris musnah ketika lahir anak James II yang tentunya akan menjadi pimpinan dengan didikan Katolik.
James II diturunkan dari tahta kerajaan oleh parlemen. Disusunlah Declaration of Rights yang menyerahkan mahkota Inggris kepada William dan Mary. Sejak saat itu tidak ada lagi seorang monarki Inggris yang dapat memerintah atas dasar hak ketuhanan/divine right, dalam hal ini raja harus melaksanakan tugas sesuai dengan kehendak Parlemen. Parlemen mengubah Declaration of Right menjadi  Bill of Right  yang menandai berakhirnya kemelut antara Parlemen dan Monarkhi yang berlangsung seabad. Secara garis besar ketentuan-ketentuan dalam Bil of Right adalah: (1) Raja tidak dapat memungut pajak tanpa persetujuan Parlemen; (2) Raja tidak boleh mempunyai pasukan tetap selama masa damai tanpa persetujuan Parlemen; (3) Seorang Katolik tidak boleh menjadi Raja atau Ratu Inggris; (4) Raja tidak boleh menangguhkan berlakunya undang-undang;(5) Parlemen harus sering bersidang dan dalam sidang para anggota dapat melakukan debat secara bebas; (6) Hamba-hamba kerajaan hendak mengajukan petisi pada Raja tanpa rasa takut dan dituntut; (7) Orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan tidak boleh diadili tanpa juri dan tidak boleh dihukum secara berlebihan. Peritiwa-peristiwa yang berlangsung ini disebut “Glorious Revolution”atau  Revolusi Gemilang.
2.4 Kerajaan Nasional di Perancis
Kerajaan Nasional Prancis dirintis sejak Lous IX dari dinasti Capet abad 13 yang berhasil memperluas Royal Domein meliputi separuh dari wilayah Prancis. Namun ada salah satu masalah yaitu pertikaiannya dengan Vasalnya yang kuat yang sekaligus adalah raja Inggris. Perang 100 tahun melawan Inggris yang telah disinggung di atas telah menumbuhkan sentimen nasional di Prancis. Kematian seorang pahlawan wanita Prancis bernama Joan d’Aarc ( Jeanne d’Arc) pada tahun 1431 telah menjadi faktor pemersatu. Pada mulanya perang bercorak perang feodal berakhir menjadi perang nasional. Sebagai penjelasan berikutnya dapat Anda baca uraian Kerajaan Nasional Belanda berikut ini.
2.5 Kerajaan Nasional di Belanda
Berbicara belanda maka disini tidak akan terlepas dari pengaruh Spanyol yang pada saat itu menguasai hampir seluruh daratan Belanda sekarang. Belanda pada wakut itu meliputi Belanda selatan (Belgia) dan Belanda Utara (negeri Belanda sekarang). Kota-kota merdeka (city states) merupakan unit-unit politik yang independen meliputi 17 propinsi antara lain Antworpen, Brussel, Rotterdam, Utrech dan seterusnya. Pada masa pemerintahan Phillip II (1556-1598) menggantikan ayahnya yaitu Charles X Habsburg, Spanyol mengalami kejayaan dan wilayahnya termasuk Belanda dan Austria.
Akibat adanya pengaruh yang ditimbulkan oleh Spanyol maka Ia menganggap Belanda dijaikan sebagai satelit Spanyol dan harus dimanfaatkan untuk kepentingan Spanyol. Maka pada tahun 1567 timbul pemberontakan terhadap kekuasaan Spanyol. Hal ini diakibatkan karena perbedaan agama yang jika orang-orang Belanda sebagian besar merupakan pemeluk agama Protestan sedangkan di Spanyol sendiri didominasi oleh agama Kristen.
Pada tahun 1580 Spanyol menutup pelabuhan Lisabon bagi pedagang Belanda upaya ini untuk mematikan perekonomian terhadap bangsa Belanda. Akhirnya  Tahun 1581 Belanda Utara memproklamirkan diri sebagai Republik, namun tidak diakui oleh Spanyol baru pada tahun 1648 Spanyol mengakui Republik Belanda.
2.6 Dampak Kerajaan Nasional
Dari munculnya dan lahirnya suatu bangsa yang kini telah mampu untuk berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari bangsa lain, memiliki dampak yang sangat besar bagi bangsa itu sendiri. Hal ini bisa diihat dari bagaimana tumbuhnya perekonomian yang mampu menunjang terhadap kemajuan bangsa itu sendiri. Selain itu juga terhadap hubungan internasional semakin digalakan demi kemajuan dalam bangsa itu sendiri baik dari segi politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan.
Walaupun bangsa ini baru melepaskan diri dari bangsa lain namun sifat individualisme yang diwariskan dari renesains semakin membuat orang-orang eropa memiliki suatu pandangan untuk dapat menjadikan bangsanya dapat bersaing dengan bangsa lainnya yang ada dikawasan eropa.
Maka dari itu sebenarnya dampak yang ada itu dapat dilihat dari faktor internal yaitu dari dalam bangsa itu sendiri, dan faktor eksternal yang dimaksud disini ialah hubungan antara bangsa dengan bangsa lainnya, dalam menjalin hubungan internasioanal di kawasan eropa.


BAB 3.PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Jadi dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya yang memilki peranan penting ialah Spanyol dan Inggris. Karena dari kedua bangsa tersebutlah yang kemudian melahirkan pula bangsa Portugal, Belanda, dan Perancis.
Dalam lahirnya sebuah kerajaan nasional sudah kita jelaskan di atas bahwa ada 2 faktor yang melatarbelakanginya yakni adanya suatu reformasi Prtestan dan adanya zaman Pencerahan yang terjadi pada zaman pertengahan itu.
Namun disini perlu disadari bahwa terbentuknya kerjaan nasional selain adanya kedua faktor itu juga dipengaruhi dengan munculnya rasa untuk dapat mendirikan bangsa sendiri tanpa adanya interfensi dari orang lain. Selain sentimen keagamaan sangatlah kental terasa pada proses terbentuknya suatu keraajaan nasional pada setiap bangsa-bangsa di eropa. Selain itu juga adanya suatu peperangan antar kedua bangsa yang sedang berkonflik juga memicu timbulnya dan lahirnya kerajaan nasional itu sendiri.
Dari terbentunya suatu kerajaan nasional dari setiap bangsa di eropa dapat dilihat bagaimana dampak yang diakibatkannya. Misalnya banga yang telah berdiri sendiri itu kini sudah dapat mencukupi kehidupan bangsanya sendiri tanpa ada lagi campur tangan dari bangsa lain. Selain itu dampak yang selanjutnya ialah semakin kuatnya jalinan hubungan antara bangsa-bangsa dalam hubungan ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan agar tidak menjadi negara yang terbelakang.
3.2    Saran
Dari sebuah kesimpulan di atas, dalam mencapai suatu kemerdekaan di Eropa tidak terlepas dari sentimen agama. Maka penulis hanya dapat memberikann saran bahwa suatu perbedaan agama yang ada janganlah sampai membuat perpecahan yang berakibat terhadap peperangan.

DAFTAR PUSTAKA

file:///H:/tumbuhnya-negara-nasional.html
http://www.bukamata.info/2011/05/menilik-jejak-islam-di-eropa-barat-1.html
http://media.isnet.org/iptek/100/Isabella1.html
http://www.slideshare.net/cantiikku/terjatuhnya-kerajaan-granada-dan-toledo#
http://happyshine288.blogspot.com/2012/12/kerajaan-nasional-eropa_5537.html

1 komentar: