Senin, 02 Desember 2013

sejarah laos

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laos adalah negara di Asia Tenggara yang memiliki luas 236.800 km persegi dan beribukota di Vientienne. Negara ini berbatasan dengan Burma (Myanmar), Kamboja, Cina, Thailand, dan Vietnam. Wilayah Laos telah dihuni manusia selama ribuan tahun. Periode pra-sejarah negara ini tidak terlalu banyak diketahui. Diperkirakan bahwa sejumlah kelompok orang yang berbeda menetap di daerah Laos sebelum abad ke-14. Pada saat itu, wilayah Laos dikendalikan oleh Kerajaan Mon dan Kekaisaran Khmer. Bangsa Laos modern dianggap memiliki kaitan pada Kerajaan Lan Xang yang berdiri pada pertengahan abad ke-14 dan didirikan oleh Fa Ngum. Sebelum masa tersebut, negara itu sudah dihuni oleh orang Lao, orang Mon, dan kelompok etnis lainnya. Pada abad ke-16, Buddhisme Theravada manjadi agama dominan. Dimulai pada pertengahan abad ke-17, Laos mengalami penurunan kondisi ekonomi dan politik. Pada akhir abad ke-18, Laos yang semakin melemah akhirnya ditaklukkan negara tetangga Thailand (Siam). Pada akhir abad ke-19, Perancis yang baru saja menaklukkan Vietnam bernegosiasi dengan Thailand untuk mendapatkan Laos. Pada awal abad ke-20, negara itu sepenuhnya berada di bawah kendali Perancis.
Sejarah Laos pada awalnya didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini pada abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong. Keguncangan politik di negara tetangganya Vietnam membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua yang lebih besar (disebut juga Perang Rahasia) yang menjadi faktor ketidakstabilan yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta. Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menendang pemerintahan Raja Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan Perancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos yang masih berdiri hingga saat ini. Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekade 1980an dan dimasukkan ke dalam ASEAN pada 1997.
1.1    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana awal munculnya Luang prabang?
2.    Bagaimana Masa Perebutan Tahta dan Pelepasan Hegemoni?
3.    Bagaimana politik,ekonomi,sosial-budaya Laos?

1.2    Tujuan
1.    Untuk mengetahui awal munculnya luang prabang
2.    Untuk mengetahui masa perebutan tahta dan pelepasan Hegemoni
3.    Untuk mengetahui politik,ekonomi,sosial-budaya laos









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Munculnya Luang Prabang
Laos yang kini beribu kota di Vientiane, merupakan sebuah negara di Asia Tenggara dengan kiprahnya di masa modern sebagai anggota ASEAN yang pada Januari 2009 lalu turut memberikan andilnya dalam proses perdagangan bebas dengan anggota negara – negara ASEAN lainnya terhadap Cina. Negara yang berbudaya khas genre rakyat ini di masa lalu memiliki kontribusi besar dalam menerima pengaruh dari agama Budha hingga sekarang menjadi agama terbesar di Laos dengan sekian kecil persen agama lain yang turut mengiringi rakyat dalam keberagaman agama. Dengan mencoba memutar kembali cerita historis yang dimiliki oleh negara Laos, negara ini dulunya dijajah oleh dua pengaruh besar yaitu dari bangsa Thailand dari Sukhotai dan Annam, dimana dua bangsa dari kerajaan berbeda ini secara “role back” atau secara bergantian dapat dikatakan pernah menguasai pemerintahan Laos yang dulu bernama Luang Prabang. Melalui penjelasan secara historis, pada tahun 1353 setelah Laos diperintah oleh orang – orang khmer dari Angkor yang kemudian dilanjutkan oleh bangsa Thailand dari Sukhotai. Munculah Fa Ngun, seorang kepala bangsa Thai yang berhasil mendirikan Kerajaan Lan Chang yang kemudian terkenal dengan nama Luang Prabang atauu Laos yang hingga kini berdiri kokoh sebagai negara modern yang mampu berperan dalam dunia internasional. Kekuasaan Fa Ngun dengan andilnya yang mampu memperluas kekuasaan kerajaan tersebut meliputi daerah hulu Sungai Mekong, setelah kerajaan – kerajaan sebelumnya yang pernah berkuasa di Luang Prabang selama 600 tahun pertama dari sejarah Luang Prabang tidak pernah bisa berkembang serta tidak mampu memperluas kekuasaan mereka. Fa Ngun yang dibesarkan di istana Angkor bahkan menikah dengan seorang puteri Khmer, turut memberikan pengaruh khmer sebagai pengaruh terbesar di Luang Prabang, dan ia menempatkan Luang Prabang sebagai pusat kerajaannya serta mengenai asal muasal mengapa kerajaan tersebut diberi nama Luang Prabang akan dijelaskan pada point berikutnya yang berjudul “Pemerintahan Fa Ngun”.
2.1.1 Pemerintahan Fa Ngun
Dibawah pemerintahan Fa Ngun, bangsa Laos dengan prosentase besarnya menganut agama budha hinayana yang kemudian dijadikan agama nasional di masa pemerintahannya. Jika dikaitkan mengenai asal mula negara Laos, terdapat sumber – sumber sejarah yang relative banyak serta bersifat legendaries yang salah satunya menjelaskan tentang keberadaan ayah dari Fa Ngun yang berbangsa Thai dimana dia sudah bermukim di daerah Luang Prabang pada paruh kedua sejak abad ke – 13 yang pada mulanya mereka seperti yang telah dijelaskan pada point sebelumnya yaitu berada dibawah kekuasaan Angkor lalu sukhotai, dan melalui inilah bangsa Thai sempat mengenal kebudayaan hindu meskipun pada generasi selanjutnya yaitu Fa Ngun cenderung menganut agama Budha Hinayana. Masih mengenai etimologi dari Luang Prabang, pernah pada suatu ketika mertua dari Fa Ngun mengirimkan sebuah misi yang terdiri dari para biksu bersama – sama dengan Fa Ngun dan tentunya bersama – sama dengan misi itu pula kitab – kitab suci berbahasa pali1 dibawa serta dengan sebuah patung Budha yang terkenal bernama “Prabang”2. Patung tersebut ditempatkan di dalam sebuah kuil yang khusus didirikan untuk misi tersebut dengan letaknya di Lang Chang, ibukota Fa Kgun. Sehingga dari misi inilah negeri tersebut dikemudian hari diberi nama “Luang Prabang”.
Terlepas dari pembahasan mengenai etimologi dari Luang Prabang, pada masa pemerintahan Fa Ngun senantiasa diwarnai oleh beragam aksi peperangan yang berakibat pada berkurangnya rasa simpati rakyat terhadap pemerintahan Fa Ngun. Hingga pada tahun 1373 sebagai akibat dari keadaan pemerintahan Fa Ngun yang serba berbau peperangan tersebut, ia diusir oleh apra menterinya, dan sebagai penggantinya diangkatlah putera dari Fa Ngun bernama Oun Hueun. Pada masa pemerintahan Oun Heun, pemerintahan yang ada adalah pemerintahan dengan periode konsolidasi dan perkembangan administrasi.  Our Hueun yang senantiasa mendirikan kuil – kuil serta biara utnuk memperdalam pengetahuannya mengenai agama budha ini dalam perjalannya menikah dengan seorang isteri dari Ayuthia, hingga inilah yang menjadi factor – factor penyebab polecy Siam menjadi unsur yang turut berpengaruh terhadap pemerintahan Laos.
2.1.1 Masa Pemerintahan Lam Khan Deng (1416 – 1428)
Setelah berada dalam masa yang penuh dengan peperangan di masa pemerintahan Fa Ngun, kini Laos pada akhir abad ke – 15, keberadaannya dapat dikatakan hampir binasa akibat dari permusuhannya dengan Annam yaitu pada masa pemerintahan Lam Khan Deng (1416 – 1428). Secara historis ketika Annam diserang oleh Tiongkok pada tahun 1421, Lam Khan Deng bersedia membantu Annam, namun dalam peprangan tersebut terjadi kesalahan komunikasi. Ternyata Laos menyerang pihak Tiongkok yang kemungkinan besar menjadi sekutu Annam, dan dari sinilah timbul kemarahan di pihak Annam. Karena pada saat itu pihak Annam sedang disibukkan oleh usaha mereka dalam penaklukan Campa sehingga pembalasan terhadap pihak Laos pun terpaksa harus ditunda. Baru setelah Lethan Ton berhasil merebut Champa, maka usaha – usahanya untuk menyerang Laos pun mulai dipersiapkan yang pada akhirnya Lan Chang berhasil dikuasai oleh Annam meskipun untk sementara waktu karena di kemudian hari Laos berhasil memerdekakan diri lagi untuk yang kedua kalinya, dan mengadakan hubungan baik dengan Annam. Namun sebagai pengetahuan saja, adapula sumber lain yang menyebutkan bahwa pada abad – 15 ini Laos diduduki oleh orang – orang Vietnam tepatnya di Kerajaan Lao dan Luang Prabang.
2.2    Luang Prabang
Luang Prabang terletak di tepi sungai Mekong, sekitar 500 kilometer dihulu sungai dari Vientiane dan 300 meter diatas permukaan laut. Luang Prabang merupakan kota tertua di Laos yang masih ada sampai sekarang. Sejarah terpenting bagi kota ini adalah kota ini pernah menjadi pusat kerajaan. Pada tahun 1563 Raja Setthathirat memindahkan pemerintahannya ke Vientiane, tetapi pada saat itu, Luang Prabang sudah menjadi ibukota selama hampir 800 tahun. Memang benar, kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa selama 600 tahun pertama dari sejarah Luang Prabang tidak pernah bisa berkembang dan memperluas kerajaannya. Hanya Pangeran Fa Ngoum yang menjadikan Luang Prabang sebagai ibukota, dapat memperluas kerajaannya.
Kota kecil yang saat ini berpenduduk 20.000 jiwa, merupakan kota yang indah karena terletak dibawah kaki gunung berbatu, gunung Phousi dan di tepi sungai Mekong. Kota ini memiliki suasana yang romantis, walaupun banyak bangunannya yang tidak terlalu kuno. Tetapi di kota ini dikelilingi oleh hutan yang luas, sehingga masyarakat bisa memanfaatkan hasil hutan yaitu kayu, sebagai bahan bangunan.
Selama sejarah berlangsung, kota sering kali ditaklukkan dan habis terbakar. Kejadian seperti ini terakhir kali berlangsung pada tahun 1880-an ditangan bangsa Cina. Kota ini seringkali menjadi sasaran permusuhan oleh bangsa Thailand dan bangsa Vietnam.
Setelah penyerbuan, banyak bangunan yang rusak dibangun kembali dan beberapa diantaranya terus dirombak, agar bentuknya kira-kira seperti sebelum penyerbuan berlangsung. Walaupun tidak lama setelah ini secara fisik arsitektur ditentukan kembali seperti berabad-abad lalu, yang disesuaikan dengan kondisi kota maka tidak dapat diragukan lagi, akan menambah daya tarik Luang Prabang. Untuk itu, banyak Wat di dalam maupun di sekitar kota didirikan sebagai sarana spiritual.
Dibawah kekuasaan Ming Kitsarat tidak banyak mengalami perubahan. Kemudian ia digantikan oleh putranya yaitu Khamone Noi yang hanya memegang pemerintahan selama setahun. Sebab sewaktu ia sedang berburu, Int’a Som mengadakan perebutan kekuasaan dan berhasil. Khamone Noi mengadu nasib di Chienmai. Setelah berhasil menggagalkan serangan Birma terhadap Chienmai pada tahun 1728 ia kemudian dinobatkan menjadi raja di Chienmai sebagai tanda terima kasih rakyat atas jasa-jasanya.
Dengan ditaklukannya Vietnam oleh Siam pada tahun 1778, Luang Prabang pun tidak merdeka penuh, nasibnya tergantung pada iam. Akhirnya pada tahun 1836 Siam memproklamirkan kekuasaannya pada Luang Prabang, semenjak itu pemberontakan raja-raja di Luang Prabang harus menerima pengesahan resmi terlebih dahulu dari pihak Siam.
Pada masa pemerintahan Tiantha Kiumane (1851-1869) datanglah orang eropa pertama di Luang Prabang yaitu Henry Mouhot, seorang penjelajah dari perancis. Kemudian menyusul penyelidik dari bangsa eropa lain seperti Duyshatr seorang bangsa belanda yang kemudian bekerja pada pemerintahan Siam. Pada tahun 1867 tibalah ekspedisi Doudart de Lagree Carnier di Luang Prabang di dalam perjalanannya ke yunnam.
Semasa pemerintahan Tiantha Koumene persoalan Iran Nink menjadi hangat kembali. Pada tahun 1832 kerajaan Chieng Khouang dianeksir oleh Minh Mang dari vietnam. Keturunan raja Chieng Khouang tetap berkuasa di negerinya, tetapi hanya berpangkat sebagai “imperial mendatery prince” dari vietnam. Dengan keadaan demikian Tiantha Koumene menganggap situasi kembali seperti sediakala. Kerenanya ia menuntut upeti kepada penguasa Chieng Khouang, karena pada waktu yang bersamaan Tu Due, kaisar vietnam sedang sibuk menghadapi orang perancis di negerinya sendiri, maka ia tidak kuasa menghalang-halangi tuntutan Tiantha Khoumane. Sementara itu pada tahun 1864 pelarian-pelarian dari Tiongkok barat membanjiri Tonkin dan beberapa daerah di Laos.
Pada tahun 1872 gerobolan yang terdiri dari kurang lebih 2000 orang Ho, yang termasuk dalam termasuk dalam organisasi The Red Flage, diusir oleh The yellow fleg dari daerah lembah sungai hitam di tonkin. Mereka memasuki wilayah tron Ninh dan di Tung Chien Kom mereka mendirikan sebah tempat pertahanan, setelah berhasil mengalahkan tentara gabungan luang Prabang dan Tran Ninh, mereka menuju ke LuangPrabang. Tetapi sekionyang-konyong membelokan perhatiannya, tidak jadimenuju ke Luang Prabang, melainkan menuju ke selatan yakni Vientine dan Ningkai. Sekarang mereka harus berhadapan dengan tentara Siam. Sehingga terjadi pertempuran dengan tentara Siam, Luang Prabang melawan mereka, dan akhirnya mereka harus mengundurkan diri ke pertentangan mereka.
Untuk semetara Lang Prabang terhindar dari bahaya, tetapi kekacauan timbul di daerah perbatasan baik di Utara maupun Timur. Sekarang Oun zham (1872-1887) dari luang Prabang betul-betul sangat tergantung kepada bantuan Siam, orang-orang Ho di Tran sinh, tetapi gagal. Kemudian oleh Cholalongkorn diputuskan untuk mengiim tentara dengan jumlah yang besar dengan tujuan untuk menduduki seluruh daerah yang terk\letaj]k disebelah tara dan Timur Luang Prabang sampai di lembah sungai hitam. Usaha ini ternyata berhasil pada tahun 1883
Sekarang timbul permasalahan antara Perancis dengan Siam mengenai Luang Prabang. Sejak abad ke 17 luang Prabang mengirm upeti kepada Hua. Annam Sel tan menjadi daerah proktektorat Perancis ,maka sekarang perancis mengusulkan kepada pemerintah siam untuk m3ngirimkan ekspedisi ke utara mengenai hal itu perancis mengiginkan nota  peringatan kepada bangkok nota perancis itu di jarah oleh bangkok bhwa maksud nya mengirimkan pasukan ke luang prabang itu sekedar untuk melindungi negeri tersebut terhadap ancaman orang orang Ho , dengan adanya kekeruhan mengenai perbatasaan Luang limbang , maka perancis di usulkan diadakan krja sama yang bertugas untuk menjaga atau menyelidiki perbatasaan ersebut Untuk keprluan   ni pada tahun 1886 oleh perancis di buka sebuah Vice – Consulate di Luang Prabang.
Pada tahun 1700, Laos terpecah menjadi 3 bagian kerajaan yaitu: Luang Prabang, Vieng Chan dan Champassak selatan.  Setelah ibukota Siamese yaitu Ayutthaya baru saja ditaklukan dan dijarah oleh tentara Birma, di tahun 1767 Laos kembali jatuh dibawah pemerintahan orang Birma. Tetapi hanya beberapa tahun kemudian kerajaan Siam dengan ibukota barunya, yaitu Bangkok berkembang bertambah kuat sehingga Laos kembali patuh pada tuan besar Siam. Pada tahun 1827, orang-orang Lao dibawah pimpinan pemberontak Raja Anou melawan orang-orang Siam, tetapi segera dapat ditaklukkan sehingga hal ini menyebabkan negara Laos menjadi hancur.
2.3  Masa Perebutan Tahta dan Pelepasan Hegemoni
Pada point ini akan menjelaskan mengenai masa perebutan tahta yang terjadi pada pemerintahan P’ot’isarat di Chieng mai, serta pelepasan hegemoni pada masa pemerintahan Mekuti.
2.3.1  Masa Pemerintahan P’ot’isarat
Raja Laos pertama yang memindahkan pusat pemerintahannya dari Lang Chang ke Vien Chang (Vientiane) ialah P’ot’isarat (1520 – 1547), adalah seorang raja yang fanatic didalam penyembahan agama Budha. Alasannya memindahkan ibukota tersebut berkenaan dengan kestrategisan posisi keduanya, karena pada faktanya ternyata Vien Chang lebih strategis daripada Lang Chang sehingga dapat berpengaruh pada kepentingan perdagangan antara Laos dengan Annam serta Siam. Pada tahun 1545, P’ot’isarat mengadakan intervensi didalam perebutan tahta di Chieng Mai karena ia adalah putera seorang Chieng Mai. Usahanya pun berhasil yang ditandai dengan adanya penempatan salah seorang puteranya bernama Satt’at’irat yang kala itu masih berumur 12 tahun sebagai raja di Chieng Mai. Tentunya dalam usia yang masih belia tersebut, raja selalu memiliki seorang wali sehingga ditunjuklah Maha Tewi oleh pejabat – pejabat tinggi setempat untuk mendampingi raja yang masih belia tersebut. Penobatan Sett’at’irat di Chieng Mai berakibat pada munculnya tentara Siam yang juga memiliki keinginan utnuk menguasai negeri tersebut, namun keinginan tersebut akhirnya berhasil ditumpas oleh Maha Tewi. Beberapa tahun kemudian, ayah dari Sett’at’irat yaitu p’ot’isarat terbunuh sehingga terpaksa Sett’at’irat harus kembali ke Lang Chang dengan tujuan untuk membatalkan niat saudara - saudaranya yang ingin membagi - bagi kekuasaan (hegemoni) dari Kerajaan Laos. Setelah usahanya tersebut berhasil, maka Sett’at’irat tersebut memutuskan untuk tetap menetap di Luang Prabang,d an tidak ingin kembali ke Chieng Mai. Sehingga oleh para pembesar- pembesar setempat ditunjuklah seorang pangeran bangsa Shan yang bernama Mekuti sebagai raja Chieng Mai.
2.3.2 Masa Hegemoni Sett’at’irat dan Pihak Birma
Pada zaman pemerintahan Mekut’I yang notabenenya diangkat sebagai raja Chieng Mai oleh para pembesar Luang Prabang sebagai akibat dari keinginan Sett’at’riat yaitu anak dari P’ot’isarat yang memutuskan untuk tetap menetap di Luang Prabang, maka terjadilah kejatuhan kekuasaan yaitu Chieng Mai yang berada ditangan Bayinnaung, seorang tokoh dari Birma pada tahun 1556. Sett’at’riat yang berusaha untuk merebut Chieng Mai dari kekuasaan Burma pun mengalami kegagalan hingga muncullah permusuhan antara pihak musuh yaitu Birma dengan laos. Melihat kejadian ini, Sett’at’riat lalu mengadakan persekutuan dengan Ayuthia, dan untuk kepentingan pertahanan Sett’at’riat memindahkan ibukota dari Luang Prabang menuju ke Vien Chang (Vientiane). Beliau yang begitu fanatik, mendirikan sebuah kuil di ibukota tersebut yang dikhususkan untuk menyimpan patung “The Emerald Budha”. Adapun sebagai hasil arsitek yang berada di Ibukota Vien Chang ini adalah sebuah bangunan megah berbentuk pyramid yang terkenal dengan nama “That Lung”, dan menjadi seni bangunan Laos terindah. Kembali lagi pada masalah Sett’at’riat, dalam perjalanannya kembali ke tanah airnya setelah berhasil menaklukan Ayuthia pada tahun 1564, pihak Bayinnaung mengirimkan sebuah ekspedisi untuk menghukum rakyat Chiengmai yang berakibat pada larinya Mekut’I menuju ibukota Vien Chang, namun tentara Birma tetap mengejarnya hingga memasuki wilayah pelarian Mekut’I tersebut. Sementara itu Sett’at’riat yang sebelumnya sedang dalam perjalanan menuju Chieng Mai, berhasil meloloskan diri dari kejaran tentara Birma. Namun sebaliknya, permaisuri dari Sett’at’riat serta Mekut’I tidak sempat melarikan diri hingga berakibat pada penawanan permaisuri oleh tentara Birma. Didalam pelariannya, Sett’at’riat lalu mengadakan persekutuan dengan Pangeran Mahin, seorang raja vassal Birma di ayuthia. Dengan demikian sebagai akibat dari persekutuan ini timbulah suatu pemberontakan di Siam utnk menentang kekuasaan Birma. Untuk yang kedua kalinya, Bayinnang melakukan penyerangan terhadap Ayuthia yang sebelumnya pernah ditaklukannya pada tahun 1589. Kembali lagi mengenai Sett’at’riat yang pada tahun 1571 meninggal dunia, dan hal ini berakibat pada jatuhnya hegemoni Laos ke tangan Bayinnaung.
Namun setelah bertahun – tahun kemudaian tepatnya pada tahun 1592, Laos berhasil mendapatkan kemerdekaannya kembali dibawah pemerintahan Nokeokeumane (1592 – 1597) yang secara spekulatif mungkin sebagai akibat dari tidak adanya lagi raja – raja kuat Birma yang mampu mempertahankan kekuasaannya di laos. Menyoroti Bayinnaung yang  telah meninggal pada tahun 1581 yang kemudian digantikan oleh Nanda bayin dimana dirinya adalah seorang penguasa yang lemah dan tengah berada dalam derasnya misi yang memerintahkan para penguasanya utnuk bisa memusatkan perhatian mereka kearah antisipasi terhadap gerakan nasional Siam yang dipimpin oleh Pra Neret. Mengetahui hal ini, Nakeo Keumane, seorang penguasa Laos tidak menyianyiakan kesempatan baik ini untuk menyerang Chieng Mai yang didalamnya terdapat kekuasaan dari pihak Birma. Penguasa Chieng Mai yang pada saat itu tidak mungkin mendapatkan bantuan dari Nanda Bayin lalu meminta bantuan kepada Pra Neret. Setelah tentara Siam berhasil mengusir tentara Luang Prabang, maka sebagai balas jasa para penguasa Chieng Mai pun mau mengakui kekuasaan Ayuthia pada tahun 1595.
Namun keadaan ini pun tidak berlangsung lama, karena pada tahun 1615 Chieng Mai jatuh ketangan Anaukpetlun dari Birma. Selama masa pemerintahannya yang tergolong singfkat itu, Nokeo Keumane berhasil mempersatukan kerajaannya. Tetapi sepeninggalnya, laos berada dalam keadaan disintegrasi yang berlangsung hingga tahun 1637, ditandai dengan tampilnya Souligna Vogsa sebagai penguasa Laos.
2.4 Vientiane
Vientiane dibawah Sai Ong Hue tidak banyak mengalami perubahan, bahkan mengalami kemunduran sejak awal masa pemerintahannya. Dibawah Ong Leng laos bekerjasama dengan Alungpaya dari Birma yang menghidupkan kembali politik Bayinnaung. Tindakannya itu menghindarkan ancaman serangan dari birma. Di dalam persengketaannya dengan Tran Ninh, Ong Leng berhasil menanamkan kekuasaannya dan memaksa Tran Ninh untuk mengirimkan upeti kepadnya. Putranya, Ong Boun, melanjutkan politik ayahnya. Mula-mula segala sesuatu berjalan dengan baik. Hsinbyushin dari Birma menggagalkan usaha Luang Prabang yang mengadakan pemberontakan pada tahun 1767 menghancurkan Ayuthia.
•    Daya Tarik di Vientiane
Pada tahun 1563, Raja Setthathirat membuat Vientiane (dalam bahasa Lao yaitu Vieng Chan) sebagai ibukota dari kerajaan Lane Xang. Dua Wat yang paling terpenting di Vientiane pada saat itu adalah Wat That Luang dan Wat Phra Kaeo kembali ke asalnya. Pada tahun 1827, kota Vientiane berhasil ditaklukan dan diambil alih oleh tentara Siam. Pada beberapa dekade, kota ini dibiarkan hancur. Hingga akhirnya, Perancis datang dengan pemerintahan kolonialnya ke Vientiane. Seperti halnya Phnom Penh dan Saigon, bentuk bangunan-bangunan di Vientiane tidak dipengaruhi oleh arsitektur Perancis, bahkan lebih dipengaruhi oleh arsitektur Thai.  Dengan jumlah penduduk yang hampir setengah juta jiwa, Vientiane merupakan ibukota terkecil di Asia Tenggara (kecuali Bandar Seri Begawan, Brunei). Monumen Anousavari Monumen ini merupakan Arc de Triomphenya Vientiane. Dibangun setelah Perang Dunia II, tetapi lebih dulu diambil alih oleh komunis-komunis. Monumen ini dibuat sebagai peringatan jatuhnya tentara-tentara Lao dalam berbagai peperangan. Monumen Revolusi  Monumen yang terdapat di sebelah timur laut kota Vientiane. Dibangun setelah kemenangan Pathet Lao pada tahun 1975
























BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Laos yang secara etimologinya dulu bernama Luang Prabang, merupakan negara yang sempat memerdekaan diri hingga tiga decade namun didalam perjalannya sering tersandung oleh berbagai perebutan kekuasaan yang sering terjadi diantara Laos, Annam, dan Birma. Negara yang secara historis pernah dikuasai oleh bangsa khmer dan sukhotai ini kemudian diperintah oleh raja - raja yang kuat namun adapula keberadan raja - raja yang lemah. Seiring dengan perkembangannya terutama disaat orang - orang Eropa mulai menginjakkan kakinya di tanah Laos, negara ini kemudia terpecah menjadi dua bagian yaitu Luang Prabang dan Vientiane, namun jika dilihat dari kacamata yang berbeda, kedua kota tersebut kini menjadi kota yang indah dengan peninggalan sejarahnya yang patut dilestarikan.

Saran
Untuk menambah pengetahuan tentang Sejarah Asia Tenggara, kami sebagai penyusun makalah menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak membaca buku-buku pengetahuan tentang bagaimana sejarah perkembangan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang memiliki keterkaitan satu sama lain.








1 komentar: