Senin, 02 Desember 2013

sejarah vietnam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk memberikan penjelasan dan pemenuhan tugas mata kuliah Asia Tenggara, didalam makalah ini akan dibahasa lebih dalam tentang Vietnam. Sebelumnya perlu diketahui bahwa pembagian sejarah Vietnam dibagi menjadi beberapa bagian yaitu masa Pra-dinasti, masa dinasti-dinasti, masa kolonialisme Perancis, perang Vietnam, pasca perang Vietnam, dan Đổi Mới. Tetapi, pembahasan yang diulas hanya sampai masa dinasti-dinasti saja sebelum kedatangan bangsa Perancis.
Bangsa Vietnam memiliki sejarah yang panjang dan keras sejak sebelum Masehi hingga akhir Perang Vietnam tahun 1975. Vietnam mencatat dalam kenangan perjalanan sejarahnya dominasi 1000 tahun oleh “Kerajaan Utara” untuk merujuk penguasaan Vietnam oleh Kekaisaran Cina dari Dinasti Han di utara yang bermula dari sekitar 200an tahun sebelum Masehi hingga tahun 939 Masehi. Dalam kurun waktu tersebut, Vietnam telah diduduki sebanyak tidak kurang dari empat kali, dan sebanyak itu pula bangsa Vietnam berhasil mengalahkan serbuan penjajah dari utara.
Pada masa dinasti-dinasti  ini pengaruh budaya Cina sudah merasuk pada kehidupan sosial budaya bangsa Vietnam, seperti nilai-nilai ajaran Konghucu, Taoisme. Bersamaan dengan itu juga berkembang kepercayaan Tam Giao (Tiga Agama), yaitu perpaduan dari Taoisme, kepercayaan masyarakat Cina dan animisme Vietnam. Hengkangnya dominasi Kerajaan Utara mendorong munculnya Kerajaan-Kerajaan lokal seperti Champa di selatan. Kerajaan Champa mulai terbentuk tahun 192 dan berakhir sekitar tahun 1700an seiring mulai masuknya desakan dari kekuatan-kekuatan luar. Di masa lalu, kerajaan tersebut telah menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Nusantara.



1.2    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana masa Pra-dinasti Vietnam itu berlangsung?
2.    Dinasti apa saja yang berjaya sebelum kedatangan bangsa Barat?
3.    Bagaimana proses perebutan Annam dan Tongking?

1.3    Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk pemenuhan tugas kelompok mata kuliah Asia Tenggara tentang Vietnam sebelum kedatangan bangsa Barat. Serta isi makalah ini bertujuan untuk memberikan tambahan refrensi kepada mahasiswa atau pembaca lainnya tentang Vietnam sebelum kedatangan bangsa Barat.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan atau tambahan informasi kepada para mahasiswa atau pembaca lainya tentang gambaran sejarah Vietnam terdahulu sebelum kedatangan bangsa Barat.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Vietnam Kuno
A.    Letak Geografis
Bangsa Vietnam memiliki sejarah yang panjang dan keras sejak sebelum Masehi hingga akhir Perang Vietnam tahun 1975. Vietnam (Bahasa Vietnam: Việt Nam), bernama resmi Republik Sosialis Vietnam (Cộng Hòa Xã Hội Chủ Nghĩa Việt Nam) adalah negara paling timur di Semenanjung Indochina di Asia Tenggara. Vietnam berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah utara, Laos di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah barat daya dan di sebelah timur terbentang Laut China Selatan. Daerah ini kini dikenal sebagai Vietnam telah dihuni sejak zaman Paleolitik, dan beberapa situs arkeologi di Provinsi Thanh Hoa tanggal kembali konon beberapa ribu tahun. Arkeolog link awal peradaban Vietnam ke akhir Neolitik, Zaman Perunggu Awal, Phung Nguyen budaya, yang berpusat di Provinsi Vinh Phuc Vietnam kontemporer dari sekitar 2000-1400 SM.
Dengan sekitar 1200 SM, pengembangan budidaya sawah dan casting perunggu di Sungai Ma dan Sungai Merah dataran mengarah ke pengembangan budaya Anak Dong, terkenal dengan drum rumit yang perunggu. senjata perunggu itu, alat, dan drum situs Dong-Sonian menunjukkan pengaruh Asia Tenggara yang menunjukkan asal adat untuk teknologi perunggu-casting.
Banyak kecil, lokasi tambang tembaga kuno telah ditemukan di Vietnam utara. Beberapa kesamaan antara situs Dong-Sonian dan situs Asia Tenggara termasuk keberadaan peti mati berbentuk perahu dan stoples pemakaman, rumah-rumah panggung, dan bukti dari kebiasaan mengunyah sirih.
B.    Era dinasti
Hong legendaris Bang raja-raja Dinasti Hung dianggap oleh banyak orang Vietnam sebagai negara Vietnam pertama, yang dikenal sebagai Văn Lang. Pada 257 SM, raja terakhir Hung kalah Thục Phan, yang mengkonsolidasi Lac Việt suku dengan suku-suku itu Việt Au, membentuk Au Lac dan menyatakan diri Sebuah Vương Duong. Pada 207 SM, seorang jenderal Cina bernama Zhao Tuo dikalahkan Sebuah Vương Duong dan konsolidasi Au Lac ke Nanyue. Pada 111 SM, Dinasti Han Cina Nanyue konsolidasi ke dalam kerajaan mereka.
Untuk seribu tahun ke depan, Vietnam terutama di bawah pemerintahan Cina. Awal gerakan kemerdekaan seperti para Suster Trung dan Lady Triệu hanya sebentar berhasil. Itu independen sebagai Van Xuan bawah Dinasti Ly anterior antara 544 dan 602. Pada awal abad ke-10, Vietnam telah memperoleh otonomi, tetapi bukan kemerdekaan, di bawah keluarga Khúc.
Pada 938 CE, seorang bangsawan Vietnam bernama Ngo Quyền mengalahkan pasukan Cina di Bạch Đằng Sungai dan merebut kembali kemerdekaan setelah milenium di bawah kendali Cina. Mengubah nama sebagai Đại Việt (Great Viet), bangsa melewati era keemasan selama Ly dan Trần Dinasti. Selama pemerintahan Dinasti Trần, Đại Việt ditolak tiga invasi Mongol Buddhisme. Berkembang dan menjadi agama negara.
Setelah Dinasti Hồ singkat, kemerdekaan Vietnam sejenak disela oleh Dinasti Ming Cina, tapi dikembalikan oleh Le Loi, pendiri Dinasti LE. Vietnam mencapai puncaknya pada Dinasti Le pada abad ke-15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong (1460-1497). Antara abad 11 dan 18, Vietnam selatan diperluas dalam proses yang dikenal sebagai Tien nam (selatan ekspansi), dan akhirnya menaklukkan Kerajaan Champa dan bagian dari kerajaan Khmer.
Menjelang akhir Dinasti Le, menelan banyak perselisihan sipil Vietnam. Pertama, Mac Cina-didukung Dinasti menantang kekuasaan Dinasti LE itu. Setelah Dinasti Mac dikalahkan, Dinasti LE itu diinstal ulang, tapi tanpa daya aktual. Kekuasaan dibagi antara para bangsawan Trinh di Utara dan Lords Nguyen di Selatan, yang terlibat dalam perang sipil selama lebih dari empat dekade. Selama waktu ini, Vietnam Nguyen diperluas ke selatan Delta Mekong, menganeksasi yang Champa di dataran tinggi pusat dan tanah Khmer di Mekong.
Perang saudara berakhir ketika dikalahkan saudara Tay Anak baik dan mendirikan dinasti baru mereka. Namun, aturan mereka tidak berlangsung lama dan mereka dikalahkan oleh sisa-sisa dari Lords Nguyen Anh dipimpin oleh Nguyễn dengan bantuan Perancis. Nguyen Anh Vietnam bersatu, dan mendirikan Dinasti Nguyen, memerintah dengan nama Gia Long.

2.2 Kerajaan Champa-Vietnam
Kerajaan Champa didirikan di Vietnam oleh orang-orang Cham yang secara etnis tidak mempunyai hubungan dengan orang-orang Vietnam. Ketika kerajaan Funan yang berada sebelah selatan Champa dipengaruhi oleh Cina, kerajaan Champa selama 1600 tahun juga mendapatkan pengaruh dari Cina.
Akibat dari hal itu, Champa harus mengimbangi kekuatan di antara dua negara tetangganya dalam hal jumlah penduduknya dan pola militer Vietnam di utara dan Khmer (Kamboja) di selatan. Seperti Funan, kerajaan Champa menerapkan kekuatan perdagangan pelayaran laut yang berlaku hanya di wilayah yang kecil.
Pertengahan abad VIII merupakan waktu yang kritis bagi Champa, seperti Kamboja, Champa harus bertahan atas sejumlah serangan dari Jawa. Tetapi bahaya Jawa segera berlalu pada awal abad IX karena Champa sendiri juga melakukan serangan-serangan. Dibawah Hariwarman I, Champa menyerang propinsi-propinsi Cina sebelah utara dengan mendapat kemenangan. Champa juga melakukan penyerangan ke Kamboja dibawah pimpinan Jayawarman II, yaitu pendiri dinasti Angkor. Serangan tersebut dibalas oleh Indrawarman II.
Di bawah Indrawarman II (854-893), didirikan ibu kota Indrapura di propinsi Quang Nam. Ia memperbaiki hubungan baik dengan Cina. Pemerintahannya merupakan pemerintahan yang damai, terutama dengan dengan dirikannya bangunan-bangunan besar Budha, sebuah tempat suci, yang reruntuhannya terdapat di Dong-duong, di sebelah tenggara Mison. Ini adalah bukti pertama adanya Budha Mahayana di Champa.
Indrawarman II mendirikan enam dinasti dalam sejarah Champa. Raja-rajanya lebih aktif daripada yang sebelumnya dalam perhatiannya pada kehidupan di negeri itu. Mereka bukan saja mendirikan tempat-tempat suci baru, tetapi juga melindungi bangunan-bangunan keagamaan itu dari para perampok dan memperbaikinya kembali jika rusak.
Selama pemerintahan pengganti Indrawarman, Jayasimhawarman I, hubungan dengan Jawa menjadi erat dan bersahabat. Seorang keluarga permaisurinya berziarah ke Jawa dan kembali dengan memegang jabatan tertinggi dengan sejumlah raja dibawahnya. Hubungan ini menjelaskan pengaruh Jawa pada kesenian Champa.
Selama abad X terjadi banyak peristiwa penting di Champa. Tahun 907 dinasti T’ang jatuh di Cina dan orang Annam mengambil kesempatan itu untuk maju dan mendirikan kerajaan Dai-co-viet (Annam dan Tong-King) tahun 939. Awalnya perubahan ini hanya berpengaruh sedikit pada Champa akan tetapi kemudian timbul keributan antara Champa dengan kerajaan-kerajaan baru itu. Kemudian Champa dikuasai dan mulai mencari pengakuan dari Cina. Tahun 988 terjadi pembalasan oleh Champa dibawah raja Vijaya (Binh-dinh). Setelah masa damai yang singkat, ia mendapat jaminan pengakuan dari Cina dan memperbaiki ibukota Indrapura.
Abad XI merupakan masa kehancuran Champa. Champa kehilangan propisinya karena direbut oleh Annam. Mereka mengirim misi ke Cina berturut-turut dan tahun 1030 bersekutu dengan Suryawarman I dari Angkor. Tahun 1044 Annam melakukan penyerangan besar-besaran terhadap Champa dan Champa mengalami kehancuran. Ibukota Vijaya direbut dan Raja Jayasimhawarman II dinaikan pangkatnya.
Dinasti VIII, didirikan oleh seorang pemimpin perang yang bergelar Parameswaraman I dan mulai menghidupkan kembali kerajaannya. Ia menekan pemberontakan di propinsi bagian selatan dan berusaha mengembangkan hubungan baik dengan kedua Annam dan Cina dengan sering-sering mengirim misi. Seorang pangeran bernama Thang mendirikan dinasti IX. Beliau mengambil gelar Hariwarman IV dan segera memperlihatkan kekuasaannya dengan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh penyerangan dan membangkitkan kesejahteraan negerinya. Kebangkitan Champa sangat cepat, setelah berhasil mengusir Annam dari Champa, selanjutnya menghancurkan serangan Khmer dan membalasnya dengan mengirim pasukan penyerang memasuki Kamboja.
Politik Hariwarman IV memelihara hubungan yang lebih baik dengan Annam. Sejak itu dengan sedikit keraguan kemudian ia bersekutu dengan Cina dan merencanakan penyerangan terhadap Annam. Ketika gagal, ia bertang gungjawab melindungi dari kemarahan orang Annam dengan mengirimkan tawaran perdamaian yaitu dengan memberi upeti kepada Annam secara teratur.
Khmer juga mulai menyerang Champa, bagian utara Champa telah berada dibawah kekuasaan Khmer. Tetapi di bagian selatan Panduranga, seorang raja baru, Jaya Hariwarman I, bangkit tahun 1147. Kemudian setelah mendesak keluar pasukan Khmer, ia terus menyerang dan mengembalikan Wijaya dan menyatukan kembali kerajaan.
Kesulitan Jaya Hariwarman I belum teratasi, tahun 1155 Panduranga mulai memberontak. Tetapi ia dapat memperbaiki kembali kerusakan-kerusakan karena perang dengan menggunakan sebagian barang jarahannya untuk memperbaiki candi-candi dan membangun yang baru. Beliau juga mengirim utusan ke Cina dan menenangkan Annam dengan membayar upeti secara teratur.
Ketika Jaya Hariwarman I mangkat, ia digantikan oleh seorang avontutir yang cerdik bernama Jaya Indrawarman IV yang telah merebut tahta dari putera Jaya Hariwarman I. Kemauannya yang besar ialah membalas dendam dengan menyerang Kamboja yang telah menyerang Champa oleh Suryawarman. Akan tetapi penyerangan tersebut gagal. Setelah melakukan persiapan lama, Jayawarman VII, pendiri Angkor Thom, melancarkan serangan besar-besaran terhadap Champa. Sekali lagi Champa jatuh ke tangan Kamboja. Suryawarman memutuskan untuk bersekutu dengan Kamboja.
Kemudian Khmer menyerang Champa lagi, dan Champa dikuasai oleh Khmer selama 17 tahun. Karena beberapa alasan yang tidak disebut dalam catatan, pasukan Khmer meninggalkan negeri itu dan memberikan kendali pemerintahannya secara sukarela. Banyak yang berpendapat mengenai sebab pengunduran Khmer secara tiba-tiba tersebut. Kesimpulan Maspero oleh Coedes, adalah bahwa tekanan T’ai atas kerajaan besar Khmer telah sedemikian keras hingga Angkor dipaksa meninggalkan cita-citanya menjadikan Champa sebagai daerah taklukannya.
Kemengan-kemenangan Mongol di Cina juga dianggap sebagai penyebab berhentinya perang antara Annam dan Champa. Dalam hal Champa, masalahnya sampai pada puncaknya ketika tahun 1281, yaitu saat kesabaran Kublai Khan telah habis dan beliau mengirim marsekal “Sogatu” untuk mendesak pemerintahan Mongol di negeri itu.
Seorang raja baru, Jaya Simhawarman III didesak untuk bersekutu dengan Annam. Tahun 1301 ia menerima kunjungan dari Tran Naon-Ton, yang telah menyerahkan dengan senang hati tahtanya kepada puteranya Tran Anh Ton, dan pura-pura mencari kebajikan dengan berziarah keliling tempat suci di negeri-negeri tetangganya. Ia menjanjikan pada raja Champ salah seorang putrinya untuk dijadikan istri raja Cham.
Dalam pertalian perkawinan itu, ia terbujuk untuk menyerahkan dua buah propinsi Cham di utara Col des Nuages sebagai nilai tukar penyerahan seorang saudara perempuan Tra Anh-Ton. Kemudian ketika pemerintahannya digantikan oleh putranya Che-Chi, putranya harus menanggung perbuatan bodohnya itu. Tahun 1312, Annam menyerbu Champa, menurunkan Jaya Simbhawarman IV dari tahtanya dan menggantinya dengan adiknya. Cue Nang. Champa sekarang menjadi propinsi Annam yang rajanya diangkat sebagai “pangeran pembayar pajak kelas dua”. Tetapi Che Nang tetap setia kepada Champa dan tidak mau menyerahkan pada kekuasaan Annam. Ia memberontak dan berusaha mengembalikan dua propinsi yang telah diserahkan oleh ayahnya.
Che Anan ialah pendiri dinasti XII dalam sejarah Cham yang berkuasa sampai tahun 1390. Ini merupakan pembuka bagi kebangkitan Cham dengan mengambil manfaat atas berdirinya dinasti Ming di Cina. Dengan mulai serangkaian serangan-serangan yang sukses di Annam. Negeri itu tetap dalam keadaan teror terus menerus sampai tahun 1390, raja Cham terbunuh dalam perang di laut. Kemudian Champa kehilangan propinsi Indrapura (Quang Nam). Tahun 1441, pemerintahan Jaya Simhawarman V berakhir.
Di tahun 1471, tentara Vietnam Dinasti Le menaklukan kerajaan Champa. Sekitar 60.000 orang tentara Champa terbunuh, termasuk Raja Champa dan keluarganya dan sekitar 60.000 orang lainnya diculik untuk dijadikan budak. Kerajaan Champa diperkecil wilayahnya, yang sekarang dikenal dengan nama Nha Trang. Pada tahun 1720 terjadi serangan baru dari tentara Vietnam yang mengancam kerajaan Champa. Seluruh bangsa Cham beremigrasi ke arah barat daya, ke wilayah utara danau Tonle Sap yang sekarang merupakan Kamboja.
Dengan kejatuhan Vijaya pada 1471 maka keluasan Negara Champa semakin mengecil dan ibu negara Champa berpindah untuk kesekian kalinya. Kali ini jauh ke selatan ke Panduranga. Mengikut sejarah, semenjak perlantikan Po Tri Tri sebagai raja untuk keseluruh Champa dan dengan perpindahan beliau ke Panduranga untuk menubuhkan kerajaan yang baru, maka bermulalah perkembangan Islam secara besar-besaran di Champa. Bahasa Sanskrit yang selama ini menjadi bahasa rasmi Champa juga tidak digunakan lagi.
Semenjak era inilah Champa bertukar corak. Tidak pasti sama ada Champa terus menerus diperintah oleh raja Islam sehingga kejatuhannya ke Vietnam, akan tetapi berdasarkan kepada keunikan sistem pentadbiran yang diamalkan di Champa di mana terdapat berbagai kerajaan dalam satu wilayah pada masa yang sama, maka berkemungkinan bahwa ada raja-raja Islam yang memerintah Champa pada zaman tiga abad setelah kejatuhan Vijaya.
Keunikan sistem pemerintahan Champa adalah karena Champa terdiri dari persekutuan berbagai kaum yang dikenal majemuk sebagai ‘Urang Champa’. Selain kaum Cham sendiri, penduduknya juga terdiri dari berbagai kaum etnik daripada rumpun lain yang juga merupakan rumpun bahasa Austronesia yaitu puak bukit (hill tribes) yang terdiri daripada kaum-kaum Chru, Edê, Hroy, Jörai, Rhade (Koho), dan Raglai dan termasuk juga dari rumpun bahasa Austroasiatic seperti kaum Dera atau montanagards yang terdiri dari kaum-kaum Ma, Sré dan Stieng.
Meskipun terdapat raja, yang memerintah Champa secara keseluruhannya, terdapat juga raja-raja kecil misalnya Raja Bao Dai, yang menjadi raja untuk kaum etnik yang tertentu. Ini mempunyai persamaan dengan kaum Batak dan Mandiling di Indonesia, misalnya, yang mempunyai raja-raja mereka sendiri, tetapi semata-mata sebagai raja adat. Dalam mengkaji sejarah Champa mungkin pengkaji sejarah tidak memahami kedudukan raja pada kaum masing-masing dan hal ini telah menimbulkan kekeliruan di sebabkan dalam satu zaman yang sama akan terdapat rujukan kepada dua atau tiga raja yang berlainan nama. Dalam tradisi pemerintahan Champa, hanya raja yang mempunyai kekuatan tentara dan kekuasaan politik negara sebagai ‘Raja kepada Raja-raja (‘Rajatiraja’) Champa’ (“King of Kings of Champa”). Berdasarkan kepada manuskrip-manuskrip yang terdapat berkemungkinan besar setelah kejatuhan Vijaya, kekuasaan ini pernah dipegang oleh raja yang beragama Islam.
Kerajaan Champa merupakan kerajaan maritim sehingga pandai dalam pelayaran. Pelabuhan utama Champa ialah Phan Rang dan Nha Trang. Pelabuhan tersebut merupakan pemasok utama pendapatan kerajaan ini. Karena Quang Nam menawarkan pelabuhan yang lebih baik daripada pelabuhan yang lain, dimana kapal pedagang dari India, Sumatra, Jawa, dan Cina bisa mendapatkan persediaan air bersih di pelabuhan ini.

2.3 Annam dan Tongking
    Orang-orang Vietnam sebagaimana mereka sekarang lebih senang disebut begitu, yang merupakan rakyat terbesar di Semenanjung Indo-China. Mereka penghuni sungai-sungai Merah dan Hitam di Tongking, sepanjang pantai Annam dan daerah delta Mekong di Cochin-China. Pada permulaan tahun masehi, mereka menghuni Tongking bagian utara Annam saja. Mereka mendesak ke selatan demi orang-orang Cham yang kerajaannya mereka taklukkan pada abad XV. Di bawah pimpinan Nguyen dan Hue, distrik Cham yang terakhir masih merdeka diserbu selama abad XVII. Pada abad yang sama Vietnam mulai menanamkan koloni-koloni di daerah delta Mekong, di daerah kamboja sekarang, dan dari sejak waktu itu dan seterusnya penyusupan mereka yang kuat masuk Cochin-China terus berlangsung.
    Asal-usul mereka banyak diperdebatkan. Mereka diperkirakan merupakan hasil perkawinan campuran antara suku-suku setempat yang telah bermukim di Tongking dan orang-orang Mongoloid, yang mungkin merupakan migrasi ketiga zaman prasejarah yang sampai ke Indo-china. Dalam perjalanannya melalui lembah Yangtse dan yang sekarang merupakan propinsi-propinsi Cina, Chengkiang, Fukien, Kwang-tung, dan kwang-si. Bahasa mereka banyak pertalian dengan bahasa T’ai, tetapi berisi begitu banyak unsur-unsur Khmer-Mon hingga beberapa ahli teori telah mencoba menempatkanya dalam kelompok bahasa Khmer-Mon.
    Bukti arkeologi tertua, terutama dari lokasi Thanh-hoa dan Dong-sun, memperlihatkan kebudayaannya sebagai campuran Indonesia Mongol yang telah secara mendalam dipengaruhi oleh China. Kebudayaan cina telah tersebar meliputi daerah-daerah Cheking. Fukien, Kwang-tung, dan Kwang-si selama kurun waktu dari abad IX samapai IV sebelum masehi. Abad III sebelum masehi mulai mempengaruhi daerah yang sekarang adalah Tongking dan Annam. Di bawah Shih Huang Ti ( 246-209 ) “Kaisar pertama” dinasti Ch’in, Jendral Chao-t’a menaklukan kedua Kwang itu dan menganeksasikan pada cina. Penduduknya waktu itu non Cina. Mereka ada hubunganya dengan orang-orang T’ai dan Annam. Komisasi Cina di daerah itu mulai dari tahun sekitar 214 sebelum masehi. Tongking dan bagian utara sementara tetap di luar kekaisaran Cina. Ketika Dinasti Ch’in kawatir akan jatuhnya Jendral Chao-T’o tahun 208 S.M, menyatukan dengan kedua Kwang itu untuk membantu kerajaan merdeka Nan-yue atau Nam-viet menurut bentuk ata bahasa Annam. Bagian Annam yang dipengaruhi terdiri dari tiga Propinsi, Thanh-hoa, Quang-tri, dan Quang-binh. Dinasti Han mengakui Nan-yue sebagai kerajaan otonom, yang kedaulatannya atas daerah itu terbatas pada Kwang-tung dan Kwang-si, dengan membiarkan Tongking dan Annam bagian utara diperintah oleh pribumi.
    Tetapi tahun 111 S.M, kaisar Wang-ti (140-87 SM) pencipta imperialisme Cina di asia, menganeksir kerajaan Canton dan dengan Tong-king dan Annam, yang waktu itu bernama Nam-viet. Dan kemudian daerah ini di bagi ke dalam wilayah komando Chiao Chin (Tongking) Chin-chen (Thanh-hoa) dan Jenna (Annam Utara). Dari sejak waktu itu dan seterusnya sampai tahun 939 masehi Nam-viet tetap menjadi bagian integral kekaisaran Cina. Pertama-tama rakyat dibolehkan tetapi tahun 40 masehi sebagai komsekuensi dan suatu pemberontakan, pemerintahan dan lembaga-lembaga Cina didesakkan.
    Antara tahun 514 dan 602 Nam-viet melakukan tiga kali usaha besar untuk mendapatkan kembali kemerdekaannya. Yang pertama gerakan menentang tirani gubenur Cina, Siao-Tseu. Pada mulanya berhasil baik dan tahun 544 pemimpinya Li Bon memproklamasikan dirinya sendiri sebagai raja Nam-viet. Tetapi tahun 547 dia dikalahkan dan gerkannya hancur. Kedua, yang terdiri tahun 590, suatu usaha memanfaatkan situasi di Cina waktu Dinasti Ch’en jatuh. Ketiga, yang mulai tahun 600 dipimpin oleh seseorang anggota lain keluarga Li, Li-phat-tu, dan telah ditindas tahun 602 oleh Jendral Lieu-Fang, yang berturut-turut berusaha menghancurkan raja Cham, Sambhuwarman, karena mengambil wilayah komando Jenn.
    Selama masa pemerintahan Cina yang panjang, meskipun nampak tekanan kebudayaan Cina perlahan-lahan mendalam, termasuk tekanan pengenalan seni klasik Cina, sistem etika Confusius dan Budha Mahayana, Nam-viet tetap teguh setia pada tradisi nasionalnya. Kebuayaan Cina tentu saja bagi kelompok kecil yak melek huruf; rakyat secara keseluruhan mempertahankan bahasanya, adat dan kesenian kuno dengan pangkal animisme dan pemujaan leluhur. Dari abad III sampai X sejumlah missi melintas antara negeri Cina bertemu Tongking dan memperkenalkan sejumlah kebudayaan India tertentu, tetapi anya sedikit pengaruhnya. I-tsing menulis bahwa waktu itu negeri menjadi pusat intlektual besar aliran Buddha tempat banyak dibuat terjemah dari naskah-naskah yang dibawa dari Sriwijaya. Ini dimulai dengan karya-karya peziarah Cina dan Annam.
    Pengaruh Cina diperkuat leh pertahananya yang berhasil kemunduran dinasti T’ang kekuasaanya mulai melemah. Negeri tu menghandarkan Cnampa tahun 780 untuk mendapatkan kekuasaan atas Hue, Quang-Tri dan Quang-binh, garis pantai dari Col des Nuages sampai poret D’Annam. Tahun 862 Tongking diserbu oleh T’aidari Nanchao dan dalam tahun berikut Hanoi dirampas. Ketika tahun 907 T’ang jatuh dan kekacauan pemerintah di Cina, orang-orang Annam mendapat kesempatan melakukan usaha kmerdekaan. Kali ini mereka berhasil baik, dan tahun 939 pemimpinanya Ngo-Quyen mendirikan dinasti nasional Ngo (939-938).
    Sarjana-sarjana Perancis membedakan 15 dinasti sepanjang seluruh kurun waktu sejarah Annam. Emat diantaranya berkuasa singkat sebelum tahun 939 selama selingan-selingan dalam daerah kekuasaan Cina. Tiga yang pertama setelah tahun 939 mempunyai karya yang sangat singkat, jumlahnya semua hanya 8 raja dan meliputi kurun waktu sampai 1009. Dengan satu kekecualian, yang terakhir-akhir ini karyanya lama, masing-masing memberi warna perkembangan yang berbeda dalam Sejarah negeri itu. Pada mulanya kerajaan meredaka meliputi hanya Tongking dan tiga propinsi Annam Utara, yaitu Tnanh-hoa, Nghe-en dan Hantinh. Di selatan in kerajaan Champa mengadakan perluasaan.
       
Dinasti Ngo tidak mampu menguasai pemimpin-pemimpin setempat dan tidak pernah mendapat pengakuan dari Cina. Dinasti Dinh (968-967) bahkan lebih pendek dari hidupnya. Dinasti Li yang mula-mula (978-1009) mulai berkembang. Rajanya yang pertama, Le Hoan menyerang Champa tahun 982, membunuh rajanya, merampas ibu kotanya, india pura, dan kembali dengan banyk orang rampasan. Tetapi penggantinya diturunkan dari tahta tahun 1009 membuka jalan bagi dinasti Li yang berlangsung selama lebih dari abad. Antara 968 dn 1009 perkembangan penting dalam alam keagamaan terjadi. Tien-hoang dari dinasti Dinh mendirikan organisasi keagamaan resmi dengan memadukan Buddhisme dalam hierarki pemeintahan. Raja Le yang kedua memasukkan naskah-naskah klasik Buddha Mahayana dari Cina dan berusaha menghimpau rakyatnya untuk menerima Buddhisme menggantikan pemujaan asli yang terus melanjut ada sekuat sebelumnya. Tetapi cendekiawan-cendekiawan tetap pada Taoisme confuanisme sebagian besar.
Dinasti Li (1009-1225) mulai perjuangan yang lama untuk mendapatkan kembali propinsi Annam itu dari Cnampa, yang dilihat dari sudut budaya merupakan perang antara pengaruh Cham meninggalkan propinsi sebelah utara. Setelah Indrapura dirampas Le-Hoanthun 982 Cnam memindahkan ibu kotanya lebih keselatan vijaya (Bhin-Dhinn). Tetapi tahun 1044 Vijaya dirampas kepalanya. Terjadi untuk keduanya kalinya tahun 106 Rajanya, Rudrawarman III telah diburu masuk kedaerah Kamboja dan ditawan. Kemudian, sesudahan upacara pesta besar diadakan oleh Thanh-tonh di ibu kota yang baru direbutnya, beliau dan keluarganya dikirim di Annam. Dalam tahun berikut beliau mencapai kemudahan dengan penyerahan resmi 3 propinsi bagian utara kepada Annam.
Cham berusaha keras mendapatkan kembali propinsi-propinsi yang lepas, tetapi pada abad XII serangaan dilancarakan oleh ahli perang besar Kamboja. Suryawarman II meembuatnya tak berdaya selama perang mereka dengan Annam. Perang Kamboja yang berakhir tahun 1220 mengakibatkan tiga propinsi bagian utara itu secara kuat di tangan Kamboja.
Tahun 1225 dinasti Li digantikan Than. Kemudian Champa berlahan-lahan bangun kembali setelah lama bertarung kepada Kamboja. Tetapi tiga propinsi yang hilang itu tetap menjadi tulang punggung persaingan abadi, dan pertengahan abad XIII perang tanding memperlihatkan tanda-tanda di mulainya lagi. Tetapi kali ini sukar majunya ketika perdamain dipaksakan oleh ancaman Mongol terhadap kedua belah pihak. Tahun 1257 sepasukan Mongol merampas Hanoi (Tnaanh-long), tetapi ipaksa kembali oleh perlawanan Annam yang sedang bertambah kuat. Kublai Khan yang jadi Kaisar tahun 1260 mengirim utusan kesemua negeri di Semennjung Indo-cina menuntut tanda setia. Bahaya itu menyebabkan Champa mencoba suatu hubungan persahabatan dengan Annam, tetapi tidak ada hasilnya. Namun demian ketika Masekal Sogatu dikirim oleh Kublai Khan tahun 1281 untuk mendesak kekuasaan Mongol di Champa. Annam berasa di paksa berkelahi sebagai sekutu Cham, untuk berusaha keras mengatasi perlawanan Cham yang sangat berguna, Kublai Khan mencoba mengirim pasukan melalui daratan Annam dan Annam menyadari kemerdekannya berada di ujung tanduk, lalu melawanya. Tahun1285 pasukan Mongol menyerang Hangoi lewat Lang-Song dan Bac-Ninh. Dan sekali lagi perlawanan Annam sangat kuat hingga mereka harus mundur. Pasukan Mongol yang lain dipimpin putra Kublai, Togan, telah dikalahkan ketika mencoba masuk ke Tongking dari utara dan masekal “Sogatu” dalam usaha membantunya dikalahkan dan dibunuh oleh Cham. Tahun 1287 Hanoi diduduki oleh Mongol yang ketiga kalinya, tetapi lagi-lagi Annam memaksanya untuk mengosongkan negeri itu, dan tran nh’on-ton (1278-1293) memasuki lagi ibukotanya dengan kejayaan.
Bersma-sama Champa dan Annam telah berhasil mengusir semua usaha Mongol untuk menaklukanya. Untuk memperkuat persaudaraan yang telah dicapai, raja Champa menghimbau untk minta seoarang putri Annam sebagai permaisurinya. Ketika tahun 1306, Tran-Ann-Thon setuju mempersembahkan saudara perempuanya kepada raja Cham, harga yang diminta dan diterima dengan cukup menghernkan, adalah penyerahan kepada Annam propinsi-propinsi Kun-tri dan Tnu’a-thien (hue). Tetpi jaya simhwarman segera meninggal setelah perkwaninan itu dan Cham segera mulai mendapatkan kemabali propinsi itu.
Tahun 1326, sesudah beberapa pemberontakan dan datang ke Cinna Champa mendapatkan kembali kebebasanya dan tahun 1324 komando Cina memperintahkan Annam menghormati Champa. Tahun 1353 Champa berusaha mendapatkan kembali daerah we tetapi gagal. Kemudia Che bong nga (1360-1390) pahlawan Cham, memulai serangkaian peperangan ia membuat Annam kacau selama pemerintahanya. Tahun 1377 Tran due-ton melancarkan serangan balasan dan siap-siap masuk, dengan seluruh pasukanya Che bong nga menduduki kembali daerah-daerah yang belum diambilnya dari Champa oleh musuhnya. Tetapi segera setalah itu beliau mangkat, Annam mendapatkan kembali semua daerah yang pernah hilang, untuk supaya lebih baik dapat melangsungkan usaha mereka menyempurnakan penaklukan Champa, memidahkan ibu kotanya keselatan dari Hanoi ke Thanh-goa.
Kemudian kemajuanya berhenti tiba-tiba dan dengan tidak diharapkan Tahun 1400 seorang jendral bernama Li-Qui-Li mendesak raja Trant dan merebut tahtanya. Tetapi sebagai mana umumnya rakyat yan tidak puas mencari pemimpin diantara kepala-kepala suku Thanh-hoa, bernama Le lo’i, yang tahun 1414 bergerilya melawan Cina dengan hasil yang sukses. Le lo’i kemudian mempromakirkan dirinya sebagi raja Annam dan menjadi pendiri dinasti Le kedua.
Cham mengambil keuntungan dari keributan di Annm untuk mendapatkan kembali propinsinya yang lepas. Pada tahap pertama dinati baru Annam mempertahankan hubungan-hubungan damai dengan tetagganya diselatan, tetapi tahun 1441 serangaian serangan baru Champ dimulai. Tahun 1446 Annam, mengambil keuntungan, dari perang saudara di Champa.
Kemerdekaan politik yang digerakkan oleh Le Lo’i dari Ming membuktikan menjadi kenyataan dan berlangsung lama. Le than –Ton membagi kekaisaranya ke dalam 13 wilayah dan memberi sistem pemerintaan yang kuat yang dipertahankan sampai lama sesudah zaman beliau. Tetapi pengganti-penganti beliau adalah orang-orang Annam. Antara tahun 1497-1527 tidak kurang dari 10 orang raja naik tahta, empat diantaranya perebut mahkota. Istana menjadi pusat komplotan atas bangsawan-bangsawan feodal praktis dan lenyap.
Tetapi tahun 1533 melalui keluarga Nguyen yang sangat kuat Dinasti Le di pulihkan. Nguyen Kim mengusir Mac keluar dari propinsi-propinsi Annam Nghe-An dan Tan-hoa tetapi ketika beliu membuat perkembangan untuk menaklukan Tongking, tahun 1545 beliau terbunuh. Dan putera-puteranya masih terlalu muda untuk mengambil alih tugas karena itu Mac tetap menguwasi Tongking, dan Cina di minta ke dua belah pihak, menguasai propinsi-propinsi untuk memerintah bagian-bagian yang diduduki sebagai warisan keunggulanya di bawah kedaulatanya. Dinasti Mac memerintah Tongking sampai 1592. Maka kekuasaan sebenarnya ditangani oleh pengganti-pengganti Nguyen Kim sebagai pejabat-pejabat istana. Penggantinya adalah anak tirinya yang mampu, Trinh Kiem, yang mangkat pada tahun 1570.
Ketika kedua putra Nguyen dewasa perselisihan berkembang diantara mereka. Trinh kim mendalami pembunuhan yang lebih tua, tetapi adiknya Nguyen hoang, luput dari kematian dengan pura-pura gila dan trinh kim mengirimnya untuk memerintah propinsi-pripinsi bagian selatan yang dulu pernah menjadi milik Cham.
Tahun 1570, ketika Trin khm mangkat, daerah kekuasaan Annam dibagi antara tiga kekuasaan. Mac menguasai Thongking, dengan ibu kotanya di hanoi Trimh sebagai pejabat istana selama kedaulatan le, memerintah Thanh-hoa, Ng-an dan H-Thinh, dengan Tay-do sebagai ibu kotanya. Nguyen juga bertindak atas nama Le memerintah propinsi quang-tri sebagai pusatnya. Tahun 1952 Trinh-tong pengganti Trinh king, merebut hanoi dan berhasil menguasainya sebagai kawasan Tongking. Mac lari ke cao-bang diperbatasan Cina, tempat mereka bertahan atas bantuan pecking, sampai tahun 1677.
Dari waktu ke waktu Nguyen hoang muncul di istana. Ia mengharap bahwa kesempatan baik akan timbul baginya untuk mendapatkan kembali propinsi yang dipegang ayahnya. Tetapi menjelang itu jelas bahwa kekuatan trinh terlalu kuat untuk digulingkan. Karena itu tahun 1600 ketika terjadi pemberontakan dan Nguyen hoang pergi melawanya, ia memelihara terus hubungan dengan istana Hanoi. Dari sejak itu dan seterusnya persaingan msing-masing mulai mempersiapkan perang yang tidak dapat dihindarkan yang pecah tahun 1620.

KESIMPULAN
Bangsa Vietnam memiliki sejarah yang panjang dan keras sejak sebelum Masehi hingga akhir Perang Vietnam tahun 1975. Vietnam mencatat dalam kenangan perjalanan sejarahnya dominasi 1000 tahun oleh “Kerajaan Utara” untuk merujuk penguasaan Vietnam oleh Kekaisaran Cina dari Dinasti Han di utara yang bermula dari sekitar 200an tahun sebelum Masehi hingga tahun 939 Masehi.
Kerajaan Champa didirikan di Vietnam oleh orang-orang Cham yang secara etnis tidak mempunyai hubungan dengan orang-orang Vietnam. Ketika kerajaan Funan yang berada sebelah selatan Champa dipengaruhi oleh Cina, kerajaan Champa selama 1600 tahun juga mendapatkan pengaruh dari Cina.
Akibat dari hal itu, Champa harus mengimbangi kekuatan di antara dua negara tetangganya dalam hal jumlah penduduknya dan pola militer Vietnam di utara dan Khmer (Kamboja) di selatan. Seperti Funan, kerajaan Champa menerapkan kekuatan perdagangan pelayaran laut yang berlaku hanya di wilayah yang kecil.
Orang-orang Vietnam sebagaimana mereka sekarang lebih senang disebut begitu, yang merupakan rakyat terbesar di Semenanjung Indo-China. Mereka penghuni sungai-sungai Merah dan Hitam di Tongking, sepanjang pantai Annam dan daerah delta Mekong di Cochin-China. Pada permulaan tahun masehi, mereka menghuni Tongking bagian utara Annam saja. Mereka mendesak ke selatan demi orang-orang Cham yang kerajaannya mereka taklukkan pada abad XV. Di bawah pimpinan Nguyen dan Hue, distrik Cham yang terakhir masih merdeka diserbu selama abad XVII. Pada abad yang sama Vietnam mulai menanamkan koloni-koloni di daerah delta Mekong, di daerah kamboja sekarang, dan dari sejak waktu itu dan seterusnya penyusupan mereka yang kuat masuk Cochin-China terus berlangsung.

Pada masa dinasti-dinasti  ini pengaruh budaya Cina sudah merasuk pada kehidupan sosial budaya bangsa Vietnam, seperti nilai-nilai ajaran Konghucu, Taoisme. Bersamaan dengan itu juga berkembang kepercayaan Tam Giao (Tiga Agama), yaitu perpaduan dari Taoisme, kepercayaan masyarakat Cina dan animisme Vietnam. Hengkangnya dominasi Kerajaan Utara mendorong munculnya Kerajaan-Kerajaan lokal seperti Champa di selatan. Kerajaan Champa mulai terbentuk tahun 192 dan berakhir sekitar tahun 1700an seiring mulai masuknya desakan dari kekuatan-kekuatan luar. Di masa lalu, kerajaan tersebut telah menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

D.G.E.HALL,2004,Sejarah Asia Tenggara, Surabaya, Usaha Nasional
Groslier Bernard Philippe, 2002, IndoCina persilangan kebudayaan, Jakarta/paris,KPG
http://sejarawan.wordpress.com/2007/10/05/kerajaan-champa/.
http://kisah-grup.blogspot.com/2011/05/sejarah-vietnam.html?m=1

1 komentar: